Tinta Media: Belajar
Tampilkan postingan dengan label Belajar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Belajar. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 November 2023

Bercermin pada Generasi Palestina



Tinta Media - Mengutip berita dari Kompas.com,  M (14), siswa SMP swasta di Kecamatan Sugio, Lamongan, Jawa Timur menganiaya gurunya sendiri dengan menggunakan golok bendo pada Rabu (15/11/2023).

Peristiwa ini kembali berulang dan berulang lagi. Bagaimana murid sudah tak ada hormatnya pada guru. Sebelumnya pernah terjadi murid melaporkan guru hanya karena ditegur tidak sholat, murid yang meludahi guru hanya karena ditegur, murid yang tak suka saat diingatkan dan masih banyak lagi berita lainnya yang menorehkan citra dan cerita buruk terkait generasi saat ini. Alih-alih berharap mendapat calon pemimpin bangsa, yang ada riskan bagaimana dengan nasib kepemimpinan selanjutnya jika kualitas generasi dihiasi tindak kriminal arogansi radikal generasi muda.

Sedih rasanya, di kala generasi Palestina menyerukan keberanian melawan angkara murka durjana zionis Israel, di sini generasi muda malah menjadi makhluk bergenre buas dan beringas kepada makhluk lainnya.

 Buah dari Kapitalis Liberalis Sekuler

Saat hidup manusia dilingkupi dunia semata, dan dunia lepas dari arahan Allah ta'ala, maka seluruh aktivitas hidup menjadi suka-suka. Individualis membersamai hidup manusia hingga berbuat pun suka-suka. Gaya hidup bebas sebebas-bebasnya menggambarkan syaithon liberal telah menyusuri aliran darah manusia, hingga agama tak laku dalam mengatur hidup manusia. Demikianlah sistem yang terlahir dari aroma kapitalis liberalis sekuler, produknya pun tak jauh dari pewarnaan dan bumbu-bumbu ide yang diraciknya. 

Munculnya keabnormalan perilaku pun tak lepas dari pola asuh dan pola didik yang dinaungi sistem yang ada. Orang tua yang tak mendasarkan pola asuhnya pada ajaran Islam, tentunya tidak menguatkan Iman taqwa dalam mengarahkan keturunannya dalam setiap fase asuhnya. Diperparah juga dengan kurikulum pendidikan yang ternyata jauh dari nuansa taqwa.

Lahirnya generasi yang tak punya adab merupakan bukti nyata dari sistem tak beradab. Manusia biadab semenjak usia muda menunjukkan potret buram generasi muda masa kini. Tentunya ini tidak muncul begitu saja namun buah yang pohonnya telah ditanam dan disukai sekalipun buruk hasil panennya.

 Belajar Dari Generasi Palestina

Riuhnya pemberitaan tentang buruknya perilaku generasi muda di negeri ini, dari berita murid aniaya guru, siswa membunuh sesama siswa, siswa yang menjadi begal, siswa yang menjadi mucikari dan bandar narkoba, dan berita buruk lainnya, generasi di Palestina menampilkan sosok pemuda yang jauh berbeda. Di tengah peperangan di Palestina, di bawah gempuran genosida entitas Yahudi laknatullah, sosok-sosok generasi muda pemberani. berjihad melawan penjahat Internasional zionis Israel algojo penjagal.

Sungguh, keberanian yang dimiliki generasi muda Palestina tentu tidak muncul tiba-tiba. Selain nuansa Palestina, terutama Gaza, kental dengan suasana keimanan dan ketaqwaan, tentunya didikan orang tua telah mewarnai hidup mereka.  Pendidikan yang selalu menguatkan spirit jihad sekuat spirit jihad Rasulullah saw., para sahabat, dan para pengikutnya sebagai para syuhada. Idola generasi Palestina bukanlah Korean banyak gaya namun pada hamba yang pengabdian mereka kepada Allah Swt. totalitas dengan harta dan jiwa. Hamba yang dikagumi penduduk bumi dimuliakan penduduk langit. Mereka telah wafat namun mereka tetap terkenal, terkenang mewangi  sepanjang masa.

Layak lah generasi muda saat ini belajar dari generasi muda Palestina. Karakter generasi muslim pemberani, inspirator, motivator  bagi generasi muslim lainnya di seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia, dan tentunya layak untuk menjadi pemimpin dunia.

 Generasi Para Syuhada

Generasi muda Palestina tumbuh sebagai  pemuda yang besar ketakutan dan ketaatannya pada Allah ta'ala. Islam menjadi asas dan motivasi hidup mereka. Spirit Iman Taqwa yang menyala-nyala membuat mereka tegar dan kuat bertahan di tengah gempuran zionis Yahudi Israel laknatullah, keinginan untuk berjuang dan berjihad di jalan Allah Taala tak kunjung padam sampai akhir hayatnya. Mereka mewakafkan diri-diri mereka sebagai syuhada. Mereka adalah pewaris para nabi dan syuhada di mana jihad sebagai  syariat Islam tetap mereka yakini.

Demikianlah tak ada yang bisa mengarahkan generasi muda dari keburukan perilaku dan keterpurukan gaya hidup selain menjauhkan penyebabnya. Mencabut akar kapitalis liberalis sekuler dan menghancurkannya akan selamatkan generasi muda, kemudian mempelajari dan memahami syariat Islam sebagai perkara utama yang mendominasi hidup generasi muda sampai menemukan hakikat keimanan dan ketaqwaan seperti yang dimiliki generasi muda Palestina. Wallaahu a'laam bisshawaab. Salam ta'dzhim

Oleh: Sri Rahayu Lesmanawaty
Aktivis Muslimah Peduli Generasi

Kamis, 19 Oktober 2023

Tidak Ada Kata Tua untuk Belajar dan Memulai

Tinta Media - Sobat. Seseorang akan tetap menjadi alim selama ia mau belajar bila ia sudah tidak mau belajar dan merasa cukup dengan ilmu yang ia miliki. Maka pada hakikatnya ia adalah orang bodoh. Saya teringat teman kuliah saat menempuh S-3 Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, seorang Kyai Desa dari Magetan yang usianya sudah 65 tahun masih semangat belajar dan kuliah bersama kami menempuh pendidikan Doktor. Pada ujian kualifikasi Doktor beliau kebingungan menggunakan lap top barunya padahal harus menyelesaikan tulisan di kasih waktu hanya 4 jam di kelas dengan menuliskan sekitar 300 buku rujukan. Semangat beliau menjadi inspirasi bagi kami bahwa usia tua bukan alasan atau penghalang untuk belajar bahkan bisa menyelesaikan pendidikan S-3 nya.

Sobat. Tidak ada kata terlambat dalam mencari ilmu pengetahuan. Setua apapun Anda, Anda masih berhak untuk memulai dan menimba ilmu. Di dunia ini terlalu banyak contoh keberhasilan orang yang mencari ilmu di usia tua. Dan salah satunya adalah Rasulullah dan para sahabat. Bukankah ayat yang pertama kali turun saja, diterima Rasulullah SAW saat usia beliau 40 tahun. Setua itu, beliau menerima pelajaran berupa Al-Quran untuk pertama kalinya dari Allah melalui perantara malaikat Jibril. Banyak pula para sahabat yang memulai pelajaran pertama kali dalam usia yang lebih tua dari Rasulullah SAW ada yang mungkin berusia 43 tahun, ada yang 50 tahun mungkin juga ada yang sudah 60 tahun usianya.

Sobat. Hasan al-Bashri pernah ditanya seseorang yang telah berusia 80 tahun, “Apakah ia masih layak untuk menuntut ilmu.” Ia menjawab ia layak menuntut ilmu, selagi ia masih layak untuk hidup. Dari Ahmad bin Hanbal, ia berkata, “Aku akan senantiasa mencari ilmu hingga masuk ke liang kubur.”

Allah SWT berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ  

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. “( QS. Al-Mujadilah (58) : 11 )

Sobat. Ayat ini memberikan penjelasan bahwa jika di antara kaum Muslimin ada yang diperintahkan Rasulullah saw berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang tertentu untuk duduk, atau mereka diperintahkan pergi dahulu, hendaklah mereka berdiri atau pergi, karena beliau ingin memberikan penghormatan kepada orang-orang itu, ingin menyendiri untuk memikirkan urusan-urusan agama, atau melaksanakan tugas-tugas yang perlu diselesaikan dengan segera.

Dari ayat ini dapat dipahami hal-hal sebagai berikut:

1. Para sahabat berlomba-lomba mencari tempat dekat Rasulullah saw agar mudah mendengar perkataan yang beliau sampaikan kepada mereka.

2. Perintah memberikan tempat kepada orang yang baru datang merupakan anjuran, jika memungkinkan dilakukan, untuk menimbulkan rasa persahabatan antara sesama yang hadir.

3. Sesungguhnya tiap-tiap orang yang memberikan kelapangan kepada hamba Allah dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka Allah akan memberi kelapangan pula kepadanya di dunia dan di akhirat.

Memberi kelapangan kepada sesama Muslim dalam pergaulan dan usaha mencari kebajikan dan kebaikan, berusaha menyenangkan hati saudara-saudaranya, memberi pertolongan, dan sebagainya termasuk yang dianjurkan Rasulullah saw. Beliau bersabda:

Allah selalu menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Berdasarkan ayat ini para ulama berpendapat bahwa orang-orang yang hadir dalam suatu majelis hendaklah mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam majelis itu atau mematuhi perintah orang-orang yang mengatur majelis itu.

Jika dipelajari maksud ayat di atas, ada suatu ketetapan yang ditentukan ayat ini, yaitu agar orang-orang menghadiri suatu majelis baik yang datang pada waktunya atau yang terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, penuh persaudaraan dan saling bertenggang rasa. Bagi yang lebih dahulu datang, hendaklah memenuhi tempat di muka, sehingga orang yang datang kemudian tidak perlu melangkahi atau mengganggu orang yang telah lebih dahulu hadir. Bagi orang yang terlambat datang, hendaklah rela dengan keadaan yang ditemuinya, seperti tidak mendapat tempat duduk. Inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi saw:

Janganlah seseorang menyuruh temannya berdiri dari tempat duduknya, lalu ia duduk di tempat tersebut, tetapi hendaklah mereka bergeser dan berlapang-lapang." (Riwayat Muslim dari Ibnu 'Umar)

Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam masyarakat, demikian pula orang-orang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. 

Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya.

Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka.

Sobat. Sekali lagi tidak ada kata terlambat untuk memulai dan belajar. Jangan pernah merasa tua untuk belajar dan memulai. Dalam kitab kesuksesan, tak mengenal kata terlambat yang ada hanyalah bergerak, bergerak dan berani memulai, tak peduli di usia berapa saat Anda bergerak!

Sobat. Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengingatkan, “ Jika seseorang sudah sampai pada kematangan ilmu pengetahuan, ia akan merendah. Jika ilmu pengetahuannya masih dangkal, maka ia akan meninggikan hati.” Maka aturan emas Islam agar Anda bisa meraih puncak kesuksesan dan kejayaan adalah kosongkan cangkir pikiranmu, agar ilmu baru bisa kau tamping dan tak tumpah.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
( Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku Psikologi Dakwah. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Selasa, 03 Oktober 2023

Wajib Belajar Agama

Tinta Media - Sobat. Mengetahui hukum syara’ yang diperlukan seorang muslim dalam mengatur kehidupannya adalah fardhu ‘ain. Sebab setiap muslim diperintahkan untuk melakukan berbagai aktivitasnya sesuai dengan ketentuan hukum syara’. Imam Al-Ghazali menyebutkan ada tiga macam ilmu yang wajib dipelajari : Ilmu tauhid (Aqidah), Ilmu tasawwuf ( Ilmu tentang perbuatan-perbuatan hati), Ilmu syariat.

Sobat. Batasan minimal yang wajib dipelajari dalam ilmu tauhid adalah sebatas engkau mengetahui pokok-pokok keimanan dalam beragama Islam. Engkau harus mengetahui bahwa engkau punya Tuhan yang Maha Mengetahui, Mahakuasa, Mahahidup, dengan 99 nama Asmaúl husna dan memiliki sifat-sifat yang sempurna. Wajib diketahui selanjutnya, Muhammad SAW adalah hamba dan utusan Allah SWT. Dia manusia terpercaya yang membawa wahyu yang diturunkan Allah kepadanya dan keterangan-keterangan yang keluar dari lisannya tentang akhirat.

Sobat. Batas minimal yang wajib dipelajari dalam ilmu tasawuf adalah mengetahui semua yang wajib dilakukan oleh hati dan semua yang terlarang baginya. Tujuannya adalah agar kau mampu mengagungkan Allah SWT, bersikap ikhlas kepada-Nya, tulus dalam berniat, dan selalu beramal dengan baik.

Sobat. Batasan minimal yang wajib dipelajari dalam ilmu syariát adalah setiap perkara yang wajib untuk dikerjakan maka wajib pula hukumnya mengetahui tata cara pelaksanaannya.

Allah SWT berfirman :

وَمَا كَانَ لِمُؤۡمِنٖ وَلَا مُؤۡمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمۡرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلۡخِيَرَةُ مِنۡ أَمۡرِهِمۡۗ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلٗا مُّبِينٗا

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” ( QS. Al-Ahzab (33) : 36 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa tidak patut bagi orang-orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan ketentuan, mereka memilih ketentuan lain yang bertentangan dengan ketetapan keduanya. Menentukan pilihan sendiri yang tidak sesuai dengan ketentuan dari Allah dan rasul-Nya berarti mendurhakai perintah keduanya, dan tersesat dari jalan yang benar. Hal seperti itu diancam pula oleh Allah dengan firman-Nya:

لَّا تَجۡعَلُواْ دُعَآءَ ٱلرَّسُولِ بَيۡنَكُمۡ كَدُعَآءِ بَعۡضِكُم بَعۡضٗاۚ قَدۡ يَعۡلَمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنكُمۡ لِوَاذٗاۚ فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” ( QS. An-Nur (24) : 63 )

Sobat. Diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa ada di antara orang-orang munafik yang merasa tidak senang mendengarkan khutbah. Apalagi dilihatnya ada seorang muslim meminta izin keluar dan diberi izin oleh Rasulullah, dia pun ikut saja keluar bersama orang yang telah mendapat izin itu dengan berlindung kepadanya. Maka turunlah ayat ini.
Kemudian sebagai penghormatan kepada Rasulullah, seorang muslim dilarang oleh Allah memanggil Rasulullah dengan menyebut namanya saja seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang Arab antara sesama mereka. Maka tidak boleh seorang muslim memanggilnya "hai Muhammad " atau "hai ayah si Qasim." Dan sebagai adab dan sopan santun kepada Rasulullah hendaklah beliau dipanggil sesuai dengan jabatan yang dikaruniakan Allah kepadanya yaitu Rasul Allah atau Nabi Allah.

Kemudian Allah mengancam orang-orang yang keluar dari suatu pertemuan bersama Nabi dengan cara sembunyi-sembunyi karena takut akan dilihat orang. Perbuatan semacam ini walaupun tidak diketahui oleh Nabi, tetapi Allah mengetahuinya dan mengetahui sebab-sebab yang mendorong mereka meninggalkan pertemuan itu.

Allah memberi peringatan kepada orang-orang semacam itu yang suka melanggar perintah, bahwa mereka akan mendapat musibah atau siksa yang pedih. Meskipun di dunia mereka tidak ditimpa musibah apapun tetapi di akhirat mereka akan masuk neraka dan itulah seburuk-buruknya kesudahan.
Sobat. Semua amal kelak akan dihisab. Sehingga seorang muslim diperintah dengan bentuk yang tegas agar selalu terikat dengan hukum syara’ ( Islam ) saat mengerjakan semua perbuatannya.

يَوۡمَ تَجِدُ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا عَمِلَتۡ مِنۡ خَيۡرٖ مُّحۡضَرٗا وَمَا عَمِلَتۡ مِن سُوٓءٖ تَوَدُّ لَوۡ أَنَّ بَيۡنَهَا وَبَيۡنَهُۥٓ أَمَدَۢا بَعِيدٗاۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفۡسَهُۥۗ وَٱللَّهُ رَءُوفُۢ بِٱلۡعِبَادِ

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” ( QS. Ali Imran (3) : 30)

Sobat. Pada ayat ini Allah memperingatkan hari yang pasti datangnya, tiap manusia akan menyaksikan sendiri segala perbuatannya selama masa hidupnya. Orang yang mendapatkan pahala amal kebajikannya, merasa senang dan gembira atas pahala yang diterimanya. Orang akan menyaksikan pula kejahatan-kejahatannya, dan menginginkan kejahatan itu dijauhkan daripadanya.

Kemudian Allah mengulangi lagi ancaman-Nya dengan memperingatkan manusia terhadap siksa-Nya, yakni hendaklah manusia takut akan kemurkaan Allah, dengan cara mengerjakan kebajikan, menolak tipu muslihat setan dan bertobat kepada-Nya. Kemudian ayat ini ditutup dengan pernyataan bahwa Allah Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.

Al-hasan al-Basri berkata, "Di antara kasih sayang Allah ialah Dia memperingatkan manusia akan kekuasaan Diri-Nya, memperkenalkan kepada mereka kesempurnaan ilmu dan kodrat-Nya, sebab barang siapa telah mengetahui hal itu dengan sempurna, maka ia pasti merasa terpanggil untuk mencari keridaan-Nya dan menjauhi kemurkaan-Nya.

Di antara belas kasihan Allah ialah: Allah menjadikan fitrah manusia cenderung kepada kebajikan serta senantiasa membenci hal-hal yang mengarah kepada kejahatan, sehingga pengaruh kejahatan dalam jiwa dapat dilenyapkan dengan tobat dan amal saleh.

Diriwayatkan Anas bin Malik, dia berkata Rasulullah SAW bersabda,” Menuntut Ilmu wajib atas setiap muslim.” Mengingat yang dimaksud di sini adalah semua ilmu yang dibutuhkan seorang muslim dalam kehidupannya, maka fikih termasuk di dalamnya karena fikih termasuk yang dibutuhkan seorang muslim dalam kehidupannya, seperti hukum-hukum tentang ibadah, muamalah, dan lain sebagainya.

Dalam riwayat yang lain. Rasulullah SAW bersabda,” Siapa saja yang Allah Inginkan kebaikan padanya, maka Dia akan memahamkan agama padanya.” ( HR. Ibnu Majah). Hadits ini jelas menunjukkan keutamaan fikih dan dorongan untuk mempelajarinya.

Telah diriwayatkan dari Umar bin Khattab ra, bahwa dia berkata, “Sungguh, kematian seribu ahli ibadah yang bangun pada malam hari dan berpuasa pada siang hari, lebih ringan daripada kematian seorang yang berilmu yang mengetahui apa yang dihalalkan Allah dan apa yang diharamkan-Nya.” ( HR. Ahmad bin Hambal ).

Oleh : Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Soiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Senin, 10 Juli 2023

UIY Ajak Umat Belajar Tauhid dari Siti Hajar

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengajak umat Islam untuk belajar tauhid yang kokoh dari Siti Hajar.

"Apa yang bisa kita petik pelajaran dari Siti Hajar sebagaimana juga pelajaran dari Nabi Ibrahim Alaihissalam, tak lain adalah tauhid, keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang kokoh yang ditunjukkan dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sepenuh-penuhnya," tuturnya dalam Program Fokus To The Point: Belajar Sabar dari Siti Hajar di kanal YouTube UIY Offiicial, Kamis (29/6/2023).

Ia mengisahkan satu dialog yang menarik ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk meninggalkan Siti Hajar dan putranya Ismail yang masih dalam gendongan di lembah tidak berpenghuni. 

"Di dalam Al Qur'an disebut Siti Hajar heran bukan alang kepalang ketika suaminya pergi begitu saja. Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam namun tidak dijawab Nabi Ibrahim pertanyaan tersebut. Lalu Siti Hajar mengubah pertanyaannya dengan bertanya apakah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memerintahkan hal ini, meninggalkan istri dan anaknya disini. Lalu dijawab ya oleh Nabi Ibrahim dan dijelaskan," bebernya. 

Kemudian Siti Hajar mengambil kesimpulan sendiri bahwa kalau begitu Allah tidak akan mungkin menyia-nyiakan. Dari perubahan sikap Siti Hajar yang semula keheran-heranan menjadi menerima sepenuhnya setelah tahu itu memang perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. "Ini tentu bukan perubahan sikap yang sederhana," ungkapnya.

"Mengapa, karena dia tahu dimana dia tinggal. Dalam hadis disebutkan engkau tinggalkan kami di tempat yang tidak ada seorang pun dan tidak ada sesuatu pun. Jadi ini sesuatu yang luar biasa," imbuhnya.

Menurutnya poin penting sekali untuk dihayati dan diteladani bahwa begitulah semestinya sikap seorang hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala sejati. Taat setaat-taatnya atas perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala meskipun perintah itu sekilas tampak tidak masuk akal.

"Kuncinya adalah keyakinan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan menzalimi hambanya. Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an, sikapnya adalah saya mendengar dan saya mentaati," ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa seorang hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala yang yakin akan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala itu tidak boleh berputus asa meskipun menghadapi situasi yang secara rasional itu mustahil. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Siti Hajar yang betul-betul menunjukkan ikhtiar yang luar biasa ketika mencari air dengan berlari ke Safa dan Marwah sebanyak 7 kali dilakukan sendiri. 

"Secara mentality biasanya orang kalau sudah di dalam situasi yang begitu rupa, mental itu jatuh, tidak ada kekuatan untuk dia melakukan sebuah ikhtiar. Ini perempuan luar biasa," tukasnya.

"Yang menarik, ketika dia kepada titik optimum ikhtiar Allah menentukan takdirnya. Keluar air di titik bukan ikhtiar Siti Hajar, di luar area iktiarnya yaitu di matof, tempat tawaf. Kan disitu sumur zamzam keluar. Jadi yang menurut kita mustahil, bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak," terangnya.

Ia mengingatkan bahwa perlu disadari saat ini memang pengemban dakwah dalam kondisi begitu menekan. Lawan-lawan dari dakwah begitu rupa. Tidak mungkin, sama halnya yang dihadapi Siti Hajar. 

"Secara geologis tidak mungkin tetapi ketika kita bilang Allah berkehendak, jadi!" tandasnya.[] Ajira

Selasa, 21 Februari 2023

KEBIASAAN BURUK MAHASISWA YANG MENGHAMBAT KESUKSESAN DALAM BELAJAR

Tinta Media - Menjadi seorang mahasiswa adalah sesuatu yang didambakan setiap orang, memiliki tempat yang baik untuk belajar, teman-teman yang berjuang mencari ilmu, relasi semakin banyak, dosen yang berpengalaman dan banyak hal-hal positif yang didapatkan ketika kita masih menyanang status mahasiswa, namun tau kah kamu ada beberapa kebiasaan buruk yang menghambat proses belajar ketika masih berkuliah. Apakah itu yuk kita bahas bersama-sama.

1. Menunda Waktu
 Menunda waktu adalah kebiasaan yang harus dihindari oleh mahasiswa, karena kebiasaan ini adalah kebiasaan orang-orang gagal, biasanya menunda waktu ini terjadi karena kita menganggap bahwa pekerjaan yang kita lakukan itu tidak penting atau karena adanya banyak gangguan dI sekitar kita seperti handpone, teman-teman yang sering mengajak bermain game dan sebagainya. Menunda waktu ini bukan hanya terjadi pada pekerjaan – pekerjaan yang bentuknya di dunia tapi menunda sholat pun itu termasuk menunda waktu. Maka bagaimana solusi untuk menghindari kebiasaan ini, salah satu cara nya adalah membuat list tugas harian pekerjaan apa saja yang harus segera di selesaikan dan ditempel didinding kamar tidur.

2. Terlalu Banyak Rebahan atau Tidur
 Mahasiswa itu adalah fase produktifitas yang paling baik, dimana tubuh sangat kuat, pikiran sangat tajam, dan pergerakan sangat lincah. Rebahan bukanlah suatu hal yang salah tapi jika terlalu banyak akan menyebabkan kemalasan, sudah sepantasnya kita memanfaatkan semua yang ada, terus bergerak mencari ilmu, membaca atau melakukan produktifitas yang baik.

3. Tidak Tau Tujuan Berkuliah
 Ikut alur aja, perkataan kebanyakan manusia yang sering terdengar di telinga. Tidak tau tujuan untuk berkuliah adalah masalah yang besar, dan ini adalah kebiasaan buruk yang harus dihindari, maka sebelum memutuskan untuk berkuliah, putuskan terlebih dahulu apa tujuan berkuliah, maka tidak heran banyak orang yang merasa kalau dia salah jurusan hingga memtuskan untuk berhenti.

4. Malas berolahraga
 Olahraga adalah kegiatan yang bermanfaat untuk menjaga kebugaran tubuh, menyisihkan waktu untuk berolahraga adalh investasi kesehatan terbaik, maka jangan sungkan untuk ikut gym atau sekedar lari 30 menit setiap pagi. Dengan tubuh yang sehat dan bugar akan memudahkan kita untuk bergerak, belajar dan melakukan kegiatan-kegiatan positif.

6. Malas Membaca
 Membaca adalah hal yang wajib bagi penuntut ilmu bahkan diperintahkan oleh Allah dalam firman’nya di surat At-Talaq ayat pertama yang artinya “bacalah”, tapi sekarang banyak mahasiswa yang hanya masuk kuliah, pulang, dan tidak pernah mengulang pelajaran apalagi menambah ilmu yang lain. Sukses tidak jauh dari membaca, maka mulai sekarang biasakan membaca karena membaca adalah kewajiban menuntut ilmu.

7. terlalu banyak konsumsi sosial media yang tidak penting
 Di era sekarang siapa yang tidak suka sosial media, sosial media adalah hal yang wajib untuk anak muda tapi jika di konsumsi secara berlebihan ini akan mengganggu pelajaran, membuat tidak fokus dalam belajar dan bahkan banyak mahasiswa yang belajar sambil main handpone padahal hati tidak menerima 2 hal secara bersamaan.
Semoga bermanfaat.

Oleh: Abd Furqon Luthfi Ali 
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI

KEBIASAAN BURUK MAHASISWA YANG MENGHAMBAT KESUKSESAN DALAM BELAJAR

Tinta Media - Menjadi seorang mahasiswa adalah sesuatu yang didambakan setiap orang, memiliki tempat yang baik untuk belajar, teman-teman yang berjuang mencari ilmu, relasi semakin banyak, dosen yang berpengalaman dan banyak hal-hal positif yang didapatkan ketika kita masih menyanang status mahasiswa, namun tau kah kamu ada beberapa kebiasaan buruk yang menghambat proses belajar ketika masih berkuliah. Apakah itu yuk kita bahas bersama-sama.

1. Menunda Waktu
 Menunda waktu adalah kebiasaan yang harus dihindari oleh mahasiswa, karena kebiasaan ini adalah kebiasaan orang-orang gagal, biasanya menunda waktu ini terjadi karena kita menganggap bahwa pekerjaan yang kita lakukan itu tidak penting atau karena adanya banyak gangguan dI sekitar kita seperti handpone, teman-teman yang sering mengajak bermain game dan sebagainya. Menunda waktu ini bukan hanya terjadi pada pekerjaan – pekerjaan yang bentuknya di dunia tapi menunda sholat pun itu termasuk menunda waktu. Maka bagaimana solusi untuk menghindari kebiasaan ini, salah satu cara nya adalah membuat list tugas harian pekerjaan apa saja yang harus segera di selesaikan dan ditempel didinding kamar tidur.

2. Terlalu Banyak Rebahan atau Tidur
 Mahasiswa itu adalah fase produktifitas yang paling baik, dimana tubuh sangat kuat, pikiran sangat tajam, dan pergerakan sangat lincah. Rebahan bukanlah suatu hal yang salah tapi jika terlalu banyak akan menyebabkan kemalasan, sudah sepantasnya kita memanfaatkan semua yang ada, terus bergerak mencari ilmu, membaca atau melakukan produktifitas yang baik.

3. Tidak Tau Tujuan Berkuliah
 Ikut alur aja, perkataan kebanyakan manusia yang sering terdengar di telinga. Tidak tau tujuan untuk berkuliah adalah masalah yang besar, dan ini adalah kebiasaan buruk yang harus dihindari, maka sebelum memutuskan untuk berkuliah, putuskan terlebih dahulu apa tujuan berkuliah, maka tidak heran banyak orang yang merasa kalau dia salah jurusan hingga memtuskan untuk berhenti.

4. Malas berolahraga
 Olahraga adalah kegiatan yang bermanfaat untuk menjaga kebugaran tubuh, menyisihkan waktu untuk berolahraga adalh investasi kesehatan terbaik, maka jangan sungkan untuk ikut gym atau sekedar lari 30 menit setiap pagi. Dengan tubuh yang sehat dan bugar akan memudahkan kita untuk bergerak, belajar dan melakukan kegiatan-kegiatan positif.

6. Malas Membaca
 Membaca adalah hal yang wajib bagi penuntut ilmu bahkan diperintahkan oleh Allah dalam firman’nya di surat At-Talaq ayat pertama yang artinya “bacalah”, tapi sekarang banyak mahasiswa yang hanya masuk kuliah, pulang, dan tidak pernah mengulang pelajaran apalagi menambah ilmu yang lain. Sukses tidak jauh dari membaca, maka mulai sekarang biasakan membaca karena membaca adalah kewajiban menuntut ilmu.

7. terlalu banyak konsumsi sosial media yang tidak penting
 Di era sekarang siapa yang tidak suka sosial media, sosial media adalah hal yang wajib untuk anak muda tapi jika di konsumsi secara berlebihan ini akan mengganggu pelajaran, membuat tidak fokus dalam belajar dan bahkan banyak mahasiswa yang belajar sambil main handpone padahal hati tidak menerima 2 hal secara bersamaan.
Semoga bermanfaat.

Oleh: Abd Furqon Luthfi Ali 
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI

Rabu, 21 Desember 2022

Belajar Syukur dari Rasulullah SAW

Tinta Media - Sobat. Siapa pun yang membaca sejarah hidup Rasulullah SAW akan menemukan bahwa setiap bagian tubuhnya bersyukur kepada Allah SWT beliau memiliki hati yang penuh syukur dan lisan yang basah dengan dzikir. Ruh Nabi Muhammad SAW bertasbih di langit dan bumi. Organ tubuhnya beramal demi meraih keridhaan Allah SWT. Rasulullah adalah hamba yang paling agung dalam bersyukur kepada-Nya. Beliau adalah hamba yang paling mulia dalam memuji-Nya. Semua hamba yang bersyukur sejatinya belajar dari beliau. Hati, lisan, dan anggota tubuh semuanya memuji Allah SWT.

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” 

Sobat. Pada surat al-fatihah, Allah memulai firman-Nya dengan menyebut "Basmalah" untuk mengajarkan kepada hamba-Nya agar memulai suatu perbuatan yang baik dengan menyebut basmalah, sebagai pernyataan bahwa dia mengerjakan perbuatan itu karena Allah dan kepada-Nyalah dia memohonkan pertolongan dan berkah. Maka, pada ayat ini Allah mengajarkan kepada hamba-Nya agar selalu memuji-Nya.

Al-hamdu artinya pujian, karena kebaikan yang diberikan oleh yang dipuji, atau karena suatu sifat keutamaan yang dimilikinya. Semua nikmat yang telah dirasakan dan didapat di alam ini dari Allah, sebab Dialah yang menjadi sumber bagi semua nikmat. Hanya Allah yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Karena itu Allah sajalah yang berhak dipuji. Orang yang menyebut al-hamdu lillah bukan hanya mengakui bahwa puji itu untuk Allah semata, melainkan dengan ucapannya itu dia memuji Allah.

Rabb artinya pemilik, pengelola dan pemelihara. Di dalamnya terkandung arti mendidik, yaitu menyampaikan sesuatu kepada keadaan yang sempurna dengan berangsur-angsur.

'alamin artinya seluruh alam, yakni semua jenis makhluk. Alam itu berjenis-jenis, yaitu alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang, alam manusia, alam benda, alam makhluk halus, umpamanya malaikat, jin, dan alam yang lain. Ada mufasir mengkhususkan 'alamin pada ayat ini kepada makhluk-makhluk Allah yang berakal yaitu manusia, malaikat dan jin. Tetapi ini mempersempit arti kata yang sebenarnya amat luas.

Dengan demikian, Allah itu Pendidik seluruh alam, tak ada sesuatu pun dari makhluk Allah yang terlepas dari didikan-Nya. Tuhan mendidik makhluk-Nya dengan seluas arti kata itu. Sebagai pendidik, Dia menumbuhkan, menjaga, memberikan daya (tenaga) dan senjata kepada makhluk itu, guna kesempurnaan hidupnya masing-masing.

Siapa yang memperhatikan perjalanan bintang-bintang, menyelidiki kehidupan tumbuh-tumbuhan dan binatang di laut dan di darat, mempelajari pertumbuhan manusia sejak dari rahim ibunya sampai ke masa kanak-kanak, lalu menjadi manusia yang sempurna, tahulah dia bahwa tidak ada sesuatu juga dari makhluk Allah yang terlepas dari penjagaan, pemeliharaan, asuhan dan inayah-Nya.

Sobat. Memuji dan bersyukur Allah SWT akan mendatangkan ridha-Nya serta pemberian tambahan dari-Nya. Allah SWT telah memuji diri-Nya sebelum dipuji oleh para pemuji. Dia telah bersyukur kepada diri-Nya sebelum disyukuri oleh para penyukur. Dia telah memuliakan diri-Nya sebelum dimuliakan oleh para pemulia.

Sobat. Diriwayatkan Rifaáh bin Rafi’ ra berkata, “ Pada suatu hari kami sholat di belakang Nabi SAW. Tatkala mengangkat kepalanya dari ruku’, beliau mengucapkan, “ Sami’ allahu liman hamidah” lalu seseorang laki-laki di belakangnya berkata, “ Rabbanaa walakal hamdu, Hamdaan Katsiiraan Thoyyibaan mubaarokaan fiihi – Wahai Rabb kami, bagimu pujian yang banyak, baik dan berkah. Usai sholat beliau bertanya, “ Siapa yang mengucapkan tadi?” Orang tersebut menjawab, “ Aku” Beliau bersabda, “ Aku melihat sekitar tiga puluh malaikat menuju ke sumber bacaan itu. Masing-masing ingin menjadi yang pertama kali mencatatnya.” ( HR. Al-Bukhari).

Sobat. Berikut ini tips menguatkan rasa syukur :

1. Pikirkan semua yang telah dimiliki, bukan yang diinginkan. Ada sebuah cara yang sangat efektif untuk dapat mengembangkan rasa syukur. Ambil sebuah kertas dan tuliskan semua hal yang anda miliki dalam hidup ini mulailah dari hal-hal yang paling dekat dengan diri Anda yakni tubuh anda sendiri. Seluruh tubuh kita adalah anugerah. Semua tubuh kita adalah bukti betapa dalamnya cinta Allah kepada kita. Allah menciptakan tubuh kita yang rumit dengan ketelitian dan kecanggihan yang luar biasa. BUkan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur, melainkan rasa syukur kitalah yang membuat bahagia.

2. Fokus pada kelebihan, bukan pada kekurangan. Fokuslah pada kelebihan yang anda punya maka Anda akan menjadi orang yang di atas rata-rata. Coba anda tulis 30 hal sesuatu yang Amazing pada diri Anda yang membuat anda layak bersyukur kepada Allah. Ternyata itu akan membuat kita sadar bahwa di dalam kita sendiri ada berbagai kelebihan yang tak pernah kita sadari. Tiap hari, Allah memberikan atau menghadiahkan 86.400 detik kepada kita. Sudahkah kita berterima kasih atau beryukur kepada-Nya?

3. Ketika mendapat rahmat, Tanyakan, “ Mengapa Saya?” Agar bisa menikmati seluruh rahmat yang diberikan Allah kepada kita, cara berpikir kitalah yang harus kita ubah. Mulai sekarang, setiap Anda mengalami sebuah rahmat, tanyakan kepada diri Anda, Why me? Mengapa saya mendapatkan rahmat ini? Mengapa bukan orang lain? Apa maksud Tuhan emberikan hal ini kepada saya dan bukan kepada tetangga saya? Lihatlah semua nikmat yang ada di sekitar Anda. Tanyakan, “ Mengapa saya” dan tiba-tiba kita akan merasakan kebahagiaan yang kata-kata pun tak akan cukup melukiskannya.

4. Ketika mendapat Musibah, tanyakan, “ Pelajaran berharga apa yang bisa saya dapatkan dari peristiwa ini?”. Apabila kita mengalami kekurangberuntungan, jangan sampai kita juga kehilangan pelajarannya. Suatu masalah atau musibah sebenarnya adalah sebuah rahmat yang terselubung. Tugas kita adalah membuka selubung masalah ini dan menemukan rahmat yang terkandung di dalamnya.

5. Bayangkan segala sesuatunya tidak ada. Sebuah rasa sakit, 
betapa pun kecilnya, senantiasa menyadarkan kita akan betapa seringnya kita mengabaikan rahmat-rahmat kecil dalam hidup kita. Sebuah sakit menyadarkan kita bahw kehilangan sesuatu yang kecil sekalipun dapat berarti besar bagi kita. Kita baru merasakan nikmatnya sehat ketika kita sudah terbaring lunglai di rumah sakit. Walaupun untuk hal-hal kecil, bersyukurlah dan kau akan mendapatkan yang lebih besar. Kehilangan akan meningkatkan rasa syukur dan apresiasi kita. Oleh karena itu, kita akan lebih menghargai dan menikmati segala sesuatu justru setelah kita mengalami kehilangan.

6. Masukilah Masa Kini. Salah satu cara yang terbaik untuk bersyukur adalah dengan memasuki masa kini dan merasakan setiap momen yang kita lalui. Ada tiga musuh kedamaian pribadi ; Penyesalan akan kesalahan kemarin, kecemasan akan masalah esok, dan tidak adanya rasa syukur untuk hari ini.

7. Menjelajahi semua potensi Anda. Orang yang bersyukur adalah orang yang mau menjelajahi semua potensi yang diberikan Allah. Yang Pasti, tidak ada orang yang lahir ke dunia tanpa memiliki potensi apa pun. Bahkan seorang anak yang dilahirkan cacat pun membawa potensi yang mengagumkan apabila kita mengetahui dan mengembangkannya.

Sobat. Ketika saat meninggal dunia nanti, inginkah Anda bisa mengatakan, “ Ya Allah, apa pun yang Engkau anugerahkan kepadaku sudah kumanfaatkan semaksimal mungkin. Tidak ada sedikit pun potensi yang Kau berikan sia-sia.” Pernyataan itu adalah sebuah perwujudan rasa syukur yang luar biasa. Salah satu cara bersyukur yang sangat penting adalah memanfaatkan semua potensi, semua kemampuan, semua bakat yang diberikan oleh Allah kepada kita dengan semaksimal mungkin.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa!

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Selasa, 27 September 2022

Ajengan Yuana: Belajar Tsaqofah Islam Wajib ‘Ain

Tinta Media - Mudir Ma’had Khadimus Sunnah Ajengan Yuana Ryan Tresna (YRT) menegaskan belajar tsaqofah Islam hukumnya wajib ‘ain.
 
“Belajar tsaqofah Islam seluruhnya mulai dari aqidah, serta ilmu yang lahir dari akidah,  para ulama menetapkan wajib ‘ain bagi kaum muslimin pada kadar yang cukup,” ungkapnya di acara Bincang Hangat: Mengkaji Tsaqofah Islam, Penting dan Perlu, Ahad (25/9/2022), melalui kanal Youtube UIY Official.
 
YRT menjelaskan frasa kadar yang cukup maksudnya tidak semua orang  harus menguasai spesialisasi di bidang itu. “Semua kaum muslimin harus faham tentang  fikih tapi tidak semua orang harus menjadi ahli fikih, kalau sudah mutakhasus (spesialisasi/ahli)  itu hukumnya   fardhu kifayah,” jelas YRT memberikan contoh.  
 
Mengutip dari kitab Sakhsiyyah Islamiyyah jilid 1 YRT menjelaskan perbedaan  antara ilmu yang bersifat umum seperti kedokteran, kimia, fisika dan lain-lain dengan tsaqofah Islam.
 
“Tsaqofah Islam adalah pengetahuan-pengetahuan yang menjadikan akidah Islam sebagai sebab dalam pembahasannya,” terangnya.
 
 Cakupan tsaqofah Islam, lanjutnya, ditinjau dari sisi kategorinya  ada tiga yaitu akidah (tauhid),  pengetahuan yang lahir dari  akidah Islam seperti fikih, tafsir, hadis dan pengetahuan tentang ilmu alat untuk memahami ilmu yang lahir dari aqidah  tadi semisal ushul fiqih, musthalah hadis dan bahasa Arab.
 
“Sementara itu mempelajari Ilmu-ilmu  diluar ilmu syariah  seperti ilmu kedokteran, ahli kimia, teknik  nuklir ini juga  fardhu kifayah. Mesti ada dari umat ini yang menguasai ilmu tersebut,” tandasnya.  
 
Keutamaan Menuntut Ilmu

Ajengan Yuana juga menjelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu. “Dalam al-Quran surat al-Mujadilah ayat 11 disebutkan bahwa Allah meninggikan orang-orang yang berilmu beberapa derajat,” jelasnya.

Ibnu Abbas, kata YRT,  dalam menafsirkan ayat ini menjelaskan orang-orang beriman yang berilmu kedudukannya jauh melampaui orang-orang beriman yang tidak berilmu. “Orang beriman yang berilmu kualitasnya sangat tinggi,” simpulnya.
 
Dalam al-Quran surat az-Zumar ayat 9, lanjutnya,  Allah meminta umat Islam untuk melakukan kontemplasi (renungan) adakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui.
 
“Ibnu Jama’ah dalam kitab Tadzkirah al-Sami’ wa al-Mutakallim fi Adab al-‘Alim wa al-Muta’alim,  menegaskan sebaik baiknya anugerah adalah ilmu dan seburuk buruknya musibah adalah kebodohan,” terangnya.
 
Tujuan Belajar 
 
YRT menegaskan bahwa tujuan belajar di dalam Islam untuk diamalkan, dan disebarluaskan. Imam Sufyan Ats-Tsauri mengatakan leveling ilmu itu adalah diam, mendengar, menghafal, memahami, mengamalkan dan mendakwahkan.
 
“Inilah ilmu yang bermanfaat berakhir dengan amal dan dakwah,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab