Tinta Media: Basmalah
Tampilkan postingan dengan label Basmalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Basmalah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 Desember 2023

Hakekat dalam Basmalah

Tinta Media - 

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

“Dengan Menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.“

Sobat. Surah al-Fatihah dimulai dengan Basmalah. Ada beberapa pendapat ulama berkenaan dengan Basmalah yang terdapat pada permulaan surah Al-Fatihah. Di antara pendapat-pendapat itu, yang termasyhur ialah:

1. Basmalah adalah ayat tersendiri, diturunkan Allah untuk jadi kepala masing-masing surah, dan pembatas antara satu surah dengan surah yang lain. Jadi dia bukanlah satu ayat dari al-Fatihah atau dari surah yang lain, yang dimulai dengan Basmalah itu. Ini pendapat Imam Malik beserta ahli qiraah dan fuqaha (ahli fikih) Medinah, Basrah dan Syam, dan juga pendapat Imam Abu Hanifah dan pengikut-pengikutnya. Sebab itu menurut Imam Abu Hanifah, Basmalah itu tidak dikeraskan membacanya dalam salat, bahkan Imam Malik tidak membaca Basmalah sama sekali.
Hadis Nabi SAW:

Dari Anas bin Malik, dia berkata, "Saya salat di belakang Nabi saw, Abu Bakar, Umar dan Usman. Mereka memulai dengan al-hamdulillahi rabbil 'alamin, tidak menyebut Bismillahirrahmanirrahim di awal bacaan, dan tidak pula di akhirnya."(Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

2. Basmalah adalah salah satu ayat dari al-Fatihah, dan pada surah an-Naml/27:30, /27:30) yang dimulai dengan Basmalah. Ini adalah pendapat Imam Syafi'i beserta ahli qiraah Mekah dan Kuffah. Sebab itu menurut mereka Basmalah itu dibaca dengan suara keras dalam salat (jahar). Dalil-dalil yang menunjukkan hal itu antara lain Hadis Nabi SAW:

Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata, Rasulullah SAW mengeraskan bacaan Bismillahirrahmanirrahim. (Riwayat al-hakim dalam al-Mustadrak dan menurutnya, hadis ini sahih)

Dari Ummu Salamah, katanya, Rasulullah saw berhenti berkali-kali dalam bacaanya Bismillahirrahmanirrahim, al-hamdulillahi Rabbil- 'alamin, ar-Rahmanir-rahim, Maliki Yaumid-din. (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Ibnu Khuzaimah dan al-hakim. Menurut ad-Daruqutni, sanad hadis ini sahih).

Sobat. Abu Hurairah juga shalat dan mengeraskan bacaan basmalah. Setelah selesai salat, dia berkata, "Saya ini adalah orang yang salatnya paling mirip dengan Rasulullah." Muawiyah juga pernah salat di Medinah tanpa mengeraskan suara basmalah. Ia diprotes oleh para sahabat lain yang hadir di situ. Akhirnya pada salat berikutnya Muawiyah mengeraskan bacaan basmalah.

Sobat. Kalau kita perhatikan bahwa sahabat-sahabat Rasulullah saw telah sependapat menuliskan Basmalah pada permulaan surah dari surah Al-Qur'an, kecuali surah at-Taubah (karena memang dari semula turunnya tidak dimulai dengan Basmalah) dan bahwa Rasulullah saw melarang menuliskan sesuatu yang bukan Al-Qur'an agar tidak bercampur aduk dengan Al-Qur'an, sehingga mereka tidak menuliskan 'amin pada akhir surah al-Fatihah, maka Basmalah itu adalah salah satu ayat dari Al-Qur'an.

Dengan kata lain, bahwa "basmalah-basmalah" yang terdapat di dalam Al-Qur'an adalah ayat-ayat Al-Qur'an, lepas dari pendapat apakah satu ayat dari al-Fatihah atau dari surah lain, yang dimulai dengan Basmalah atau tidak.

"Dengan nama Allah" maksudnya "Dengan nama Allah saya baca atau saya mulai". Seakan-akan Nabi berkata, "Saya baca surah ini dengan menyebut nama Allah, bukan dengan menyebut nama saya sendiri, sebab ia wahyu dari Tuhan, bukan dari saya sendiri." 

Maka Basmalah di sini mengandung arti bahwa Al-Qur'an itu wahyu dari Allah, bukan karangan Muhammad saw dan Muhammad itu hanyalah seorang Pesuruh Allah yang dapat perintah menyampaikan Al-Qur'an kepada manusia.

Makna kata Allah

Allah adalah nama bagi Zat yang ada dengan sendirinya (wajibul-wujud). Kata "Allah" hanya dipakai oleh bangsa Arab kepada Tuhan yang sebenarnya, yang berhak disembah, yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Mereka tidak memakai kata itu untuk tuhan-tuhan atau dewa-dewa mereka yang lain.

Hikmah Membaca Basmalah

Sobat. Seorang yang selalu membaca Basmalah sebelum melakukan pekerjaan yang penting, berarti ia selalu mengingat Allah pada setiap pekerjaannya. Dengan demikian ia akan melakukan pekerjaan tersebut dengan selalu memperhatikan norma-norma Allah dan tidak merugikan orang lain. Dampaknya, pekerjaan yang dilakukannya akan berbuah sebagai amalan ukhrawi.

Sobat. Seorang Muslim diperintahkan membaca Basmalah pada waktu mengerjakan sesuatu yang baik. Yang demikian itu untuk mengingatkan bahwa sesuatu yang dikerjakan adalah karena perintah Allah, atau karena telah diizinkan-Nya. Maka karena Allah dia mengerjakan pekerjaan itu dan kepada-Nya dia meminta pertolongan agar pekerjaan terlaksana dengan baik dan berhasil.

Nabi saw bersabda:

"Setiap pekerjaan penting yang tidak dimulai dengan menyebut Basmalah adalah buntung (kurang berkahnya)." (Riwayat Abdul-Qadir ar-Rahawi).

Orang Arab sebelum datang Islam mengerjakan sesuatu dengan menyebut al-Lata dan al-'Uzza, nama-nama berhala mereka. Sebab itu, Allah mengajarkan kepada penganut-penganut agama Islam yang telah mengesakan-Nya, agar mereka mengerjakan sesuatu dengan menyebut nama Allah.

Sobat. Kalimat basmalah terdiri dari empat kata. Di dalamnya terdapat isyarat atas pertolongan Allah kepada para hamba-Nya yang muslim dalam menghadapi syetan yang berkata,

ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ

“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” ( QS. Al-A’araf (7) : 17)

Karena itu, Allah menganugerahkan keempat kata dalam basmalah tersebut kepada para hamba-Nya yang berserah diri agar mereka terlindung dan selamat dari godaan syetan.
Sobat. Isyarat kedua, sesungguhnya perbuatan maksiat yang dilakukan orang-orang mukmin terjadi dalam empat keadaan; maksiat tersembunyi, maksiat secara terang-terangan, maksiat di malam hari, dan maksiat di siang hari. Dengan perantara kata-kata dalam basmalah yang dianugerahkan kepada orang-orang mukmin, Allah berkehendak mengampuni dosa-dosa yang mereka perbuat.

Sobat. Taubat berarti kembali. Kembali dari sesuatu yang tercela menurut syariat menuju sesuatu yang terpuji. Kembali kepada Allah setelah jauh dari-Nya akibat dosa dan maksiat. Semua orang membutuhkan taubat. Tak ada seorang pun yang tak berdosa dan tak mencederai hak-hak Allah SWT. Sangat langkah orang yang bersih, tegar, dan memiliki iman yang kuat. Taubat dibutuhkan untuk kembali mengisi jiwa dan menguatkan keimanan.

Sobat. Pilar taubat yang pertama adalah menyesal. Pilar yang kedua adalah bersegera meninggalkan maksiat, dan pilar yang ketiga bertekad untuk tidak mengulangi.

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” ( QS. Al-Baqarah (2) : 222 )

Sobat. Jika maksiat atau pelanggaran yang dilakukan berkaitan dengan manusia, taubat mensyaratkan pilar yang keempat, yaitu mengembalikan hak atau kehormatan yang direnggut kepada pemiliknya atau meminta maaf dan kehalalan darinya. Jalan-jalan taubat dapat ditempuh dengan baik kita menjauhi kawan-kawan dan lingkungan yang buruk. Sebab, orang-orang di sekitar kita sering menjadi sebab utama yang mendorong kita kembali melakukan dosa dan maksiat.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Jumat, 16 Desember 2022

Inilah Kebiasaan Ilmuwan Muslim dalam Mengawali Karyanya

Tinta Media - Muslimah Media Center (MMC) mengungkap kebiasaan para ilmuwan muslim dalam mengawali karyanya.

“Para ilmuwan muslim bahkan kerap mengawali karyanya dengan basmalah, hamdalah, dan shalawat kepada nabi,” beber narator MMC pada rubrik History Insight: Etika dan Adab Kepenulisan di Era Islam pada Rabu (14/12/2022) di kanal youtube Muslimah Media Center.

Menurutnya, penyebutan tiga hal ini lazim dan sudah menjadi ciri khas karya ilmuwan muslim. "Pada masa kejayaan Islam, para ilmuwan muslim melakukan aktivitas karya tulis ilmiah adalah sebagai bentuk ibadah dan bukti berserah diri kepada Allah," ujarnya. 

Narator mencontohkan salah satu karya tulis yang demikian seperti pada pembukaan naskah astronomi berjudul Mulakhkhas fi al-Hai’ah karya Syarf ad-Din Mahmud bin Umar al-Jighminy yang  berbunyi: ‘Segala puji bagi Allah, seutama-utama puji, shalawat atas nabi dan keluarganya. Berkata hamba Allah yang fakir kepada rahmat-Nya, Mahmud bin Muhammad Al jibrini. Semoga Allah merahmatinya.’ 

Selain itu, narator menyampaikan bahwa para ulama dan ilmuwan muslim senantiasa berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah agar tulisannya bermanfaat dan membawa keberkahan. “Bentuk kedekatan mereka kepada Allah adalah berwudhu,salat sunnah, dan mandi junub sebelum menulis karya mereka. Imam Al Bukhari dalam mengoleksi hadits salah satu kebiasaannya adalah salat sunnah sebelum mencatat dan menentukan derajat hadis,” tuturnya.

Narator juga menceritakan di era sebelum ditemukan mesin cetak, menyalin buku menjadi hal yang penting. Dalam konteks tersebut Umar Bin Khattab pernah berkata: ‘Seburuk-buruk tulisan adalah al-masyq atau memanjangkan tulisan; seburuk-buruk bacaan adalah Al hadzramah atau terlalu cepat bicaranya; dan sebaik-baik tulisan adalah yang paling jelas.’

Etika 

Menurutnya, etika Islam dalam menyalin sebuah karya ada empat, yaitu sidiq, tabligh, amanah, dan fathanah. “Sidiq atau jujur adalah penulis harus menyampaikan kebenaran dan tanggung jawab dalam tulisannya. Dia tak boleh menyembunyikan yang sesungguhnya. Sedangkan tabligh atau menyampaikan adalah bagian dari penyebaran ilmu,” ujarnya.

Untuk etika berikutnya yaitu amanah atau terpercaya adalah mengindikasikan bahwa penulis wajib selaras antara perkataan dan perbuatannya. “Amat tercela bagi penulis jika tulisannya menginformasikan sesuatu yang salah namun dirinya sama sekali tidak mengindahkannya,” ucapnya.
 
Etika terakhir adalah fathanah atau cerdas. “Fathanah ini adalah prasyarat ulama, ilmuwan, maupun penulis lainnya. Bahkan ketika terdapat bagian dari teks yang direvisi, pembaca dapat mengetahui tulisan sebelum direvisi. salah satu metode merevisi itu adakalanya dengan isyarat acuan atau ilhaq yaitu dengan tanda garis pendek lengkung yang mengarah ke bagian kiri atau kanan sebuah naskah. Model ini dilakukan karena tidak tersedianya ruang kosong untuk menuliskan kata atau kalimat yang dipandang relevan,” imbuhnya.

Kualitas tinta, menurut narator juga menjadi perhatian para penulis agar tulisan mudah dibaca dan tahan lama. Seorang murid disarankan narator harus memiliki buku untuk dipelajari baik dengan membeli, menyewa, maupun meminjam. Pemilik buku juga dianjurkan meminjamkannya kepada orang yang membutuhkan. Narator mengutip riwayat dari Sufyan ats-Tsauri yang berkata: ‘Barangsiapa yang pelit dari meminjamkan buku, maka dia akan mengalami tiga hal buruk yaitu pelupa, mati yang tidak bermanfaat, dan buku-bukunya hilang.’

Untuk menjaga kredibilitas dan independensinya, narator menuturkan para ilmuwan muslim saat itu memiliki sikap dan etika Islam. sikap ini dimiliki sehingga mereka tidak terpengaruh godaan dan tantangan apapun seperti harta atau jabatan. “Contoh yang bisa dilihat adalah tatkala penguasa menawarkan gaji yang besar kepada Ibnu al-Haitsam. Dia hanya mengambil sekedarnya saja. Demikian pula Al Khazini sang ahli hidrolika telah menolak hadiah 1000 dinar dan merasa cukup dengan 3 dinar saja dalam setahun. Ini mereka lakukan demi menjaga kredibilitas dan independensinya sebagai ilmuwan,” tambahnya.

Narator mengungkapkan betapa luar biasa peradaban Islam di kala itu yaitu ketika penerapan syariat Islam Kaffah dalam institusi Khilafah. Sebelum peradaban Islam  umat manusia belum mengenal adab dan etika dalam tulis menulis, salin-menyalin, dan pinjam meminjam buku. “Ini menunjukkan keseriusan umat Islam dalam bidang keilmuan yang tujuannya hanyalah mengharap ridha Allah semata,” tandasnya.

Dibandingkan dengan sekarang, menurut narator sangat jauh kondisinya di mana justru sekarang etika kepenulisan tidak dianggap penting sehingga banyak buku maupun hasil karya tulis sekarang yang justru menyesatkan bukannya memberi manfaat. Adapun jika bermanfaat bagi masyarakat malah digunakan sebagai ladang mengeruk keuntungan sebesar-besarnya oleh korporasi. 

“Inilah yang terjadi ketika syariat Islam dilalaikan dan diganti dengan aturan manusia, sebab syariat Islam membawa kemaslahatan sedangkan aturan manusia membawa kehancuran bagi umat manusia,” pungkasnya.[] Erlina

Minggu, 10 Juli 2022

Ustaz Furqon Ungkap Keutamaan Basmalah


Tinta Media - Pimpinan Pondok Pesantren Nibrosul Ulum Ustaz Muhammad Furqon Syalthout mengungkap keutamaan basmalah dalam kitab Lubabul Hadis. 

"Bab ketiga Kitab Lubabul Hadits ini menerangkan tentang keutamaan membaca Bismillahir Rohmanir Rohim," tuturnya dalam kajian kitab Lubabul Hadis bab tiga “Keutamaan Basmalah ”, karya Al Allamah Imam Jalaluddin Kamaluddin As Suyuthi, Sabtu (2/7/2022), di Pondok Pesantren Nibrosul Ulum Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo. 

Pertama, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba mengucapkan Bismillahir Rohmanir Rohim, kecuali setan meleleh seperti melelehnya timah di atas api”. 

Kedua, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Tidaklah seorang hamba mengucapkan Bismillahir Rohmanir Rohim, kecuali Allah SWT memerintah malaikat Kiromal Katibin (Malaikat yang bertugas mencatat amal perbutan manusia) untuk mencatat 400 kebagusan di buku catatan amalnya”. 

Ketiga, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa yang mengucapkan Bismillahir Rohmanir Rohim sekali, maka tidaklah tersisa dari dosa-dosanya sebesar dzarrah”. 

Selain membaca, kata Ustaz Furqon, di dalam kitab ini juga diterangkan keutamaan bagia siapa saja yang menuliskan kalimat Basmalah kemudian membaguskan tulisannya.

Keempat, Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa menulis Bismillah, kemudian dia membaguskan (tulisan itu) sebagai bentuk pengagungan kepada Allah, maka diampuni baginya dosa yang terdahulu (telah dilakukan) dan dosa yang akhir (akan dilakukan)”. 

"Bukan hanya puasa yang menghapus dosa yang telah lalu dan yang akan datang. Menulis bismillah pun juga sama," tuturnya. 

Kelima, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Jika salah satu di antara kamu sekalian menulis Bismillahir Rohmanir Rohim, maka hendaklah dia memanjangkan kalimat Ar-Rohman (Maha Pengasih)”. 

Keenam, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT, telah menghiasi langit dengan bintang-bintang, Dia menghiasi malaikat dengan Malaikat Jibril, Dia menghiasi surga dengan bidadari dan istana, Dia menghiasi para nabi dengan Nabi Muhammad SAW, dia menghiasi hari-hari dengan hari Jumat, Dia menghiasi malam-malam dengan malam lailatul qodar, Dia menghiasi bulan-bulan dengan Bulan Ramadhan, Dia menghiasi masjid-masjid dengan Ka’bah, Dia menghiasi kitab-kitab dengan Al-Qur’an, dan Dia menghiasi Al-Qur’an dengan Bismillahir Rohmanir Rohim”. 

Ketujuh, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa mengucapkan, Bismillahir Rohmanir Rohim, maka namanya ditulis termasuk golongan al-abroor (orang-orang yang berbuat baik), dan dia terbebas dari orang kufur (sifat orang kafir) dan nifaq (sifat orang munafiq)”. 

Kedelapan, Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa mengucapkan, Bismillahir Rohmanir Rohim, maka Allah mengampuni baginya dosa yang terdahulu (akan dilakukan)”. 

Kesembilan, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Apabila kamu semua berdiri maka ucapkanlah, Bismillahir Rohmanir Rohim, dan Shollallahu ala Sayyidina Muhammad wa ala alihi washohbihi wasallam (Semoga Allah memberikan rohmat kepada Baginda Muhammad beserta keluarga dan sahabat beliau, dan juga kesejahteraan), maka sesungguhnya manusia yang akan ghibah (menggunjing) kamu semua, maka Sang Raja (Allah SWT) akan mencegah mereka dari hal itu (gunjingan mereka)”. 

Kesepuluh, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Apabila kamu semua duduk dalam sebuah majelis, maka ucapkanlah,  Bismillahir Rohmanir Rohim, dan Shollallahu ala Sayyidina Muhammad wa ala alihi washohbihi wasallam (Semoga Allah memberikan rohmat kepada Baginda Muhammad beserta keluarga dan sahabat beliau, dan juga kesejahteraan), karena sesungguhnya orang yang melakukannya maka Allah akan memasrahkan malaikat kepadanya yang mencegah mereka (orang-orang) dari ghibah (menggunjing) sehingga mereka tidak menggunjing kepadamu semua”. 

Kemudian Ustaz Furqon mengajak untuk mengamalkan ini, yaitu mengucapkan kalimat bismillahirrohmaanirrohiim (karena sangat mudah dan sederhana sekali) setiap akan melakukan sesuatu baik pada saat berdiri maupun duduk. "Supaya kita mendapatkan keutamaannya," tegasnya.

Ustaz Furqon juga mengajak untuk mengamalkan ini dengan istiqomah (salah satu amalan yang kita persembahkan kepada Allah) dengan tujuan untuk bertaqorrub kepada Allah. "Mendekatkan diri kita sedekat dekatnya kepada Allah SWT," pungkasnya.[] *Achmad Muit*
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab