Tinta Media: Bekal
Tampilkan postingan dengan label Bekal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bekal. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Februari 2024

Menulis untuk Bekal Menuju Akhirat


Tinta Media - Pernahkah kita berpikir untuk menyiapkan bekal menuju akhirat berupa pahala yang terus mengalir, meskipun amalnya sudah tidak dilakukan lagi? Berpikir seperti ini perlu kita lakukan, sebab bukankah setiap insan pasti akan wafat. Dan Ketika sudah wafat, sudah tidak ada lagi yang bermanfaat, kecuali amal sholeh yang sudah kita siapkan selama di dunia. Di akhirat, saatnya menunggu perhitungan (hisab), sementara kesempatan beramal sudah terhenti. Namun, ternyata ada amal yang pahalanya masih terus mengalir, meski perbuatannya sudah tidak dilakukan lagi. Inilah yang disebut amal jariyah. 

Ya, kenapa harus berpikir tentang amal jariyah?
Ketika nafas sudah terhenti. Jasad sudah tertimbun dalam tanah. Fisik sudah tidak lagi bisa beramal. Namun, ternyata aliran pahala masih terus mengalir. Wah…alangkah bahagianya. Siapa yang tidak senang, segala kebaikan masih terus berdatangan, meski tidak lagi beramal? Semua tidak lain datang dari pahala jariyah yang sudah ditanam benihnya sejak masih hidup. Dan tahukah kita, bahwa itu bisa kita dapatkan dari menulis?. Menuliskan ilmu yang kemudian diikuti oleh orang sehingga menjadi amal kebajikan baginya. Memotivasi orang lain agar senantiasa taat, sehingga ia terjaga dari maksiat. Sungguh inilah yang membuat sehingga muncul tekad yang kuat untuk selalu menulis. Menulis untuk meraih pahala dan mendakwahkan agama Allah ini. Sesuatu yang selalu menyalakan api semangat ketika rasa malas datang menghampiri. 

Menyajikan tulisan terbaik berisi ilmu, tentu saja tidak boleh asal. Sebab, bila ada yang keliru dan diamalkan oleh orang lain, kita bukannya mendapat aliran pahala. Bahkan bisa menyesatkan orang lain. Maka, semangat menyelamatkan orang lain dan menyebarkan ilmu harus terus dijaga. Azam, tekad kuat yang sudah terpatri untuk terus menulis harus dijaga agar tidak mudah redup. 

Maka, semangat untuk terus menulis harus terus dijaga. Tentu sesuai passion, minat dan keahlian. Saat ini bidang Fikih Waris menjadi bidang sangat menarik untuk ditulis. Kenapa? Sebab Rasulullah menyebutkan bahwa ini adalah setengah ilmu dan menjadi ilmu yang pertama kali akan diangkat oleh Allah SWT di akhir zaman. Di saat itu, seperti disampaikan oleh Rasulullah Saw. di dalam sabdanya, akan muncul banyak perselisihan. Bahkan ini bisa terjadi di antara saudara kandung yang dahulunya sangat akrab ketika orang tua mereka masih hidup. 

Kenapa ini bisa terjadi? Rasulullah Saw menyebutkan bahwa pada saat itu, masyarakat sulit menemukan orang yang bisa memberikan solusi persoalan waris dengan hukum waris Islam (faroidh). Sepertinya, apa yang disampaikan oleh Rasulullah ini sudah mulai terjadi sekarang ini. Maka ini peluang besar, meraih pahala yang sangat besar. Membuat tulisan seputar ilmu waris untuk memberikan penyelesaian dari berbagai kasus waris yang terjadi. 

Bidang lain yang juga menarik adalah menulis persoalan politik ekonomi. Sebab, manusia setiap hari hidup dengan kedua persoalan ini. Namun, sayangnya kita  hidup dalam pengaturan sistem politik ekonomi yang tidak sepenuhnya sesuai dengan tuntunan syariah. Bahkan banyak hal yang jelas diharamkan, namun seolah dianggap sesuatu yang lumrah saat ini. Contohnya persoalan riba. Lalu bagaimana agar orang lain tahu mengenai pengaturan Islam dalam persoalan politik ekonomi? Menulis adalah salah satu cara yang jitu. Memahamkan orang lain dengan kata-kata dan argumen yang menggugah akal. Semoga Allah menjaga semangat ini. 

Medan, 6 Februari 2024 

Oleh: Muhammad Yusran Ramli
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 25 Februari 2023

Bekali Diri dengan Keimanan yang Sebenar-benarnya

Tinta Media - Sobat. Diriwayatkan dari Syaqiq Al-Balkhi, bahwa Dia berkata : “Pernah Ibrahim ibn Adham ra berjalan di pasar-pasar kota Bashrah. Maka berkumpullah orang-orang kepadanya, lalu bertanya kepadanya : “Hai Abu Ishak, Allah SWT berfirman dalam kitabnya : “ udúuniy astajib lakum – Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya Akuperkenankan bagimu,”

“Dan kami sejak lama berdoa, namun doa kami tidak diperkenankan.” Jawab Ibrahim ibn Adham ra, “ Hai penduduk Bashrah hati kamu sekalian mati dalam sepuluh perkara, bagaimana doamu diperkenankan.”

1. Kamu sekalian kenal akan Allah SWT, namun kamu tidak memberikan hak-Nya kepada-Nya.
2. Kamu sekalian membaca AL-Qurán, namun tidak mengamalkannya.
3. Kamu sekalian mengaku bermusuhan dengan syetan, namun kamu mematuhi dan bersepakat dengannya.
4. Kamu sekalian mengatakan bahwa kamu tergolong umat Muhammad SAW, namun tidak melaksanakan sunnahnya.
5. Kamu sekalian mengaku akan masuk surga, namun tidak berusaha memperolehnya.
6. Kamu sekalian mengaku akan selamat dari neraka, namun kamu melemparkan dirimu ke dalamnya.
7. Kamu sekalian mengatakan bahwa mati itu benar-benar terjadi, namun kamu tidak bersiap-siap menghadapinya.
8. Kamu sekalian sibuk dengan aib-aib saudara-saudaramu, sedang kamu tidak memperhatikan aib-aib dirimu sendiri.
9. Kamu sekalian memakan nikmat dari Tuhanmu namun tidak bersyukur kepada-Nya.
10. Kamu sekalian mengubur orang-orang mati di antara kalian, namun tidak mengambil pelajaran dari mereka.

Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيكُمۡۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ  
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” (QS. Al-Anfal (8) : 24 )

Sobat. Allah menyerukan kepada orang-orang mukmin, bahwa apabila Allah dan Rasul-Nya menyampaikan hukum-hukumnya yang berguna untuk kehidupan mereka, hendaklah mereka menyambut seruan itu dan menerimanya dengan penuh perhatian serta berusaha untuk mengabulkannya. Karena seruan itu mengandung ajaran-ajaran yang berguna bagi kehidupan mereka, seperti mengetahui hukum-hukum Allah yang diberikan kepada makhluk-Nya, suri teladan hidup yang dapat dijadikan contoh dan pelajaran yang utama untuk meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan serta mengangkat kehidupan mereka kepada martabat yang sempurna, sehingga mereka dapat menempuh jalan lurus yang mendekatkan diri kepada Tuhan. Akhirnya mereka akan hidup di bawah keridaan Allah; di dunia mereka akan berbahagia dan di akhirat akan mendapat surga. Di dalam ayat lain perintah mengikuti Rasul itu disertai dengan perintah memegangnya dengan teguh.
Allah berfirman:

"Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah." (al-Baqarah/2: 93)

Menaati Rasul hukumnya wajib, baik pada waktu beliau hidup maupun setelah wafatnya. Menaati Rasul ialah menaati segala macam perintahnya dan menjauhi larangannya yang termuat dalam Kitab Al-Quran dan yang termuat pula dalam Kitab-kitab hadis yang diketahui kesahihannya.
Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin agar mereka betul-betul mengetahui bahwa Allah membatasi antara manusia dan hatinya. Ungkapan ini mengandung banyak pengertian:
1. Bahwa Allah menguasai hati seseorang, maka Allah-lah yang menentukan kecenderungan hati itu menurut kehendak-Nya. Allah berkuasa untuk mengarahkan hati orang kafir apabila ia menghendaki orang kafir itu mendapat hidayah dan menguasai hati seseorang yang beriman untuk menyesatkannya apabila Ia berkehendak untuk menyesatkan. Pengertian serupa ini terdapat pula dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Kitab al-Mustadrak dari Ibnu Abbas dan dari sebagian besar ulama salaf.
Hadis-hadis yang menguatkan pengertian ini antar lain bahwa Nabi Muhammad, seringkali mengatakan:
"Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agamamu. Lalu Rasulullah ditanya, "Ya Rasulullah! Kami telah beriman kepadamu dan kepada Kitab yang engkau bawa, maka apakah yang engkau khawatirkan terhadap kami? Maka Rasulullah menjawab, "Ya! Sungguh hati itu berada di antara dua jari dari jari-jari Tuhan. Dialah Yang membolak-balikkannya." (Riwayat Imam Ahmad dan at-Tirmidzi dari Anas).

2. Bahwa Allah, menyuruh hambanya untuk bersegera menaati Allah sebelum terlepasnya jiwa dari tubuh, tetapi mereka tidak memperdulikan perintah itu. Ini berarti bahwa Allah mematikan hatinya sehingga hilanglah kesempatan yang baik itu, yaitu hilangnya kesempatan seseorang untuk melakukan amal yang baik dan usaha untuk mengobati hati dengan bermacam penawar jiwa sehingga jiwanya menjadi sehat, sesuai dengan kehendak Allah. Kata-kata membatasi adalah merupakan kata yang digunakan untuk pengertian mati, karena hati itulah biasanya yang dapat memahami sesuatu, maka apabila dikatakan hati seseorang telah mati berarti hilanglah kesempatan seseorang untuk memanfaatkan ilmu pengetahuannya.
3. Kata membatasi (yahulu) adalah merupakan kata-kata majaz yang menggambarkan batas terdekat kepada hamba. Karena sesuatu yang memisahkan antara dua buah barang, adalah sangat dekat kepada dua barang itu.
Pengertian serupa ini dinukilkan dari Qatadah, karena pada saat membicarakan makna ayat, ia membawakan firman Allah:

"Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Qaf/50: 16)

 Bagaimana juga perbedaan pendapat di kalangan para mufassir mengenai penafsiran ayat ini, tetapi hal yang tidak dapat disangkal ialah bahwa Allah telah membuat bakat-bakat dalam diri seseorang. Bakat baik dan bakat buruk kedua-duanya dapat berkembang menurut Sunnah Allah yang telah ditetapkan bagi manusia. Berkembangnya bakat-bakat itu bergantung pada situasi, kondisi dan lingkungan. Apabila seseorang dididik dengan baik, niscaya jiwanya akan menjadi baik. Sebaliknya apabila jiwa itu dididik dengan jahat, atau berada dalam lingkungan yang jahat niscaya jiwa itu akan menjadi jahat. Hati adalah merupakan pusat perasaan, kemampuan serta kehendak seseorang yang dapat mengendalikan jasmaninya untuk mewujudkan amal perbuatan.
 Pantaslah kalau di dalam ayat ini dikatakan, bahwa Allah membatasi antara seseorang dengan hatinya, karena Allah-lah Yang lebih mengetahui hati nurani seseorang. Dia Yang menguasai hati itu, karena Dialah pula yang menciptakan bakat-bakat yang terdapat dalam hati dan Dia pula yang paling dapat menentukan ke mana hati itu mengarah.

Akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa sesungguhnya seluruh manusia itu akan dikumpulkan kepada Allah, di padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan segala macam amalnya dan menerima pembalasan yang setimpal dengan amal perbuatan mereka.

Allah SWT Berfirman :
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقّٗاۚ لَّهُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ  
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.” ( QS. Al-anfal (8) : 2 – 4 )

Sobat. Allah menjelaskan bahwa orang-orang mukmin ialah mereka yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat seperti tersebut dalam ayat ini. Tiga sifat disebutkan dalam ayat ini, sedang dua sifat lagi disebutkan dalam ayat berikutnya.

1. Apabila disebutkan nama Allah bergetarlah hatinya karena ingat keagungan dan kekuasaan-Nya. Pada saat itu timbul dalam jiwanya perasaan penuh haru mengingat besarnya nikmat dan karunia-Nya. Mereka merasa takut apabila mereka tidak memenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah, dan merasa berdosa apabila melanggar larangan-larangan-Nya.
Bergetarnya hati sebagai perumpamaan dari perasaan takut, adalah sikap mental yang besifat abstrak, yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui dengan memperhatikan tanda-tanda lahiriah dari orang yang merasakannya, yang terlukis dalam perkataan atau gerak-gerik perbuatannya.
Sikap mental itu adakalanya tampak dalam perkataan, sebagaimana tergambar dalam firman Allah:

"Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut, (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya". (al-Muminun/23: 60)

Dan adakalanya tampak pada gerak-gerik dalam perbuatan, firman Allah :

"Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan, "salam." Dia (Ibrahim) berkata, "Kami benar-benar merasa takut kepadamu." (al-Hijr/15: 52)

2. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah, maka akan bertambah iman mereka, karena ayat-ayat itu mengandung dalil-dalil yang kuat, yang mempengaruhi jiwanya sedemikian rupa, sehingga mereka bertambah yakin dan mantap serta dapat memahami kandungan isinya, sedang anggota badannya tergerak untuk melaksanakannya.

Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa iman seseorang dapat bertambah dan dapat berkurang sesuai dengan ilmu dan amalnya, Rasulullah bersabda:
"Iman itu lebih dari 70 cabang, yang tertinggi adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan yang terendah adalah menyingkirkan ganguan dari jalan." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Dengan demikian bertambahnya iman pada seseorang dapat diketahui apabila ia lebih giat beramal. Iman dan amal adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisahkan.
 Firman Allah swt:

(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, "Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka," ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, "Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung." (ali Imran/3: 173)

 Dan firman Allah:

Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka. (al-Ahzab/33: 22)

3. Bertawakal hanya kepada Allah Yang Maha Esa, tidak berserah diri kepada yang lain-Nya. Tawakal merupakan senjata terakhir seseorang dalam mewujudkan serangkaian amal setelah berbagai sarana dan syarat-syarat yang diperlukan itu dipersiapkan. Hal ini dapat dipahami, karena pada hakikatnya segala macam aktifitas dan perbuatan, hanya terwujud menurut hukum-hukum yang berlaku yang tunduk dibawah kekuasaan Allah. Maka tidak benar apabila seseorang itu berserah diri kepada selain Allah.
Sobat. Allah menjelaskan sifat-sifat lahiriyah orang-orang mukmin sebagai kelanjutan dari sifat-sifat yang telah lalu.

4. Selalu mendirikan salat lima waktu dengan sempurna syarat-syarat dan rukun-rukunnya, serta tepat pada waktunya, sedang jiwanya khusyu mengikuti gerak lahiriyah dan tunduk semata kepada Allah. 
5. Menginfakkan sebagian dari harta yang diberikan kepadanya. Yang dimaksud dengan membelanjakan harta dalam ayat ini ialah meliputi pengeluaran zakat, memberi nafkah kepada keluarga dekat ataupun jauh, atau membantu kegiatan sosial dan kepentingan agama, serta kemaslahatan umat.
Sobat. Allah menegaskan bahwa orang-orang yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat tersebut adalah orang-orang mukmin yang sejati. Ibnu Hazm menjelaskan bahwa sifat-sifat ini adalah sifat-sifat yang dapat diketahui orang lain dari dirinya, maka apabila seseorang mengetahui bahwa dirinya telah beriman kepada Allah, kepada Rasul-Nya Muhammad saw dan meyakini bahwa apa yang dibawa Nabi itu benar, sedang orang itu mengikrarkan semua pengakuannya itu dengan lisan, maka ia wajib mengatakan bahwa ia telah menjadi orang mukmin yang benar.
Di akhir ayat Allah menjelaskan imbalan yang akan diterima oleh orang-orang mukmin yang benar-benar beriman dan menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang telah disebutkan, yaitu mereka akan memperoleh derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia di sisi Allah, karena kuasa Allah semata. Kalau Allah berkuasa menciptakan segala macam bentuk kehidupan. Maka Dia berkuasa pula memberikan keutamaan kepada makhluk-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.
Derajat yang tinggi itu, dapat berupa keutamaan hidup di dunia dan dapat berupa keutamaan hidup di akhirat, atau kedua-duanya. Allah berfirman:

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.(at-Taubah/9:20)

Dan firman Allah :
Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain. (al-Anam/6: 165)

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab