Pandangan Islam terhadap Slogan “Jadilah Dirimu Sendiri”
Tinta Media - Baru-baru ini netizen dibuat ramai dengan unggahan di Instagram pribadi seorang remaja perempuan, anak dari salah satu orang ternama di negeri ini. Ya, putri bungsu Ridwan Kamil, Camilia Leatitia Azzahra yang akrab dipanggil Zara tepat di akhir Ramadhan ini memutuskan untuk melepas kerudungnya. Keputusan melepas kerudung, dianggapnya sebagai perjalanan pencarian diri dengan caranya sendiri. Dan menurut pengakuan Zara, ini juga sudah menjadi hasil dari diskusi panjang dengan kedua orang tuanya. Seorang remaja 19 tahun yang kehidupannya jauh dari ortu karena sekolahnya memang di luar negeri.
Apa yang terjadi pada Zara pasti juga banyak dialami oleh generasi muda khususnya millenial hari ini. Dengan alasan ingin menjadi diri sendiri, maka semua keputusan yang diambilnya dianggap sudah tepat. Sedangkan latar belakang agama dan keyakinan tidak menjadi pertimbangan.
Dengan alasan toh kita hari ini kan hidup jangan dibuat sulit, hidup mah jalanin aja semampunya. Atau jadilah dirimu sendiri, termasuk juga alasan menjalankan syariat agama haruslah dari hati alias jujur pada diri sendiri, jangan bohongi dirimu dan orang lain di sekitarmu tentang penampilanmu. Semua kutipan kata-kata yang dianggap sebagai motivasi dan keberanian dalam memutuskan pilihan hidup ini selalu jadi pilihan kata yang tepat bagi mereka.
Namun ternyata tidak semua ‘kutipan pendek’ tersebut dibenarkan untuk kita ambil saat kita telah membuat satu keputusan penting dalam hidup kita Bestie!. Karena sejatinya, hidup itu tak semudah yang kau bayangkan. Hidup itu ada asal muasal, ada tujuan yang harus kita capai, dan yang pasti hidup itu akan ada akhir yang kita sendiri tak tahu kapan datangnya.
Jika mau jujur pada diri sendiri, maka mulailah menerima keyakinan atas agama yang sekarang masih kita yakini. Jika hingga detik ini kita masih yakin bahwa kita adalah muslim. Maka, jujurlah bahwa menjadi muslim itu bukan karena “warisan” atau sekadar “ikut-ikutan” yang akhirnya menjadi “terpaksa” saat menjalankan syariat dari Islam.
Termasuk saat seorang muslim mengatakan “be your self” alias “jadilah dirimu sendiri”. Sungguh kutipan ini tidak bisa asal dipahami atau diartikan sesuai hawa nafsu kita sebagai manusia. Artinya, menjadi diri sendiri bagi seorang muslim tidak lain dan tidak bukan ya “menjadi hamba sesuai versi yang Allah SWT mau.” Bukan mengikuti “apa kata hati atau hawa nafsu kita.”
Islam itu mudah, tidak sulit dan tidak mempersulit siapa pun yang meyakininya. Sebab, jalan untuk meyakini Islam hingga sampai keyakinan yang benar-benar tidak ada keraguan sedikit pun terhadap Allah, Malaikat, kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya, hari kiamat, qadla’ dan qadar yang baik maupun buruknya ujian yang menimpa kita semuanya adalah dari Allah SWT saja.
Nah.. Inilah konsep keimanan dalam Islam. Tidak mungkin tercapai ‘keyakinan yang mantap tanpa ada keraguan sedikit pun’ di dalamnya, tanpa mencari kebenaran tentang semua hal yang ada di kehidupan dunia ini melalui proses berpikir. Berpikir yang bukan asal mikir. Tetapi berpikir yang menyatukan semua aspek. Yakni adanya informasi yang kebenarannya bisa dibuktikan, ada otak yang menjadi tempat melekatnya informasi tersebut, dan ada fakta yang kita indra sebagai pembuktian bahwa informasi yang ada itu benar dan layak kita yakini.
Berdiskusi dan memahami pilihan dalam hidup kita juga asasnya bukan pakai “kata hati”. Tetapi pakai tuntunan dan petunjuk hidup yang kita yakini sebagai muslim. Apalagi jika bukan Al-Qur’an. Di dalamnya berisi petunjuk hidup manusia, solusi atau jalan keluar dari permasalahan hidup yang manusia hadapi. Oleh karena itu, justru menjadi momen yang sangat tepat di bulan Ramadhan yang tinggal hitungan hari ini menjadi pendekat kita pada Al-Qur’an. Dan tidak mungkin akan muncul alasan apa pun untuk tidak taat kepada sesuatu yang sudah kita yakini. Jujur deh, jika kamu sudah yakin sama isi Al-Qur’an, apakah kamu masih cari-cari alasan untuk ‘melalaikannya’?
Lalu, mengapa hari ini generasi muslim kita malah banyak alasan untuk bisa tunduk patuh terhadap ajaran atau syariat agamanya sendiri, padahal sudah termaktub di dalam Al-Qur’an yang kita imani? Misalnya seperti perintah wajib bagi Muslimah untuk menutup auratnya.
Jawaban paling mudah, paling logis dan sesuai dengan fakta yang bisa kita indra adalah karena hidup kita hari ini bukan berada dalam kehidupan Islam. Jujurlah, kita sekarang hidup dalam kehidupan sekularisme. Agama dipisahkan dari kehidupan kita. Penerapan agama dikembalikan pada individu masing-masing. Jika si individunya tidak mau menjalankan, maka tidak ada “sanksi hukum” yang diterapkan. Mulai dari shalat, puasa, zakat, menutup aurat dll. Semua itu tidak diurus penerapannya oleh negara. Mau shalat silakan, tidak shalat juga tidak dihukum. Mau menutup aurat silakan, tidak juga tidak akan disanksi. Apa pun yang berkaitan dengan syariat Allah SWT, baik itu urusan aqidah, ibadah mahdhah, urusan yang berkaitan dengan diri sendiri seperti makan, minum, berpakaian, urusan dengan orang lain seperti muamalah, sosial, ekonomi. Dalam kehidupan hari ini tuh bebas, terserah kita, pokoknya mah bebaslah!.
Jadi, sungguh amat tidak jelas dalam kehidupan sekuler hari ini slogan ‘menjadi diri sendiri’ bagi remaja muslim sebagai alasan untuk tidak mau menjalankan kewajiban Allah SWT. Karena Islam itu jelas punya aturan main, punya tata tertib dan punya panduan yang jelas sebagai jalan hidup kita.
Dan akhirnya, semua peristiwa hidup yang ada hari ini menjadi pelajaran bagi kita semua ya Sob.. Bahwa kita butuh banget kembali dalam dekapan kehidupan Islam. Kehidupan yang mengembalikan hidup kita ke jalan yang lurus, jalan orang-orang sebelum kita, yakni jalannya orang-orang yang diberi petunjuk (Al-Qur’an), bukan jalannya orang-orang yang sesat. Wallaahua’lam.
Oleh: Yulida Hasanah
Pembina Komunitas Smart Moslem Generation Brebes