Bantuan Modal, Benarkah Solusi Tuntas Kemiskinan
Tinta Media - Indonesia merupakan salah satu negara yang sumber daya alamnya melimpah ruah.
Namun, sebagaimana kita ketahui bersama, di balik sumber daya alam yang melimpah, masih banyak permasalahan yang belum terselesaikan. Salah satu di antaranya adalah permasalahan kemiskinan. Ini adalah masalah yang sudah sangat klasik, bahkan mulai dari zaman penjajahan kolonial.
Kemiskinan akan membuat setiap orang mengalami kelaparan dan kebodohan. Kemiskinan juga menyebabkan orang sulit untuk berusaha dan beraktivitas, sehingga tercipta banyak pengangguran.
Tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan kekerasan dan kejahatan, dan ujung-ujungnya akan berakhir pada kemiskinan. Siklus ini akan terus menerus berputar seiring waktu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kemiskinan pada bulan September tahun 2021 mencapai 9,71%. Pada perseptember 2022, tingkat kemiskinan meningkat, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Masing-masing menjadi 7,53% dan 12.36%.
Di antara upaya untuk menanggulangi kemiskinan, pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta, yaitu PT PNM (Permodalan Nasional Madani), dengan memberikan bantuan modal usaha kepada para pemilik UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dengan menargetkan 16 juta perolehan nasabah pada tahun ini (tahun 2023). Hal ini dikemukakan oleh Direktur PT. PNM Arief Mulyadi di jakarta pada hari Sabtu, 27/05/2023.
Direktur PT. PNM, Arief Mulyadi mengatakan bahwa pihaknya optimis dapat membantu pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan. Sebab, angka kemiskinan di Indonesia telah berkurang dari status tersebut. Kebanyakan mendapatkan bantuan modal usaha dari PNM untuk membangun usaha.
Namun, apakah benar bahwasanya bantuan modal usaha ini akan mampu menjadi solusi tuntas kemiskinan secara merata? Tentunya jawabannya pasti sangat sulit.
Sebab, pada faktanya, para pemilik usaha UMKM akan mengalami beberapa permasalahan/ kesulitan, contohnya seperti beratnya persaingan, minimnya modal usaha, kurangnya inovasi, masalah perizinan usaha, dll.
Persoalan kemiskinan di negeri ini merupakan persoalan sistemik. Kondisi ini dipengaruhi oleh sistem aturan hidup yang diterapkan di tengah umat saat ini. Kita hidup dalam negara yang hanya berperan sebagai regulator dengan sistem kapitalisme yang berasaskan pemisahan agama dalam kehidupan (sekulerisme). Sistem ini menjunjung tinggi hak kebebasan dan dijadikan sebagai acuan oleh sebagian besar umat dalam menjalani kehidupan ini.
Salah satu di antara kebebasan tersebut adalah kepemilikan, yaitu individu diperbolehkan mengelola sumber daya alam yang melimpah ini. Padahal, kekayaan alam yang melimpah inj seharusnya dikelola oleh negara untuk kemaslahatan umat secara keseluruhan. Akibatnya malah terjadi ketimpangan, ya g kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin melarat.
Kondisi ini diperparah dengan adanya kebijakan yang diambil oleh negara, contohnya kebijakan untuk menaikkan harga BBM. Tentu ini akan berdampak pada kenaikan harga sembako sehingga semakin menjadikan penghasilan menjadi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari hari.
Pada akhirnya, masyarakat yang tadinya berada dalam hidup sederhana bisa menurun ke tarap hidup yang lebih rendah dengan kategori miskin dikarenakan kondisi ini.
Belum lagi sulitnya mencari lapangan pekerjaan, menjadikan tingkat pengangguran semakin tinggi.
Tidak bisa dimungkiri, dengan adanya bantuan modal usaha ini, secara tidak langsung bisa sedikit membantu untuk menyerap tenaga kerja. Hanya saja, jika dijadikan solusi untuk menuntaskan kemiskinan, ini masih jauh api dari panggang. Hal ini karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Pemberian modal tersebut justru semakin memperumit keadaan. Sebab, dengan adanya bantuan modal usaha ini, negara malah seolah-olah berlepas tangan dalam menyelesaikan permasalahan kemiskinan ini.
Berbeda dengan sistem Islam. Dalam sistem Islam, negara berperan sebagai perisai (Ra'in) yang akan mengurusi persoalan umat. Negara senantiasa memenuhi seluruh kebutuhan pokok individu, di antaranya pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan. Begitu pula dengan kebutuhan pendidikan, keamanan, dan kesehatan. Semuanya akan dijamin oleh negara sehingga akan menjadikan umat mudah bangkit dari kemiskinan dan mampu meningkatkan taraf hidup akan sejahtera.
Wallahu"Allam bishawab.
Oleh: Yuli ummu Shabira
Sahabat Tinta Media