Tinta Media: Bebaskan Palestina
Tampilkan postingan dengan label Bebaskan Palestina. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bebaskan Palestina. Tampilkan semua postingan

Minggu, 22 Oktober 2023

Tokoh Peduli Palestina Menyeru Umat Islam Membebaskan Palestina dengan Jihad dan Khilafah

Tinta Media - Terkait eskalasi serangan Penjajah Zionis Yahudi terhadap Palestina, para Tokoh Peduli Palestina menyeru umat Islam untuk membebaskan Palestina dengan jihad dan khilafah.

"Bebaskan Palestina dengan Jihad dan Khilafah," seru Ustadz Muhammad Ismail Yusanto perwakilan Tokoh Peduli Palestina, Pernyataan Tokoh: Bebaskan Palestina dengan Jihad dan Khilafah, Selasa (17/10/2023) di kanal Youtube UIY Official. 

Tokoh Peduli Palestina mengutarakan empat pernyataan sikap. “Menyikapi perkembangan mutakhir di Palestina, Tokoh Peduli Palestina menyampaikan pernyataan sikap sebagai berikut,” tuturnya.

Pertama, disampaikan keprihatinan yang mendalam atas apa yang terjadi Palestina, khususnya di Jalur Gaza, akibat kebiadaban zionis Yahudi penjajah yang telah menimbulkan kehancuran hebat dan korban yang sangat banyak. 

"Disertai iringan doa, Semoga Allah memberikan kekuatan lahir dan batin pada penduduk Palestina, semoga Allah SWT memberikan surga Firdaus yang paling tinggi untuk para syuhada, dan memohonkan kesembuhan sempurna bagi yang luka serta perlindungan bagi seluruh kaum muslimin yang ada di sana,” ujarnya.

Kedua, problema pokok Palestina adalah penjajahan oleh zionis Yahudi yang telah merampas wilayah itu atas dukungan Inggris. 

“Zionis Yahudi merampas tanah Palestina melalui Deklarasi Balfour pada tahun 1917 sebagai realisasi dari cita-cita berdirinya negara Yahudi yang digagas oleh Theodor Herzl melalui Kongres Zionis Internasional I di Basel pada 1897,” ungkapnya. 


Padahal, menurutnya, secara hakikat wilayah Palestina adalah tanah kharajiyah yang telah menjadi bagian dari negeri Islam sejak masa khalifah kedua sayyidina Umar bin Khattab ra. 

Ketiga, solusi tuntas atas persoalan Palestina melalui jihad fi sabilillah. Hanya dengan cara itu saja penjajahan bisa dienyahkan. Sekian banyak perundingan damai telah dilakukan, bahkan juga ada lebih dari 30 resolusi PBB sudah ditetapkan, tapi semua itu tak membuat mereka menghentikan penjajahan itu. 

"Solusi dua negara (two state solution) harus ditolak karena hal itu sama saja dengan mengakui keberadaan zionis penjajah atas wilayah Palestina,” tegasnya.


Keempat, usaha membebaskan wilayah Palestina dari penjajah zionis akan bisa terlaksana sempurna dengan bersatu dan bangkitnya kembali umat Islam dalam naungan Khilafah. 

 “Khalifah yang akan menggerakkan umat Islam dan tentara yang gagah perkasa untuk melancarkan jihad fii sabilillah mengusir zionis penjajah dari bumi Palestina selama-lamanya,” jelasnya.


Tokoh Peduli Palestina juga menyeru umat Islam, menampakkan kepeduliannya terhadap Palestina dengan memberikan bantuan dana, makanan dan obat-obatan serta doa dan qunut nazilah yang tulus, disertai pengiriman tentara dari seluruh negeri muslim untuk menghentikan kebiadaban penjajahan zionis Yahudi.


“Pengiriman tentara dari seluruh negeri muslim, khusususnya Mesir, Turki, Irak, Indonesia, utamanya negeri-negeri Arab ke sana, karena tindakan militer yang dilakukan oleh zionis penjajah hanya bisa dihadapi dengan kekuatan militer juga. Andai seluruh negeri muslim yang berjumlah lebih dari 40 negara mengirim tentara ke sana, hasilnya akan sangat signifikan,” tegasnya.


Seruan lainnya, bahwa umat Islam yakni harus terus berdakwah dengan istiqamah bagi tegaknya kembali kehidupan Islam yang akan menerapkan syari’ah Islam secara kaffah di bawah naungan Khilafah yang akan menyatukan lebih dari dua miliar umat se-dunia.


“Persatuan itu akan menjadikan umat kuat, khilafah akan melindungi negeri-negeri muslim dan membebaskan seluruh negeri Islam termasuk Palestina dari para penjajah serta terwujudnya izzul Islam wal muslimin,” pungkasnya.[] Evi

Jumat, 20 Oktober 2023

Pejuang Hamas Dilabeli Teroris, UIY: Kezaliman yang Luar Biasa

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menilai, label teroris yang disematkan terhadap Pejuang Hamas merupakan bentuk ketidakadilan dan kezaliman yang luar biasa.

"Ini adalah suatu ketidakadilan dan kezaliman yang luar biasa," tuturnya kepada Tinta Media Selasa (10/10/2023).

Bagaimana tidak, ujarnya, kelompok atau organisasi yang berjuang merebut haknya kembali yaitu Tanah Palestina yang dikuasai oleh entitas penjajah Yahudi dikatakan sebagai teroris.

Kemudian ia menyatakan dan menekankan kembali bahwa labelisasi itu merupakan ketidakadilan yang luar biasa karena yang merebut Tanah Palestina justru tidak disebut apa-apa.

"Sementara, yang merebut wilayah itu, yang melakukan serangan tidak pernah berhenti, tidak disebut apa-apa. Ini adalah suatu ketidakadilan yang luar biasa," tegasnya.

UIY juga mengatakan bahwa seharusnya mereka itu memberikan dukungan terhadap Hamas bukan malah menuduh atau menyebut Hamas sebagai teroris. "Alih-alih mendukung atau men-support Hamas, justru melabeli mereka dengan sebutan teroris," cecarnya.

Ketika sebuah organisasi atau kelompok, imbuhnya, dilabeli sebagai teroris, maka apapun yang dilakukan, sebenar apapun yang dilakukan menjadi salah. Sebagaimana yang dilakukan Hamas saat ini. Padahal sangat jelas bahwa Hamas ini bisa disebut _front liner_ selalu berada di garda terdepan yang mewujudkan, merealisasikan aspirasi umat Islam dunia menyangkut Palestina.

Israel Teroris 

UIY kembali menyatakan bahwa yang layak disebut sebagai teroris adalah Israel. "Yang layak dikatakan sebagai teroris adalah Israel," tukasnya.

Sebagaimana yang dikatakan komisi HAM internasional, lanjut UIY, pelaku pelanggaran HAM terbesar adalah Amerika, berikutnya adalah Israel, sudah tak terhitung kejahatan yang mereka lakukan.

Sikap Kaum Muslimin

UIY juga tidak lupa menyampaikan sikap kaum muslimin harus berani dan tegas, bahwa persoalan Palestina adalah persoalan eksistensi penjajahan entitas Yahudi.

"Kita harus berani dan tegas mengatakan bahwa persoalan Palestina ini adalah persoalan eksistensi penjajahan oleh entitas Yahudi yang menguasai tanah Palestina," terangnya

Tanah Palestina, bebernya, adalah tanah Kharaj yaitu tanah kaum muslimin yang diberkati oleh Allah SWT. Tidak ada seorangpun yang berhak menyerahkan tanah tersebut kepada penjajah. Sehingga perjuangan untuk merebut tanah tersebut harus digaungkan sebagaimana yang kita saksikan pejuang Palestina tidak pernah menyerah.

Terakhir, ia menyerukan bahwa usaha merebut kembali Tanah Palestina ini bisa dicapai hanya dengan kekuatan Umat Islam yakni ketika bersatu dalam kepemimpinan tunggal yang disebut Khalifah dengan institusi yang menaungi adalah khilafah.

"Usaha merebut kembali Tanah Palestina ini bisa berhasil salah satu faktor penting adalah adanya kekuatan dari umat Islam itu sendiri, yakni ketika Umat Islam bersatu dalam satu kepemimpinan tunggal yaitu Khalifah dan institusi yang menaungi adalah khilafah," pungkasnya.[] Nur Salamah

Ulama Aswaja: Yahudi Ini seperti Kanker di Tubuh Masyarakat Muslim Arab

Tinta Media - Ulama Aswaja Solo Kyai Ahmad Fadholi mengungkapkan, keberadaan Entitas Penjajah Yahudi di Palestina ini seperti kanker. "Yahudi ini seperti kanker di dalam tubuh masyarakat Muslim Arab," tuturnya kepada Tinta Media Ahad (16/10/2023).

Menurutnya, sudah sepantasnya memang harus dioperasi. "Dibuang itu solusinya," tegasnya. 

Kiai Fadholi mengatakan, konflik Palestina akan terus memanas selama entitas Yahudi masih bercokol di sana. "Ini akan memanas terus menerus sepanjang entitas itu (Yahudi) masih bercokol di sana," ujarnya. 

Ia menilai, inilah yang menjadi akar permasalahan di Palestina  yakni  kependudukan Penjajah Yahudi kepada negeri yang dinilai suci oleh kaum muslimin.

Kiai juga mengungkapkan alasan kenapa Palestina dinilai suci oleh kaum muslimin. "Adalah tempat isra Nabi SAW, kiblat kaum muslimin," ungkapnya.

Ia mengungkap, Palestina sebelumnya memang dikuasai oleh nasrani. "Tapi kemudian dalam perjanjian umariyah itu penguasa nasrani menyerahkan kepada kaum muslimin untuk penguasaan Palestina itu dizaman Umar Bin Khattab maka sejak itu Palestina bersama negeri muslim yang lain dibawah naungan kaum muslimin," tuturnya.

"Memang terjadi kependudukan orang kristen dalam perang salib. "Namun kemudian dikalahkan orang kristen itu, maka kembali kepangkuan muslimin," lanjutnya.

Kemudian jelasnya, munculah Theodore Herzl yang merampas tanah Palestina. "Jadi negeri yang sudah ditangan kaum muslimin dengan penguasaan damai tiba-tiba muncul Theodore Herzl itu problem utamanya disitu," ujarnya.

Terkait solusi Kyai Fadholi menjelaskan bahwasanya solusi untuk permasalahan Palestina adalah dengan jihad fi sabilillah.

"Solusi Jihad yang digerakkan oleh negeri arab, misal Arab Saudi menggerakkan pasukannya, Mesir menggerakkan pasukannya dan Pakistan, Turki, Indonesia nah itu solusinya jihad fi sabilillah atau jihad yang digerakkan oleh kekhalifahan," tandasnya. [] Setiyawan Dwi

****



Kamis, 19 Oktober 2023

DERITA RAKYAT PALESTINA, DERITA SELURUH KAUM MUSLIMIN

Tinta Media - Perang antara Palestina dan Israel kembali terjadi. Sejak tahun 1948, pendudukan Israel dan pendirian negara Yahudi di Palestina hingga hari ini, maka tragedi ini sudah berlangsung selama kurang lebih 75 tahun. Dan tragedi ini terjadi secara terus menerus dan berulang-ulang dari waktu ke waktu tanpa diketahui kapan selesainya.

Pasukan Hamas memang melakukan serangan terlebih dahulu, dan itu dianggap sebagai konflik pemicu bagi tentara Israel. Padahal yang sebenarnya terjadi, serangan itu dilakukan dalam rangka untuk membalas kekejaman tentara Israel selama bertahun-tahun lamanya. Sehingga sejak hari pertama serangan Hamas dilakukan, kurang lebih 5.000 roket telah ditembakkan dari jalur Gaza ke arah kaum Yahudi yang telah lama merampas tanah Palestina.

Pada faktanya tentara Israel pun tidak tinggal diam, mereka melakukan serangan balasan yang lebih besar dan lebih brutal. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya korban yang meninggal. Sebagaimana dilansir dari sumber koran lokal yang menyebutkan bahwa akibat kebrutalan serangan Yahudi, penduduk Palestina yang meninggal sekitar 770 orang dengan korban 140 anak-anak dan 120 perempuan. Dan diperkirakan korban akan terus bertambah, dikarenakan adanya dukungan bantuan dari tentara militer AS untuk tentara Yahudi.

Konflik yang terjadi secara terus menerus

Kita tidak bisa membayangkan, penduduk Palestina selalu hidup dalam ketakutan dan ketidak tenangan. Sewaktu-waktu dan kapan saja rudal bisa saja jatuh di tengah-tengah mereka. Dan kondisi semacam ini sudah terjadi selama puluhan tahun mereka mengalaminya, namun pada faktanya sampai sekarang pun tidak ada solusi atau bantuan baik yang diberikan  oleh negara tetangga ataupun negeri-negeri muslim yang lain. Sehingga kejadian semacam ini akan terus berlangsung setiap waktu dan setiap saat.

 

Konflik yang terjadi antara Palestina dengan Israel, tidak akan mungkin bisa terselesaikan selama umat IsIam di seluruh penjuru dunia tidak bersatu. Dan selama Khilafah belum tegak maka umat IsIam tidak akan bisa bersatu. Karena diantara kaum muslimin sendiri akan terus terjadi perbedaan pandangan atau persepsi berkaitan dengan hak atas tanah Palestina itu sendiri.

Tanah Palestina milik umat Islam

Palestina adalah bagian dari negara Syam. Di Palestina juga tempat tinggalnya para nabinya umat IsIam. Jadi Jauh sebelum orang-orang Israel datang ke Palestina, maka negeri itu adalah wilayahnya kaum muslimin. Sehingga pada dasarnya negara Israel yang dibangun ditanah Palestina adalah negara penjajah yang mengambil tanah penduduk Palestina. Dan hanya dengan sistem IsIam yang diterapkan oleh kekhilafahan lah yang mampu mengusir orang-orang Israel dari tanah Palestina, serta mampu menyelesaikan konflik Palestina dengan Israel secara keseluruhan.

Wallahu a'lam bish showab.

Oleh : Iin Rohmatin Abidah (Sahabat Tinta Media)

 

Rabu, 18 Oktober 2023

Pergolakan Palestina-Penjajah Yahudi Terus Abadi, Selama Tak Ada Sistem yang Pasti

Tinta Media - Konflik Palestina-Israel semakin memanas. Serangan balasan yang dilakukan Hamas Palestina ke Israel dekat perbatasan Gaza, Sabtu lalu (7/10/2023), memantik peperangan yang kesekian kalinya antara Palestina dan Israel. 

Konflik Berkepanjangan, Buruknya Sistem yang Mengendalikan

Serangan Hamas merupakan serangan yang dilakukan untuk merebut kembali tanah air warga Palestina dari pendudukan Israel (CNBCIndonesia.com, 9/10/2023). Pertempuran yang semakin meningkat, menelan sedikitnya 1.100 korban jiwa. Hingga akhirnya deklarasi perang pun dengan tegas diungkapkan Israel terhadap Palestina.

Israel pun membalas serangan Hamas. Gaza dibombardir dari segala arah. Kehancuran bangunan terjadi di setiap sudut kota (CNNIndonesia.com, 10/10/2023). Mayat-mayat kaum muslimin memenuhi jalanan. Asap hitam membumbung tinggi, akibat dari terbakarnya bangunan-bangunan di Gaza karena serangan bom Israel. Gempuran ini merupakan gempuran terburuk selama 75 tahun konflik yang telah berlangsung antara Palestina dan Israel.

Aneksasi lahan menjadi sebab utama peperangan panjang antara Palestina dan Israel. Upaya pencaplokan lahan oleh Israel telah menyebabkan banyak rakyat Palestina terusir. Tempat tinggal yang telah ratusan tahun dihuni, direbut dengan kejam oleh Israel.Masalah ini pun berlarut-larut hingga kini. Konflik Palestina dan Israel, yang berawal pada tahun 1948 semakin rumit dan membelit dengan adanya sikap represif dan diskriminasi Israel terhadap rakyat Palestina selama puluhan tahun.

Tidakkah rakyat Palestina berhak membela tanah kelahirannya yang direbut?

Namun sayang, saat ini dunia belum menyajikan solusi yang pasti untuk menghentikan peperangan yang terjadi. Badan Keamanan PBB tak mampu berbuat banyak. Meutya Hafidz, Ketua Komisi I DPR RI,  memaksa adanya peran aktif PBB untuk menyegerakan proses dialog dan berusaha menyelesaikan akar konflik utama Palestina dan Israel (tempo.co, 11/10/2023). Meutya pun mengkritik dengan tajam perihal keberadaan PBB sebagai lembaga keamanan dunia, tak terlihat upayanya secara konkrit dalam penyelesaian perang antara Palestina dan Israel. Meutya  melanjutkan, konflik ini tak mampu tuntas dengan solusi yang diputuskan secara unilateral.

Fakta yang begitu memilukan. Palestina porak poranda. Bahkan bantuan makanan dari jalur Gaza pun diblokade Israel. Tak hanya makanan, Israel pun memutus akses listrik dan pasokan air di jalur Gaza. Lantas, dimana negara-negara Islam di dunia? Tidakkah kita membela?

Perjanjian, perdamaian dan diskusi, jelas tak mampu menjadi solusi menghentikan kekejaman Israel. Kekuatan fisik harus dilawan dengan kekuatan fisik. Sayangnya, sistem saat ini yang mengadopsi konsep nation state, menjadikan kekuatan negeri-negeri kaum muslim mandul. Tak mampu berdaya membela saudara sendiri.

Kecaman dan empati dunia tak mampu serta merta menghentikan peperangan yang terus terjadi. Perlu ada solusi pasti yang mampu menuntaskan. Semua ini terjadi sebagai akibat hilangnya perisai kaum muslimin. Banyaknya kaum muslimin bagai buih di lautan. Meskipun jumlahnya banyak, namun sayang, tak ada kekuatan sedikitpun.

Buruknya konsep penjajahan ala Barat yang terus dihembuskan. Konsep yang katanya mengecam segala bentuk penjajahan serta penindasan, tak mampu berlaku bagi rakyat Palestina. Palestina disebut sebagai negara Yahudi di atas Tanah Palestina. Jelas, konsep ini adalah suatu bentuk ketidakadilan.

Sistem Islam Ciptakan Perisai Pembela

Palestina adalah tanah kharajiyah. Kaum muslim wajib menjaganya dengan darah perjuangan. Selamanya akan menjadi hak milik kaum muslimin. Tak ada siapapun yang mampu merebut. Termasuk Israel sekalipun. Keberadaan Israel sebagai negara yang dipaksakan Barat merupakan bentukan alat yang merusak keberadaan kaum muslimin. Sudah semestinya dilawan dengan kekuatan. Tak ada kekuatan yang dahsyat selain sistem Islam. Dalam wadah Khilaf4h, Israel mampu dilawan dengan kekuatan perisai kaum muslimin. Karena Khilaf4h-lah satu-satunya wadah yang menyatukan kekuatan muslim dunia. Dan hanya dalam wadah Khilaf4h pula, jihad fii sabilillah dapat ditegakkan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قَا تِلُوْهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللّٰهُ بِاَ يْدِيْكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُوْرَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِيْنَ

"Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tanganmu dan Dia akan menghinakan mereka dan menolongmu (dengan kemenangan) atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman," (QS. At-Taubah: 14)

Kemenangan kaum muslimin hanya mampu diwujudkan dalam sistem Islam. Syariah Islam dan kepemimpinan berpikir dalam Islam meniscayakan kebangkitan umat. Hingga tersadar bahwa pembelaan terhadap saudara muslim adalah kewajiban. Kewajiban ini hanya mampu terlaksana dalam wadah institusi yang mampu menjadi perisai.

Khilaf4h manhaj An Nubuwwah. Inilah satu-satunya solusi pasti. Dalam naungan sistem yang hakiki. Hanya dengannya kemuliaan, keselamtan dan tanah milik kaum muslimin terjaga sempurna. Wallahu 'alam bisshowwab.

Oleh: Yuke Octavianty (Forum Literasi Muslimah Bogor)

 

Selama Penjajah Yahudi Bercokol di Palestina, Konflik Akan Terus Ada

Tinta Media - Konflik antara  Palestina dan Entitas Penjajah Yahudi, menurut Ulama Ahlu Sunah Wal Jama'ah (Aswaja) Kiai Azizi Fathoni akan terus ada selama Penjajah Yahudi tetap bercokol di Palestina.

"Konflik antara Palestina dan penjajah Yahudi itu akan terus berlangsung dan tidak akan berakhir selama Yahudi melancarkan penjajahannya, tidak menghentikan penjajahannya dan tidak keluar dari wilayah Palestina," tuturnya kepada Tinta Media, Sabtu (14/10/2023).

Menurutnya, konflik tersebut akan terus berlangsung dan itu sudah Sunnatullah.

"Perlawanan rakyat Palestina sama sebagaimana juga perlawanan para pahlawan dulu di tanah air Indonesia, dalam rangka mengusir penjajahan Belanda," ujarnya. 

 Kiai Azizi mengungkapkan bahwa akar masalah Palestina ini adalah penjajahan yang telah dilakukan oleh Yahudi yang prosesnya sangat lama dan bergelombang. 

 "Kedatangan Yahudi ke tanah Palestina itu yang dari awalnya hanya tiga persen, sekarang tujuh puluh bahkan mungkin delapan puluh persen warga Yahudi menduduki daripada wilayah Palestina," ulasnya.
 
Ia menilai penjajahan yang dilakukan oleh Yahudi itu tidak bisa dibenarkan dari sudut pandang mana pun. "Apalagi dari sudut pandang Islam. Kaum Muslimin punya kewajiban untuk mengusir penjajah itu dengan jihad," tegasnya.

Lebih lanjut, Kiai mengungkapkan bahwa dalam kitab-kitab fikih, jihad itu ada dua macam saat musuh berada di negeri mereka dan musuh datang menduduki atau menjajah negeri yang dimiliki oleh kaum Muslim. 

"Maka kaum Muslimin wajib untuk mengangkat senjata ketika musuh itu datang untuk menjajah negerinya dan hukumnya fardhu untuk mengangkat senjata," tegasnya.

Kiai menyerukan tidak bolehnya mengambil solusi yang ditawarkan dari negara-negara kafir misalkan menawarkan solusi dua negara. Karena itu seperti mengizinkan pencuri untuk menguasai rumah. "Ini tidak layak, tidak pantas dan solusi yang konyol," tandasnya.

Kiai Azizi memaparkan bahwa ini berupa penjajahan secara militer, maka solusinya pun juga harus bersifat fisik dengan mengusir penjajah itu sendiri yakni dengan mengerahkan kekuatan untuk mengusir penjajah.

"Solusi tuntas sebetulnya dengan jihad. Jihad yang paripurna itu adalah jihad yang diback up oleh kekuasaan Islam yang tidak lain itu adalah kekhilafahan Islamiyah ala minhajin nubuwah," pungkasnya.[] Muhammad Nur

Hamas Serang Entitas Penjajah Yahudi, FIWS: Semangat Perlawanan Kaum Muslimin Tak Pernah Padam

Tinta Media - Menanggapi serangan Hamas atas entitas penjajah yahudi, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi memberikan beberapa catatan.

"Pertama, ini menunjukkan semangat perlawanan kaum Muslimin untuk melawan penjajahan tidak pernah padam, meskipun dalam keadaan yang sulit sekalipun," tuturnya kepada Tinta Media, Ahad (15/10/2023).

Kedua, apa yang terjadi dalam serangan kemarin itu menunjukkan kelemahan entitas penjajah Yahudi ini yang sering disebut memiliki pertahanan rudal yang paling canggih di dunia yang dikenal dengan iron dome tapi tidak mampu menghadapi kecerdikan dari pejuang-pejuang hamas.

"Ini telah memberikan pukulan yang keras bagi entitas penjajah Yahudi," tegasnya. 

Menurutnya, ini seharusnya memberikan kebahagiaan bagi kaum Muslimin bahwa masih ada saudara-saudara mereka yang masih memperjuangkan dan tetap istiqomah untuk memperjuangkan bebasnya tanah Palestina dari penjajahan entitas penjajah yahudi.

Ketiga, ini sekaligus merupakan tamparan keras bagi penguasa-penguasa arab yang sesungguhnya memiliki pasukan yang lebih canggih dan lebih banyak terlatih. Demikian juga persenjataan yang masih canggih. Tetapi menjadi lumpuh karena ketiadaan kemauan politik untuk membebaskan tanah Palestina.

"Ini memberikan tamparan keras sesungguhnya bagi mereka dan menjadi catatan bagi umat, dan bagi rakyat yang menjadi jalan bagi keruntuhan kekuasaan mereka," tegasnya.

Farid mengungkap, akar masalahnya sudah sangat jelas bahwa konflik Palestina ini adalah penjajahan oleh entitas penjajah Yahudi. Yang kelahirannya dibidani oleh Inggris dan kemudian dijaga oleh negara negara barat terutama Amerika Serikat. 

"Jadi persoalannya sangat jelas, siapa yang kemudian diusir dari tanah Palestina tahun 1948 itu adalah orang Palestina. Siapa yang kemudian menjadi pengungsi lebih dari satu juta orang itu keluar dari tanah Palestina dan sebagian besar kemudian menjadi pengungsi itu adalah rakyat Palestina," ungkapnya.

Jihad Fisabilillah

 Ia menyampaikan untuk menyelesaikan persoalan ini, juga sangat jelas, yaitu bagaimana mengusir entitas penjajah Yahudi dari tanah Palestina. "Itu tidak mungkin dilakukan kecuali dengan jihad fisabilillah," tegas Farid.

Jalan perdamaian (solusi dua negara) itu, katanya, justru akan tetap memelihara entitas penjajah Yahudi karena perdamaian tentunya mensyaratkan pengakuan terhadap entitas penjajah. "Solusi dua negara itu juga akan menjaga eksistensi penjajah yahudi karena dua negara yang dimaksud di situ adalah Palestina dan entitas penjajah yahudi," paparnya.

Karena itu, ujar Farid, untuk membebaskan tanah Palestina diperlukan juga kekuatan global umat Islam yang akan menggerakkan tentara-tentara negeri Islam yang akan menyatukan komitmen dari seluruh negeri Islam.

"Disinilah relevansi perjuangan penegakan khilafah ala minhaji nubuwah sekaligus untuk menyingkirkan penghalang dari jihad fi sabilillah yaitu para penguasa-penguasa di negeri Islam sendiri. Di samping negara-negara barat, merekalah yang menjaga eksistensi entitas Yahudi hanya berdiam diri, bahkan melakukan normalisasi dengan entitas penjajah Yahudi," ulasnya.

Menurutnya, tegaknya khilafah Islam ala minhajin nubuwah akan menumbangkan penguasa-penguasa pengkhianat ini dan menyatukan negeri-negeri Islam menjadi kekuatan global yang membebaskan tanah palestina. "Dengan kekuatan tentara-tentara negeri-negeri Islam ditambah dengan kaum Muslimin siap untuk jihad fisabilillah," pungkasnya. [] Muhammad Nur

Selasa, 17 Oktober 2023

Akar Masalah Palestina adalah Penjajahan Zionis Yahudi

Tinta Media - Pemerhati Sejarah Ali Mustofa mengungkapkan akar masalah dari konflik di Palestina tidak lain adalah adanya pendudukan atau penyerobotan sebagian besar wilayah Palestina secara ilegal zionis Yahudi.

"Akar masalah dari konflik di Palestina tak lain adalah adanya pendudukan atau penyerobotan sebagian besar wilayah Palestina secara ilegal oleh penjajah Zionis Yahudi," ujarnya kepada Tinta Media Ahad (15/10/2023).

Maka lanjutnya, selama penjajahan ini belum dihapuskan, konflik pun tidak bisa dielakkan. 

"Kita tak bisa menyalahkan Hamas (Harakat al-Muqawama al-Islamiya) misalnya kemarin yang memulai penyerangan karena substansinya mereka sedang melakukan jihad defensif sebagai upaya mengusir Penjajah. Sebagaimana yang dilakukan oleh para pahlawan di negeri ini ketika dijajah," tuturnya.

*Solusi*

Bung Ali menilai solusi atas permasalahan di Palestina adalah para penjajah harus diusir dari Palestina.

"Perlu juga diketahui bahwa solusi di Palestina tidak cukup bantuan berupa makanan maupun obat-obatan karena di palestina terdapat korban dan penjajah. Solusi untuk korban berupa obat-obatan, makanan, dst. Sedangkan solusi untuk penjajah sudah semestinya dengan diusir," tegasnya.

Namun, ujarnya, penjajah zionis tidak sendirian melainkan ada Amerika dan sekutunya yang saat ini para penguasanya sudah nyata membantu dengan pengiriman militer maupun persenjataan.

"Di satu sisi para penguasa di negeri-negeri muslim bisa dikatakan belum melakukan aksi nyata, dan umat Islam tidak bisa berbuat banyak disebabkan faktor utamanya yakni diterapkan sistem sekularisme di berbagai negeri Muslim yang memiliki turunan nation state, sistem ini secara konkrit menjadikan umat Islam lemah tercabik-cabik menjadi negeri-negeri kecil, ibarat anak ayam kehilangan induknya," bebernya.

Maka solusi tuntasnya, katanya, umat Islam butuh seorang pemimpin yang menerapkan hukum-hukum Allah secara kaffah, yang dengan ijin Allah akan menghilangkan sekat-sekat nasionalisme, menyatukan umat Islam, menghimpun potensi kekuatan umat Islam dan jugasebagai perisai.

"Itulah khalifah pemimpin dalam negara khilafah rasyidah. Itu adalah janji Allah, tugas kita ikut kontribusi dalam perjuangan. Sungguh pertolongan Allah itu dekat," tandasnya. [] Setiyawan Dwi 

Inilah Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Konflik Palestina

Tinta Media - Pemerhati Sejarah Ali Mustofa mengungkapkan ada pelajaran yang bisa di petik dari memanasnya situasi di Palestina.

"Pertama, kebenaran hadits Rasulullah saw bahwa umat Islam akan memerangi Yahudi sebelum datangnya hari kiamat," ujarnya kepada Tinta Media Ahad (15/10/23).

Mengutip dari hadist Rasulullah Saw dari riwayat Bukhari Muslim, "Tidak akan terjadi Hari Kiamat hingga kalian (umat Islam) memerangi Yahudi, kemudian batu berkata di belakang Yahudi," Wahai Muslim, inilah Yahudi di belakangku, bunuhlah!".

Bung Ali, sapaannya, menyebutkan bahwa hadist ini semakin relevan di abad sekarang, sebab pada abad-abad sebelumnya mereka bukanlah musuh yang sebanding dengan Umat Islam, malah justru mereka lama dinaungi oleh keadilan Islam yang pernah berkuasa kurang lebih 13 abad lamanya.

"Baru setelah zionis Yahudi berhasil menjajah Palestina dan mendirikan negara ilegal, mereka (yahudi) menempatkan posisinya sebagai musuh utama yang harus diperangi oleh umat Islam," ujarnya.

Kedua, bebernya, perlawanan jihad defensif oleh para mujahidin menunjukkan sikap kesatria dan kepahlawanan. Mereka (mujahidin) telah meneruskan tugas estafet para pendahulu yang telah berusaha menjaga dan membebaskan Al-Aqsa.

"Daya juang penduduk Palestina semoga bisa menginspirasi umat Islam sedunia agar bangkit dan melawan segala bentuk penjajahan.  Termasuk penjajahan dalam bentuk non-fisik yang saat ini tengah melanda di negri-negri muslim di berbagai belahan dunia karena tidak diterapkannya syariah Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan," bebernya. 

Ketiga, ucapnya, apa yang terjadi di Palestina juga menunjukkan secara gamblang kebatilan bentuk kenegaraan (nation-state) yang merupakan produk barat turunan dari sistem sekularisme.

"Sebagaimana spirit pembelaan umat Islam di seluruh dunia yang alhamdulillah membara, sayangnya mereka tidak bisa berbuat banyak karena adanya tembok nation-state," ucapnya. 

Keempat, ujarnya, memanasnya Palestina juga menjadi ujian bagi umat Islam seluruh dunia termasuk penguasanya terkait sikapnya mendukung Palestina atau justru mendukung penjajah zionis Yahudi.

"Wa bil khusus bagi penguasa-penguasa yang muslim, peristiwa ini juga menunjukkan wajah asli mereka, apakah mereka benar-benar membela Palestina, atau hanya retorika belaka tanpa aksi yang nyata seperti mengirim pasukan untuk menolong saudaranya, ataukah terkena penyakit Al-Wahn (cinta dunia dan takut mati) sehingga enggan menolong saudaranya dengan berbagai dalih," pungkasnya. [] Setiyawan Dwi

Inilah Alasan di Balik Serangan Pejuang Hamas atas Penjajah Yahudi

Tinta Media - Direktur Siyasah Institute Iwan Januar mengungkap alasan di balik serangan yang dilakukan Pejuang Hamas atas Penjajah Yahudi.

"Itu akibat akumulasi represif militer entitas Yahudi yang tiap hari melakukan serangan dan penganiayaan terhadap warga Palestina, terutama kaum muslimin. Ini menimbulkan kemarahan besar dari warga Palestina," ungkapnya kepada Tinta Media, Senin (16/10/2023).

Selain itu, kata Iwan, serangan Hamas juga membungkam mitos pertahanan militer entitas Yahudi yang kabarnya solid, kuat tak mudah ditembus. "Ternyata kecerdasan serangan Hamas mampu menembus pertahanan mereka, khususnya bisa mengecoh iron dome," ujarnya. 

Ia mengatakan, akar permasalahan konflik entitas Yahudi dengan warga Palestina, khususnya kaum muslimin di sana adalah agresi dan pendudukan entitas Yahudi yang didukung negara-negara Barat, serta diamnya para pemimpin dunia Islam terutama para pemimpin Arab terhadap derita muslim Palestina.

"Negara-negara Barat juga memainkan opini bahwa Hamas adalah kelompok teroris, sehingga Israel berhak melakukan self defense. Kenyataannya apa yang dilakukan Hamas dan sejumlah perlawanan lain terhadap entitas Yahudi adalah hak mereka untuk mempertahankan diri dan membebaskan tanah air kaum muslimin dari penjajahan," bebernya. 

Menurutnya, solusi tepat dalam persoalan ini adalah membebaskan setiap jengkal tanah Palestina dari cengkraman entitas Yahudi. "Bukan solusi jebakan PBB dan negara-negara Barat seperti 'solusi dua negara' atau internasionalisasi Yerusalem, itu sama artinya pengakuan terhadap negara penjajah," katanya. 

Hanya saja, kata Iwan, tidak mungkin itu bisa tercapai bila mengharapkan PBB ataupun negara-negara Arab atau OKI. "Semuanya menjadi bagian dari eksistensi entitas Yahudi. Pembebasan Palestina hanya bisa dilakukan dengan jihad dan khilafah," pungkasnya.[] Muhammad Nur

MEMBACA SIKAP KAUM MUNAFIK DALAM KONFLIK PALESTINA

Tinta Media - Pandangan Islam Terhadap Persoalan Palestina

Pertama, persoalan Palestina bukanlah urusan Fattah, Hamas, atau PLO saja. Ini juga bukan sekedar konflik rakyat Palestina dengan Israel. Tapi merupakan persoalan umat Islam, karena tanah Palestina adalah milik umat Islam.

 

Kedua, persoalan pokok Palestina itu adalah adanya penjajah Israel yang merampas tanah kaum muslimin disana. Jadi perjuangan ini harus fokus pada bagaimana agar Israel mundur dari Palestina

 

Ketiga, perjuangan untuk membuat mundur Israel dari tanah Palestina, tidak mungkin bisa diraih dengan perdamaian. Sebab perdamaian mensyaratkan dua hal : pengakuan eksistensi negara penjajah Israel dan yang kedua Israel dan Palestina akan menjadi dua negara yang berdampingan. Jalan satu-satunya adalah jihad fi Sabilillah. Kondisi perang harus tetap dipertahankan, bukan perdamaian.

 

Keempat, Islam mengharamkan segala bentuk perdamaian dengan Israel . Karena perdamain dengan Israel mensyaratkan pengakuan keberadaan negara Israel yang sesungguhnya merupakan negara penjajah dan akan menghentikan jihad fi sabilillah.

 

Kelima, Islam mengharamkan segala bentuk jalan (wasilah) yang menghantarkan penguasaan orang-orang kafir penjajah terhadap Palestina atau mengokohkan penjajahan Israel  seperti tawaran  perdamaian , demokrasi, bantuan baik berupa hibang maupun hutang dll.

 

Keenam,  Umat Islam sebenarnya sedang menghadapi AS dan negara-negara Barat yang mendukung penuh negara Israel. Jadi bukan hanya Israel yang merupakan negara boneka. Karena itu memang dibutuhkan kekuatan seimbang. Sebab yang kita hadapi adalah negara-negara imperialis. Kekuatan yang seimbang itu tidak ada yang lain kecuali Daulah Khilafah Islam. Negara global yang menyatukan kaum muslim.Daulah Khilafah ini nanti akan menyerukan jihad fi sabilillah kepada kaum muslim seluruh dunia untuk membebaskan Palestina. Perlu kita catat, Palestina saat dibebaskan oleh Sholahuddin al Ayyubi pada saat kaum muslim memiliki Daulah Khilafah Islam.

 

Sikap Kaum Muslim Atas Konflik Palestina

 

Palestina sebagai bumi para nabi, karena banyak Nabi yang lahir dari bumi Palestina. Karena itu konflik dengan Israel bagi seorang muslim adalah persoalan akidah, syariah dan juga politik, bukan hanya memandang sebagai persoalan kemanusiaan belaka. Karena itu sikap yang benar bagi seorang muslim adalah tidak pernah ragu membela muslim palestina dari penjajahan Israel.

 

Secara akidah, Masjidil Aqsa (Palestina) adalah tanah suci ketiga bagi kaum Muslimin. “Nabi pernah bersabda, tidak ada perjalanan yang sengaja ke masjid kecuali ke Masjidil Haram, masjidku (Masjid Nabawi, red) dan Masjidil Aqsa. Jadi tanah Palestina juga tanah yang diberkat.

 

Secara syariah, Islam juga mengharamkan kolonialisme dan pembantaian. Kalau mereka menyebut itu persoalan penjajahan atau kolonialisme, ya itu persoalan Islam. Karena Islam memang anti penjajahan, apalagi itu terhadap tanah milik kaum Muslimin, tanah wakaf, tanah kharajiah.

 

Kemudian Israel melakukan kedzaliman luar biasa, membantai penduduk Palestina, terus disebutlah itu sebagai persoalan kemanusiaan. Ya itu persoalan Islam, karena ketika ada orang tanpa alasan syar’i membunuh ya itu berdasarkan Alquran bagaikan membunuh manusia secara keseluruhan.

 

Secara politik, sejak pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab ra, kaum Muslimin diamanahi melindungi kaum Nashrani dari ancaman Yahudi dengan mencegah Yahudi tinggal di Palestina. Hal itu dituangkan dalam Perjanjian Umariyah/Perjanjian Illiya tatkala penduduk Palestina yang semuanya Nashrani menyerahkan secara sukarela tanahnya kepada kaum Muslimin.

 

Karena itu sesama muslim harus saling membantu dimanapun berapa, terlebih saat muslim lainnya mendapatkan berbagai bentuk kezaliman dari orang-orang kafir. Sudah sangat jelas bahwa Israel adalah penjajah yang akan terus menguasai tanah palestina, terlebih saat negara barat terus memberikan dukungan atas penjajahan ini. Sebab negara barat memang merupakan negara-negara imperialis, seperti Amerika, Perancis, Inggris dan sekutunya. Banyak dalil yang menegaskan perintah untuk membantu sesama muslim karena ikatan aqidah.

 

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan Surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh; (itulah) janji yang benar yang ada dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapa yang lebih menepati janjinya dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS At Taubah : 111)

 

Orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS Al Hujurat : 10)

 

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Orang mukmin terhadap orang mukmin yang lain ibarat bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda:

"Seorang mukmin kepada mukmin yang lain ibarat bangunan yang saling menguatkan, lalu beliau menyilangkan jari-jarinya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

 

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda : "Barang siapa yang membantu saudaranya, maka Allah akan membantu dirinya pada hari kiamat." (HR. Muslim). Dari Abdullah bin Amr RA, Rasulullah SAW bersabda: "Rahmatlah (yang dihendaki), karena siapa yang tidak memberi rahmat, niscaya tidak diberi rahmat." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dari Umar bin Khattab RA, Rasulullah SAW bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

 

Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Barangsiapa yang melihat sesuatu yang tidak benar, hendaknya dia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaknya dia mengubahnya dengan lisannya. Jika tidak mampu, hendaknya dia mengubahnya dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.'" (HR. Muslim)

 

Dari hadis-hadis tersebut, dapat disimpulkan bahwa membantu dan mendukung sesama Muslim adalah tindakan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Kasih sayang, rasa peduli, dan solidaritas di antara umat Islam adalah hal-hal yang sangat dihargai dan ditekankan dalam ajaran Islam. Menyokong dan membantu sesama Muslim dalam kesulitan, baik dalam bentuk materi, moral, atau spiritual, merupakan wujud dari iman yang kuat dan kasih sayang sesama manusia. Kepada Palestina, seorang muslim bisa membantu berupa nyawa, kata, harta, rasa dan doa.

 

Sikap Kaum Munafik Atas Konflik Palestina

 

Sikap orang munafik sejak zaman nabi telah ada dan akan terus ada hingga akhir zaman. Dalam peristiwa perang uhud, lahirnya seorang munafik yang bernama Abdullah bin Ubay. Kedatangan Nabi Muhammad ke Madinah tidak hanya memadamkan api permusuhan di antara suku, tetapi juga menyatukan mereka dengan "menghapus" nama suku yang kerap menjadi pemicu konflik. Nabi Muhammad menyebut semua orang di Madinah sebagai kaum Anshar, karena telah menolong, membantu, dan mengizinkan umat Islam Mekkah (Muhajirin) untuk tinggal di Madinah.

 

Meski telah masuk Islam, Abdullah bin Ubay sangat tidak menyukai Nabi Muhammad dan menganggapnya sebagai penghalang untuk menjadi penguasa di Madinah. Abdullah bin Ubay selalu bersikap sinis terhadap Rasulullah karena merasa cemburu dan takut kehilangan pengaruh. Abdullah bin Ubay dianggap munafik karena tidak pernah mengungkapkan permusuhannya secara terbuka, tetapi dengan cara halus. Ia masuk Islam, tidak mengingkari kebenaran yang dibawa Nabi, dan tidak menyangkal bahwa Nabi Muhammad adalah utusan terakhir Allah. Akan tetapi, semua sikapnya ditujukan untuk memadamkan dakwah dan pengaruh Rasulullah.

 

Sifat munafik Abdullah bin Ubay terlihat jelas dalam Perang Uhud antara umat Islam melawan kaum kafir Quraisy pada tahun 625. Dalam perang itu, 700 umat Islam harus melawan 3.000 kaum kafir Quraisy. Sebelum perang, Nabi mengadakan musyawarah bersama para sahabat, termasuk Abdullah bin Ubay. Abdullah bin Ubay awalnya mendukung semua strategi yang dipaparkan oleh Rasulullah.

 

Namun, di perjalanan menuju medan pertempuran, Abdullah bin Ubay justru bertindak sebagai provokator yang mematahkan semangat pasukan Muslim. Ia bersama 300 pasukannya menarik diri dari barisan dan menyatakan tidak akan berperang melawan kaum musyrikin karena Nabi lebih memilih pendapat anak-anak muda dibandingkan usulannya.

 

Abdullah bin Ubay juga mengatakan bahwa perang itu juga tidak membawa keuntungan apa-apa bagi kelompoknya. Tidak hanya itu, aksi pembelotan Abdullah bin Ubay mengundang kemarahan pasukan dan memecah konsentrasi mereka. Setelah pembelotan dalam Perang Uhud, Abdullah bin Ubay menyebar fitnah tentang Aisyah, istri Nabi Muhammad. Sepulang dari Perang Bani Musthaliq, Aisyah difitnah telah berselingkuh dengan laki-laki bernama Shafwan. Embusan kebohongan Abdullah bin Ubay tidak hanya menggoyahkan rumah tangga Nabi, tetapi membuat kegaduhan di antara umat Islam.

 

Fitnah yang menimpa Aisyah akhirnya terselesaikan setelah turun wahyu Allah SWT yang mengungkap kebenarannya. Selain peristiwa-peristiwa tersebut, banyak tindakan-tindakan keji Abdullah bin Ubay yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat Al Quran. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebut bahwa surat An-Nur ayat 33 diturunkan berkaitan dengan Abdullah bin Ubay yang memaksa budak perempuannya agar melacurkan diri demi uang.


Munafik termasuk salah satu sifat tercela. Al-Qur'an dan hadits bahkan menjelaskan secara khusus ciri-ciri orang munafik.
 Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al-Qur'an menyebutkan orang munafik akan ditempatkan di neraka jahanam. Demikian dengan beberapa hadits Rasulullah SAW yang menegaskan bahwa sifat munafik harus dihindari oleh semua umat muslim. Orang-orang beriman jangan sampai tertipu dengan kaum munafik, karena mereka memang sangat pandai berbohong atau pandai melakukan pencintraan.

 

Apabila engkau melihat mereka, tubuhnya mengagumkanmu. Jika mereka bertutur kata, engkau mendengarkan tutur katanya (dengan saksama karena kefasihannya). Mereka bagaikan (seonggok) kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan (kutukan) ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya). Maka, waspadalah terhadap mereka. Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)? (QS Al Munafiqun : 4)

 

Ada empat tanda, jika seseorang memiliki empat tanda ini, maka ia disebut munafik tulen. Jika ia memiliki salah satu tandanya, maka dalam dirinya ada tanda kemunafikan sampai ia meninggalkan perilaku tersebut, yaitu: jika diberi amanat, khianat; jika berbicara, dusta; jika membuat perjanjian, tidak dipenuhi; jika berselisih, dia akan berbuat zalim." (HR Muslim)

 

Lihatlah sikap orang muslim atas konflik Palestina hari ini. Jika ada tujuh sikap berikut, maka mereka terkategori sebagai orang-orang munafik. Pertama, bersikap merendahakan dan mengejek kepada saudara sesama muslim yang peduli dan membela muslim palestina. Kedua, melakukan berbagai fitnah keji kepada muslim palestina. Ketiga, menimbulkan berbagai kegaduhan baru agar umat Islam ragu membela palestina. Keempat, memilih diam karena takut kehilangan dunia dan jabatan. Kelima, membela Israel dengan berbagai aopologi murahan. Keenam, menebar kebohongan perihal konflik Palestina, seperti mengatakan bahwa konflik Palestina hanya sebatas masalah kemanusiaan belaka, bukan masalah agama. Ketujuh, gemar mengkhianati saudararanya demi mengabdi kepada musuh-musuh Allah.

 

Ingat, Abdullah bin Ubay modern akan terus lahir, maka waspadalah, jangan sampai umat Islam tertipu dengan gaya mereka. Jika muslim, maka membela muslim Palestina, jika munafik, maka justru akan memusuhinya.

Oleh: Dr. Ahmad Sastra (Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa)

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 17/10/23 : 13.00 WIB)

SAATNYA NEGERI MUSLIM BERSATU MEMBELA PALESTINA DARI PENJAJAHAN ZIONIS

Tinta Media - Konflik Palestina yang kembali memanas tentu saja memiliki akar sejarah panjang yang akan sulit untuk dihentikan. Kaum muslimin Palestina adalah pemilik sah tanah suci yang diberkahi itu, namun penjajah Israel yang didukung oleh Negara-negara Barat telah memantik konflik yang tak berkesudahan. Rakyat Palestina adalah rakyat yang sedang berjuang mempertahankan harga diri, iman dan wilayahnya dari pendudukan Israel dan tentu saja hal itu bagian dari jihad fi sabilillah melalui para tentara Hamas.

 

Sementara dunia barat terus menyudutkan Palestina dan bahkan menuduhnya sebagai teroris. Bagaimana mungkin sebuah entitas pemilik sah tanah air yang mempertahankan wilayahnya dari para penjajah disebut sebagai teroris, inilah kejahatan Barat yang mesti disadari oleh kaum muslimin seluruh dunia.

 

Hamas dan para mujahid Palestina bukanlah teroris, mereka hanyalah sesama Muslim yang tengah berjuang mempertahankan tanah suci ketiga kaum Muslim dari pendudukan entitas penjajah Yahudi. Yang mereka lakukan itu sebagaimana para pahlawan Indonesia berjihad mengusir penjajah Belanda. Jadi, mencela para mujahid sebagai teroris, itu sama saja dengan membela entitas penjajah Yahudi, sebagaimana mencela para pahlawan Indonesia itu sama saja dengan membela penjajah Belanda.

 

Maka, kaum Muslim janganlah latah turut memfitnah mereka sebagai teroris. Kecuali memang memosisikan diri sebagai anteknya kafir penjajah dan siap menemani kafir penjajah di neraka kelak. Lebih dari itu, mengusir entitas penjajah Yahudi dari tempat suci kaum Muslim ketiga itu bukan hanya kewajiban Hamas dan kaum Muslim Palestina saja, tetapi kewajiban seluruh kaum muslim dunia terutama para penguasa negeri Islam dan bala tentaranya. Bagi yang tidak memungkinkan jihad secara langsung ke Palestina, teruslah opinikan duduk perkara yang sebenarnya tentang Palestina seraya mengajak kaum Muslim lainnya berjuang menegakkan khilafah yang dipimpin seorang khalifah.

 

Mari kita terus berdoa memohonkan surga Firdaus yang paling tinggi untuk para syuhada Palestina, dan memohonkan kesembuhan sempurna yang tidak menyisakan sakit untuk orang-orang terluka dan yang menjadi korban… Sebagaimana kami memohon kepada Allah SWT agar para penguasa antek dan para pengikut mereka dari jamaah-jamaah yang sesat, semua mereka tidak berhasil dalam mengalihkan hasil-hasil perang dari kemenangan menjadi kekalahan, dan dari penghancuran entitas Yahudi kepada peneguhan kaki-kaki mereka, serta dari penaklukan yang nyata ke penyimpangan ke kiri dan kanan!.

 

Tetapi semoga terealisir firman Allah SWT tentang Yahudi: “Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan” (TQS Ali Imran [3]: 111).

 

Akar masalah konflik Palestina Israel ada dua, internal dan eksternal. Secara internal, saat umat Islam terpecah dalam ikatan nasionalisme, maka terjadilah perpecahan umat Islam di dunia. Akibatnya tentu saja umat Islam menjadi sangat lemah dan mudah sekali dikalahkan oleh musuh-musuh Islam. Berbeda dengan dahulu disaat umat Islam masih bersatu padu dalam naungan khilafah Islam, maka tak sejengkalpun tanah suci Palestina bisa dirampas oleh Yahudi laknatullah. Perlu juga direnungkan bagaimana Khalifah Abdul Hamid II tetap mampu menjaga Palestina dari Zionis - Yahudi padahal saat itu Utsmaniyyah dijuluki "The Sick Man Europe", bahkan "bayangan" sang Khalifah masih menaungi hingga 40 tahunan berlalu.

 

Faktor eksternalnya adalah adanya penjajahan Israel yang didukung oleh Negara-negara barat penjajah yang sejak dulu telah berhasil memecah belah umat Islam dalam berbagai bangsa dan Negara. Karena itu setiap ada peristiwa internasional yang menimpa umat Islam karena ketiadaan khilafah sebagai tameng harus menjadi momentum kesadaran dan penyatuan pikiran kaum muslimin seluruh dunia untuk terus optimis membangun kebangkitan politik ideologis menuju persatuan umat Islam seluruh dunia.

 

Solusi tuntas masalah ini adalah dengan melakukan jihad mengusir bangsa penjajah Israel dari muka bumi ini. Sebagaimana dahulu bangsa ini telah mengusir penjajah belanda dari bumi pertiwi, begitulah sikap yang benar atas penjajah. Sebab penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Negeri-negeri muslim harus benar-benar sadar bahwa palestina adalah bagian dari kaum muslimin di dunia. Maka melakukan pembelaan dan bantuan adalah kewajiban, sebab jika tidak, maka akan dimintai pertanggungjawaban di akherat nanti.

 

Meskipun untuk melakukan jihad ini tidaklah mudah karena umat Islam tidak ada yang memberikan komando karena umat Islam telah terpecah dalam negara bangsa atau nasionalisme. Negara-negara bangsa dan nasionalisme, akan memandang terampasnya tanah suci umat Islam dianggap masalah eksternal oleh Negara – negara berpenduduk muslim. Itu yang membuat Negara-negara tetangga punya batas politik dan psikologis terhadap Palestina. Tentu saja ini merupakan kendalai bagi terlaksannya jihad fi sabilillah.

 

Jihad juga akan terkendala dengan adanya system sekularisme, sehingga masalah ini tidak dipandang dalam perspektif Islam, tidak secara ruuhiy, kemudian tidak diselesaikan secara Islam (jihad), melainkan tunduk kepada hokum-hukum internasional atas konspirasi Negara-negara Barat. 

 

Padahal Allah telah menjanjikan kemenangan dalam firmanNya : “Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan” (TQS Ali Imran [3]: 111). “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia” (TQS Ali Imran [3]: 112).

 

Sementara kini para pejuang Palestina harus berjuang sendirian, karena negeri-negeri muslim tak bisa banyak berbuat. Kita bisa lihat dari berbagai media saat para pemuda individu-individu menyerbu benteng-benteng Yahudi dengan sepeda motor dan bahkan berjalan kaki, dan mereka menguasai kendaraan lapis baja Yahudi, membunuh mereka dan menangkap mereka pada saat orang-orang Yahudi itu bersenjata lengkap dan menggunakan kendaraan lapis baja.

 

Para pemuda itu adalah individu-individu dengan senjata individual mereka, dan dengan hati dan pikiran mereka, mereka memancung setiap ujung jari Yahudi! Mereka tidak takut terhadapnya, malah mereka bertakbir dan tidak berhenti-henti. Mereka mengharapkan kemenangan di dunia, dan di akhirat ke taman surga yang di sana mereka bergembira.

 

Maka selamat bagi mereka di dunia dan akhirat, pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. “Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman” (TQS ash-Shaff [61]: 13).

 

Adapun yang membuat hati berdarah karena sedih adalah para penguasa ruwaibidhah di negeri-negeri kaum Muslim, khususnya mereka yang di sekitar Palestina. Seolah-olah mereka tidak melihat dan tidak mendengar. “Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)” (TQS al-Baqarah [2]: 18).

 

Sungguh mereka di sekitar warga Palestina, hampir-hampir tidak melihatnya seolah-olah tanah yang penuh berkah itu tidak penting bagi mereka, bahkan mereka seolah-olah merupakan pihak yang netral, mengamati apa yang terjadi, seolah-olah itu gagak di negeri gagak, dan bukan di masjid suci ketiga setelah dua masjid dan kiblat pertama dari dua kiblat! Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.

 

Bagi yang tidak memungkinkan jihad secara langsung ke Palestina, teruslah opinikan duduk perkara yang sebenarnya tentang Palestina seraya mengajak kaum Muslim lainnya berjuang menegakkan khilafah yang dipimpin seorang khalifah. Di bawah komando khalifah, secara massif dan laksana bangunan yang kokoh, kaum Muslim berjihad.

 

Bukan hanya membebaskan Palestina dari pendudukan entitas penjajah Yahudi; tetapi juga membebaskan Turkistan Timur (Muslim Uighur) dari penjajahan komunis Cina; membebaskan Arakan (Muslim Rohingya) dari penjajahan Budha Myanmar, dan membebaskan negeri-negeri Islam lainnya yang tengah dijajah kafir harbi fi'lan lainnya. Karena itu saatnya negeri-negeri muslim bersatu untuk melakukan pembelaan kepada Palestina dari penjajahan Israel dan negera-negara Barat yang menjadi sekutu.

Oleh: Dr. Ahmad Sastra (Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa)

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 12/10/23 : 16. 30 WIB)
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab