Tinta Media: Bahaya
Tampilkan postingan dengan label Bahaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahaya. Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 Oktober 2024

Bahaya Kawin Anak, bagi Siapa?



Tinta Media - Gaung kebangkitan Islam (baca: New Caliphate) yang diprediksi oleh NIC (National Intellegence Council) membuat Barat terus siaga. Mereka massif membuat makar untuk menggempur Islam dan kaum muslimin, serang terus meski hanya sekadar menghambat beberapa tahun ke depan kebangkitannya. 

Poros kekuatan umat Islam ada pada pemikiran dan pemudanya. Oleh karena itu, Barat berupaya keras menghancurkan kualitas serta kuantitas pemuda. Pemuda dilemahkan pemikirannya dengan sekularisme dan menjadikan sekolah serta kampus hanya sebagai pabrik pencetak para buruh, bukan jajaran top leader.

Dalam rangka menghegemoni dunia, Barat merancang proyek global Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) pada tahun 2015 di Amerika Serikat. Agenda pembangunan global ini disepakati oleh 190 negara untuk dicapai pada tahun 2030. Luar biasanya, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki capaian target SDGs yang paling progresif di antara negara berpenghasilan menengah ke atas. (sdgs.bappenas.go.id, 7/3/2024)

Ada 17 tujuan yang hendak diraih SDGs. Nomor 5 adalah kesetaraan gender. Pernikahan anak masuk dalam kategori kekerasan hak asasi manusia, khususnya perempuan. Hal   ini karena pernikahan anak akan membatasi pendidikan, kesehatan, dan potensi pendapatan serta keamanan dari anak perempuan. Fenomena ini cukup mengkhawatirkan karena banyak dampak buruk akibat pernikahan anak, seperti kerugian secara ekonomi hingga menurunnya kondisi kesehatan. (Otoo-Ooyortey and Pobi, 2003; World Vision, 2013)

Dalam perspektif kesehatan, pernikahan dini dianggap akan membahayakan diri anak karena masih dalam fase tumbuh kembang. Mereka tidak siap secara fisik maupun mental. Selain itu, anak-anak yang menikah di bawah usia 15 tahun akan sulit menamatkan pendidikan serta mengembangkan potensi. Karena ketidaksiapan ini, mereka lebih mudah terpapar segala jenis kekerasan, mengalami perceraian, risiko kematian saat melahirkan, atau melahirkan anak-anak yang kurang berkualitas. 

Adanya pernikahan anak di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kepercayaan (agama) dan tradisi karena pernikahan dilihat sebagai sarana untuk menghindarkan anak dari seks bebas (BKKBN, 2012). Sehingga, diperlukan komitmen dari pihak-pihak yang terlibat, seperti keluarga dan pemuka agama/kepercayaan, untuk mengakhiri pernikahan anak. 

UU Perkawinan tahun 1974 menyatakan bahwa laki-laki sudah legal untuk menikah di usia 19 tahun, dan perempuan di usia 16 tahun. Disinyalir, UU ini turut memengaruhi tingginya angka pernikahan anak. Untuk mengatasi hal ini, DPR menggodok dan mengesahkan UU No.16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa batas usia minimum anak perempuan untuk menikah sama dengan anak laki-laki, yaitu usia 19 tahun. 

Mengadopsi UU di atas, Kementerian Agama (Kemenag) Kota Semarang mengadakan Seminar Cegah Kawin Anak pada Kamis (19/9/2024). Ratusan pelajar madrasah dan sekolah dari MAN 1, MAN 2, dan sejumlah SMA di Semarang mengikuti seminar tersebut. Kemenag mengedukasi bahaya praktik perkawinan dini pada anak. Bahkan, duta remaja disiapkan sebagai influencer bagi teman-temannya, untuk mencegah kawin anak ini (kemenag.go.id, 19/9/2024). 

Bagaimana Islam Memandang?

Praktik kawin anak yang marak terjadi dianggap sebagai penghambat terwujudnya generasi berkualitas. Kawin anak juga dituding identik dengan putus sekolah, tingginya angka perceraian, penyebab kematian ibu dan bayi, terjadinya stunting, KDRT, dan segala hal yang dianggap negatif. Bahkan, pemerintah menganggap perlu mengangkat remaja sebagai agen untuk mencegah perkawinan anak. 

Tentu saja ini adalah kesimpulan yang serampangan dan membahayakan. Karena itu, dibutuhkan data yang objektif dan bisa dipertanggungjawabkan. Jika tidak, maka itu tetap menjadi tuduhan yang menyesatkan. Sungguh ironis, karena di sisi lain, remaja justru dihadapkan pada derasnya arus pornografi, pornoaksi, dan kebijakan yang pro-seks bebas. Miris dan memprihatinkan, menikah dini dihalangi, gaul bebas difasilitasi. 

Seharusnya, pemerintah lebih fokus pada berbagai kebijakan yang dapat mencegah anak terjerumus pada pergaulan bebas, bukan malah menyibukkan diri mencegah perkawinan anak. Sejatinya, dalam pandangan syariat, mereka sudah tertaklif (terbebani) hukum. Kategori mereka bukan lagi sebagai anak-anak, sehingga di hadapan syara', perkawinan mereka sah. 

Pada hakikatnya, pencegahan perkawinan anak ini merupakan amanat SDGs yang menjadi program global Barat. Program ini harus diratifikasi dan diadopsi oleh negeri-negeri muslim. Tentu saja program tersebut berpijak pada paradigma Barat, yang sudah pasti bertentangan dengan syariat Islam. 

Adapun target yang hendak diraih, di antaranya adalah mengentaskan stunting dan mencegah pernikahan anak. Target ini dijadikan proyek nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pemerintah hendak menurunkan angka perkawinan anak dari 11,2 persen di tahun 2018 menjadi 8,74 persen di tahun 2024. Bahkan, pemerintah telah berhasil melampaui target RPJMN, angka perkawinan anak tahun 2023 turun hingga 6,92 persen (kemenpppa.go.id, 1/5/2024). 

Hal tersebut tentu berdampak pada berkurangnya angka kelahiran dalam keluarga muslim, bahkan berpotensi menghancurkan keluarga muslim. 

Sementara itu, Islam memiliki aturan sempurna dan rinci terkait dengan pernikahan. Negara Islam akan menerapkan hal-hal yang sesuai dengan syariat Allah. Naluri berkasih sayang dan melestarikan keturunan akan dipenuhi sesuai fitrah manusia dan tidak melanggar pengaturan Al Khalik. 

Dalam negara yang menerapkan Islam secara kafah, berbagai hal yang menjadi problem hari ini yang muncul akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme dapat terselesaikan, termasuk terjaganya pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga, pergaulan bebas dan segala dampaknya dapat dicegah. Rakyat akan hidup sejahtera karena sistem ekonomi Islam menjamin terwujudnya kesejahteraan. Sistem media pun akan semakin menguatkan kepribadian Islam. Wallahualam bissawab.




Oleh: Noviana Irawaty
Sahabat Tinta Media

Kamis, 30 November 2023

Pamong Institute: Bahaya Sekali jika Masyarakat Terpapar Ajaran Zionis



Tinta Media - Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky mengungkapkan bahaya jika masyarakat terpapar Zionis Yahudi.

“Menurut saya, ini persoalan bahaya sekali, ajaran Zionis Yahudi ini, kalau sampai dia (Zionis) terpaparkan kepada masyarakat,” ujarnya dalam acara Kabar Petang dengan tajuk Usut Dalang dan Tangkap Pelaku Kekerasan di Bitung! Ahad (26/11/2023) di kanal Youtube Khilafah News.

Karena, lanjutnya, ajaran Zionis tersebut mampu membuat masyarakat ini menjadi beringas. “Bayangkan itu kalau seandainya masyarakat mengadopsi paham seperti itu yang nabinya saja boleh dibunuh apalagi cuma membunuh anak-anak,” tuturnya.

Jadi, bisa dilihat ujarnya, hal yang sangat buruk kalau banyak sekali rakyat atau bangsa ini terpapar ajaran Zionis Yahudi. “Apakah kita negara ini, seperti itu mau apa, bayi-bayi dibunuhi, perempuan dibunuhi, rumah-rumah dibom, dirampas tanahnya. Kita tidak ingin itu terjadi di negeri ini,” bebernya.

Oleh karenanya, bebernya, kalau ada bibit-bibit yang pro terhadap negara-negara penjajah seperti itu dengan ajaran Zionis itu sangat berbahaya. “Harusnya segera dilakukan tindakan pencegahan dan minimal negara menggunakan perangkatnya untuk melakukan pencegahan,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi.

Sabtu, 03 Juni 2023

Pamong Institute Ungkap Tiga Bahaya Polisi RW bagi Rakyat dan Demokrasi

Tinta Media - Direktur Pamong Institute Wahyudi al Maroky mengungkapkan tiga bahaya polisi RW bagi rakyat dan demokrasi.

“Pada program polisi RW, akan ada tiga faktor besar yang sangat berbahaya bagi kehidupan bermasyarakat dan ancaman terbesar bagi demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkapnya dalam bincang bersama Wahyu: 3 Bahaya Polisi RW bagi Rakyat dan Demokrasi, Sabtu (27/5/2023), melalui kanal Youtube Jakarta Qolbu Dakwah Channel.

Pertama, akan meruntuhkan modal sosial masyarakat yang berwujud partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanannya. “Selama ini bisa jadi mereka aktifkan poskamling yang menjaga lingkungannya dan seterusnya, supaya partisipasi masyarakat meningkat,” tuturnya.

Kedua, dengan adanya program seperti itu, menurutnya, pasti butuh anggaran dan personil. "Ada beban baru untuk menggaji dan biaya operasionalnya yang diambil negara dari pajak,” ujarnya.

Ketiga, dengan tubuh organisasi yang semakin gemuk dan tugas yang semakin melipat, menurut Wahyudi ini tidak bisa fokus meningkatkan profesionalitas. "Justru rawan ditunggangi oleh kepentingan politik penguasa atau rezim yang berkuasa,” pungkasnya. [] Evi

Rabu, 26 April 2023

TEFI: Tiga Bahaya Nyata dari Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Tinta Media - Direktur The Economic Future Institute (TEFI) Dr. Yuana Tri Utomo menyatakan, ada tiga bahaya dari proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang sudah nyata di depan mata.

"Tiga bahaya ini sudah nyata di depan mata semua," ujarnya dalam program Kabar Petang: SOS! Ekonom Bongkar 'Jeroan' Proyek Kereta Cepat, di kanal YouTube Khilafah News, Minggu (23/4/2023). 

Pertama, jebakan utang Cina. Itu karena pembiayaan proyek yang berasal dari utang atau pinjaman berbunga Pemerintah Indonesia kepada Cina. "Bahaya ini jelas di depan mata, membuat ketergantungan Pemerintah Indonesia yang semakin besar kepada Cina," jelasnya.

Kedua, tingginya risiko gagal bayar, karena kondisi APBN Indonesia sudah banyak terbebani oleh utang-utang sebelumnya. "Pembiayaan infrastruktur besar, seperti Ibu Kota Negara (IKN) dan kereta cepat Jakarta-Bandung  melalui mekanisme pinjaman atau utang berbunga ini jelas menimbulkan beban keuangan yang sangat signifikan bagi Pemerintah Indonesia," tegasnya.

Ketiga, risiko pengambil alihan aset strategis. “Jika Indonesia gagal bayar, Cina dapat mengambil tindakan untuk menyelesaikan utang tersebut, seperti menuntut jaminan yang dijanjikan oleh Indonesia," ujarnya

"Beberapa waktu lalu, Cina pernah meminta jaminan APBN. Itu konyol sekali," kesalnya. 

Menurutnya, bahaya itu semua bisa mengancam kedaulatan ekonomi dan politik Indonesia. Bahwa proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini sebenarnya tidak seberapa penting bagi masyarakat Indonesia.

"Bukankah rute itu sudah ada tol dan juga banyak moda transportasi yang lain?" tanyanya.

Ia pun berpandangan bahwa proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini terkesan sangat dipaksakan.

"Proyek ini sesungguhnya tidak dibutuhkan masyarakat, karena masih ada jalur transportasi lama yang masih efektif untuk digunakan," ujarnya memungkasi.[] Muhar

Minggu, 12 Februari 2023

IJM Ungkap Bahaya Swastanisasi Nikel

Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana mengungkap bahaya swastanisasi Nikel bagi Indonesia. 

“Nikel yang merupakan sumber daya alam yang unik dari Indonesia, bisa memberikan posisi tawar yang luar biasa untuk Indonesia. Adanya swastanisasi SDA termasuk nikel sudah terjadi sejak dulu hingga kini termasuk nikel, memiliki bahaya sebagai berikut,” tuturnya dalam Kabar Petang: Sikat Mafia Tambang Nikel di kanal youtube Khilafah News, Jumat (3/2/2023).

Pertama, investasi asing yang diharapkan mampu merekrut tenaga kerja dalam negeri justru lebih banyak rekrutmen tenaga kerja asing. 

Kedua, eksploitasi yang dilakukan asing bisa ekspor di tengah komoditas sedang mahal namun perdagangan yang surplus ini malah nilai devisa kita turun. “Ini kan aneh. Ternyata saya lihat dolar hasil ekspor nongkrongnya di luar negeri,” ujarnya.

Agung menyampaikan, adanya investasi asing secara jangka pendek ada harapan bisa transfer teknologi faktanya tidak ada. Sedangkan secara jangka panjang ada beberapa yang menilai nikel Indonesia tidak akan bertahan lama atau tidak akan sustainable. “Selain itu ada resiko terbesar yaitu terkait kedaulatan negara. Indonesia bisa menjadi seperti Amerika Latin, dia kaya SDA tapi yang kaya adalah Amerika Serikat,” ungkapnya.

Selamatkan SDA Indonesia!

Menurut Agung, harus ada upaya untuk menyelamatkan nikel dan SDA lainnya sehingga SDA bisa menyelamatkan dan membangun Indonesia. 

Pertama, memastikan ownership atau kepemilikan SDA harus dikuasai negara.

Kedua, pengelolaan SDA diberikan secara penuh untuk kemakmuran rakyat. “Islam memberikan pandangan jika jumlah SDA-nya melimpah maka harus dikelola negara dan diarahkan untuk kemakmuran rakyat secara keseluruhan baik muslim maupun nonmuslim. Oleh karena itu haram hukumnya harta milik umum ini diserahkan ke swasta,” tambahnya. 

Agung menegaskan ketika orientasi kepemilikan umum mengikuti dua poin di atas maka tidak akan merusak lingkungan yang berarti tidak merusak kepentingan umum juga. 

“Oleh karena itu di kesempatan yang baik ini jika kita ingin sustainability atau keberlanjutan serta ingin lingkungan baik dan memberikan keuntungan besar kepada rakyat, maka kembalilah kepada sistem Islam. Tinggalkan sistem kapitalis seperti yang ada sekarang ini,” pungkasnya.[] Erlina

Minggu, 13 November 2022

Bahaya Ghosob

Tinta Media - Pagi itu matahari tampak masih malu-malu. Seperti biasa, para santriwati akan kembali ke asrama setelah mengikuti kajian kitab Aqidatul Awwam bersama Pak Kyai Ali. Dari sekian banyak santriwati, ada satu santriwati yang terlihat bingung. Ternyata ia sedang mencari sandalnya yang hilang di pelataran Masjid Al-Ikhlas. Namanya adalah Zahra, sang juara kelas bertahan dan juga santri kesayangan Bu Nyai Fathimah, istri dari Pak Kyai Ali.

“Astaghfirullahal ‘azim, ke mana ya, sandalku? Perasaan tadi ditaruh sini. Atau di ghosob, ya?” ucap Zahra pada diri sendiri.

Tiba-tiba salah satu teman Zahra menghampirinya. Namanya Arin. Arin pun bertanya pada Zahra perihal apa yang terjadi, karena ia melihat wajah Zahra yang kebingungan.

“Zah, anti kenapa? Kok belum ke asrama? Ada yang lagi dicarikah?” tanya Arin.

“Iya, itu ... sandal ana hilang, Rin. Padahal seminggu yang lalu sandal ana juga hilang,” jawab Zahra sambil menunduk, berusaha menyembunyikan air mata yang hendak menetes.

“Ya udah, kalau gitu aku balik ke asrama dulu, ya, Zah,” ujar Arin.

“Iya,” jawab Zahra singkat.

Tak lama kemudian, Zahra pun menuju ke asrama untuk bersiap-siap sekolah. Ia berjalan dengan menyeker, tanpa memakai alas kaki. Namun, ia berusaha tetap bersabar. Ia berharap, Allah mengganti dengan yang lebih baik lagi.

Sesampainya di kamar, Zahra langsung beres-beres dan menyiapkan buku untuk pelajaran hari ini, yakni tarikh dan bahasa arab. Namun, saat membuka lemari, ia kaget setengah mati. Lemarinya telah terbuka dan tugas kliping tarikh raib entah ke mana.

“Eh, ada yang tahu tugas tarikh ana, gak?” tanya Zahra kepada teman sekamarnya.

“Lho, memang hilang ke mana? Kita semua juga gak ada yang tahu, Zah,” jawab Lina mewakili teman sekamarnya.

“Iya deh, gak papa. Jazakillah khoir, ya,” ujar Zahra.

“Waiyyaki Zahra,” jawab Lina lagi.

Zahra pun termenung cukup lama di dalam kamar itu. Ia bingung harus melakukan apa karena otomatis tugas yang ia miliki juga tidak bisa dikumpulkan tepat waktu. Setelah cukup lama termenung, ia segera bersiap-siap menuju ke kelas untuk sekolah.

Sesampainya di kelas, Zahra langsung duduk di kursinya. Namun, saat ini gadis putih itu sedang memikirkan hal atau kejadian tadi pagi. Tak berselang lama, masuklah Ustadzah Rodhiyah yang akan mengajar di kelas Zahra, yakni kelas IX Ibnu Hayyan. 

Setelah mengucap salam, Ustadzah Rodhiyah langsung menyuruh para santri untuk mengumpulkan tugas yang telah diberikan dua minggu yang lalu.

“Ayo anak-anak, tugasnya segera dikumpulkan kepada saya,” ucap Ustadzah Rodhiyah.

“Baik Ustadzah,” jawab para santriwati serempak, kecuali Zahra.

Setelah semua selesai mengumpulkan, Ustadzah langsung memeriksa satu persatu. Namun, tiba-tiba raut wajah ustazah berubah marah. 

“Ini siapa yang belum mengumpulkan tugas? Tugasnya kurang satu soalnya. Bagi yang belum, silahkan maju ke depan sebelum ustazah yang membawa ke depan,” perintah Ustadzah Rodhiyah.

Di kursinya, Zahra bingung antara maju atau tidak. Jika ia tidak maju, maka ia telah berbohong. Namun, jika ia maju, ia serasa menjadi seseorang yang begitu bersalah. Ia merasa malu. 

Namun, Zahra menguatkan hati dengan mengingat perkataan Pak Kyai Ali tadi pagi bahwa jika kita berbohong, maka manusia bisa saja percaya. Namun, kita tidak akan pernah bisa membohongi Allah Swt. karena Allah akan melihat segala apa yang kita perbuat, sekecil apa pun itu. Akhirnya ia pun maju diiringi tatapan sinis dan hujatan dari teman-teman sekelasnya.

“Lho, ternyata kamu yang belum mengumpulkan tugasnya, Zahra?” tanya Ustazah Rodhiyah.

“Iya Ustazah, maafkan saya. Saya telah mengerjakannya dengan sebaik mungkin. Namun, ketika saya hendak mengambilnya di lemari, tugas saya raib entah ke mana. Maafkan saya, Ustazah. Saya akan berusaha mencari tugas itu, Ustazah,” jawab Zahra sambil tertunduk. Ia tak berani menatap wajah sang guru. Ia merasa sangat malu dan bersalah.

“Insyaallah Zahra tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi, Ustadzah,” lanjut Zahra dengan wajah yang masih menunduk.

“Baiklah, Ustazah maafkan. Lain kali lebih hati-hati, ya. Namun, sebagai hukuman, kamu saya suruh mencari nama 300 ksatria perang Badar. Itu saja. Jangan diulangi lagi, ya!” ucap Ustazah Rodhiyah pada Zahra.

“Dan untuk kalian yang menyoraki Zahra tadi, itu adalah sebuah perbuatan yang buruk. Kalian tidak berhak menghakimi Zahra seperti itu. Seharusnya kalian bertanya baik-baik padanya, bukan malah teriak sumpah serapah tidak jelas padanya. Sekali lagi, itu adalah perbuatan yang buruk. Allah tidak menyukai hal itu. Belum tentu kalian lebih baik dari orang yang kalian hina itu. Malah, bisa jadi orang yang kalian ejek lebih baik derajatnya daripada kalian. Ingat ya, jangan diulangi lagi!” lanjut Ustazah Radhiyah menasehati mereka.

Setengah jam kemudian, pelajaran akhirnya selesai. Para santriwati boleh istirahat selama tigapuluh menit. Namun, Zahra tidak ingin ke mana-mana. Ia sedang berdamai dengan dirinya sendiri dan berusaha menahan emosi agar tak kelepasan marah. Ia pun melanjutkan membaca buku Bahasa Arab. Tak berselang lama, ia pun menangis di balik bukunya itu.

Zahra berusaha keras agar tak melukai hati siapa pun. Namun, ia juga manusia biasa. Ia sangat lelah, sehingga ia pun menangis, berharap bisa sedikit menenangkan hati yang kini sedang kalut. Namun, tanpa ia sadari, dari arah belakang kelas, ada dua pasang mata yang diam-diam memperhatikannya sedari tadi. Sedetik kemudian, tampaklah seringai puas diri mereka melihat Zahra menangis dan tampak bagitu memprihatinkan. Bagi mereka berdua, melihat Zahra menangis adalah suatu kebahagiaan.

***

Beberapa hari yang lalu, di sebuah gudang, tampak dua orang yang sedang membicarakan perihal sang juara bertahan, yakni Zahra. Rupanya mereka memiliki niatan buruk terhadap Zahra, sebab mereka iri karena melihat Zahra menjadi santriwati teladan di pondok pesantren Nurul Hikmah tersebut.

“Kamu selama ini gak ngerasa sebel, melihat Zahra menjadi kesayangan seluruh penghuni ponpes ini? Tapi aku gak bakal sudi lihat dia bahagia terus-terusan. Dia harus dikasih pelajaran. Setuju gak, loe?” tanya seorang gadis berkulit hitam manis.

“Setujulah. Gue juga gak bakal diam aja lihat dia dengan segudang prestasi miliknya. Kapan kita mulai aksinya?” tanya seorang gadis yang tinggi semampai.

“Oke, kita mulai besok, ya! Jangan sampai ada yang tahu, lho. Hati-hati, ya!”

“Beres, serahkan semuanya padaku.”

***
Beberapa bulan kemudian, tampaknya Zahra telah terbiasa dengan segala hal yang menimpanya. Ia banyak belajar dari seluruh kejadian itu. Ia yakin pasti ada hikmah di balik semua ini. Kini ia hanya fokus untuk belajar dan belajar, karena dua bulan lagi akan diadakan ujian kelulusan. 

Ketika Zahra berjalan menuju kamar, ia mendengar dua orang yang sedang bercakap-cakap tentang dirinya di sebuah ruangan. Saat mendengar suara mereka, ia kaget, antara percaya dan tidak. Namun, Zahra segera menepis dugaan tersebut. Ia berusaha untuk tetap berbaik sangka. Ia pun lalu melanjutkan perjalanan.

Tibalah Zahra di depan kamarnya, dan langsung beranjak ke dipan untuk beristirahat. Tak berselang lama, terdengarlah azan Zuhur dari pengeras suara masjid al-Ikhlas, Ponpes Nurul Hikmah. 

Zahra pun terbangun dan langsung berwudhu. Setelah itu, ia langsung berangkat ke masjid. Sesampainya di masjid, ia langsung salat sunnah rawatib dan Tahiyyatul Masjid, lalu dilanjutkan untuk mengulang hafalannya sembari menunggu ikamah di kumandangkan. Setelah terdengar ikamah, para santriwati segera menata shaf dengan rapi.

“Luruskan dan rapatkan shaf kalian karena itu termasuk kesempurnaan salat,” ucap Imam melalui mikrofon.

“Kami dengar dan kami taat,” jawab para jama’ah serentak.

Seusai salat dan zikir, Zahra pun menuju ruang makan untuk mengambil makan siang. Menu makan siang kali ini adalah sayur sop, tempe, dan kerupuk, serta sambal kecap. Setelah selesai, ia pun beranjak untuk kembali ke kamar. Saat berjalan menuju asrama, ia bertemu dengan tukang kebun ponpes, yakni Pak Budi.

“Eh, Nak Zahrakan ini?” tanya Pak Budi memastikan.

“Iya, Pak, ada apa, ya?” tanya Zahra balik.

“Ini, barang-barang ini benar punya kamu? Soalnya ada namanya kamu di situ?” tanya Pak Budi mencoba memastikan.

“Oh iya, Pak, benar itu punya saya,” jawab Zahra dengan raut gembira.

“Tadi Bapak nemu di gudang pas lagi beres-beres,” ujar Pak Budi lagi.

“Oh iya, Pak, sekali lagi jazakumullah ahsanal jaza’ ya, Pak. Zahra pamit dulu, assalamu’alaikum,” pamit Zahra.

“Wa’alaikumussalam, hati-hati ya, Nak,” jawab Pak Budi.

“Siap, Pak,” jawab Zahra.

Setelah berbagai kejadian kehilangan sejumlah barang milik santriwati, para guru pun akhirnya turun tangan untuk menyelidiki perihal masalah ini. Hingga akhirnya, terkuaklah siapa dalang di balik kejadian pencurian/ghosob ini. Mereka adalah Arin dan Sari. Kemudian mereka pun dibawa menuju kantor guru untuk disidang oleh para guru.

“Segera masuk, kalian berdua.” Perintah kepala sekolah kepada Sari dan Arin.

“Baik, Ustaz,” jawab mereka berdua hampir bersamaan.

“Apa yang melatarbelakangi kalian melakukan perbuatan yang sangat tercela itu?” tanya ustadz Arifin sebagai kepala sekolah mereka.

“Kami hanya iri terhadap seluruh pencapaian Zahra selama ini. Kami sangat dendam padanya sehingga kami melakukan hal tersebut padanya. Untuk perilaku kami terhadap santriwati yang lain, hanya sebuah keisengan belaka,” jawab Sari.

“Dan kami merasa para guru-guru di sini hanya menyayangi Zahra. Kami hanya ingin dianggap,” tambah Arin.

Sang kepala sekolah langsung terdiam mendengar jawaban dari dua santriwati tersebut. Ia merasa belum maksimal dalam mendidik para santri yang berada di bawah binaannya. Terlebih Ustazah Rodhiyah, ia merasa tugasnya sebagai pengasuh asrama belum sempurna. Ia merasa masih ada yang harus diperbaiki. 

Tiba-tiba suara sang kepala sekolah pun memecah keheningan yang begitu lama.

“Apakah kalian lupa bahwa yang namanya iri, dendam, atau semacamnya adalah penyakit hati yang harus kita hindari? Itu adalah perbuatan setan, dan kalian melampiaskannya dengan mencuri. Padahal, mencuri adalah sebuah perilaku yang sangat dilarang oleh Allah Swt. Allah tidak menyukai perbuatan tersebut. Allah mengetahui apa pun yang kita kerjakan, termasuk perbuatan kalian ini. Perhatian kami, para guru kepada kalian semua adalah sama. Tak ada pilih kasih, karena kalian semua adalah anak didik kami di sini selamanya,” jelas Ustaz Arifin kepada mereka berdua.

“Dan sebagai hukuman, kalian diskors selama dua bulan dan kembali lagi ke sini dengan perubahan yang lebih baik, ya. Karena kita tidak ada yang sempurna, tetapi kita berusaha untuk terus menjadi lebih baik setiap harinya. Kalian akan tetap menjadi anak didik kami sampai kapan pun,” lanjut Ustaz Arifin kepada mereka berdua.

“Baik, Ustaz,” jawab mereka berdua hampir bersamaan.

***

Dua Bulan Kemudian

Dari kejauhan Zahra melihat dua sosok temannya sedang menuju gerbang Ponpes Nurul Hikmah. Mereka adalah Sari dan Arin. Zahra pun segera menghampiri untuk mengajak mereka menemui Ustazah Rodhiyah.

“Assalamu’alaikum Arin, Sari,” ucap Zahra sambil melambaikan tangan.

“Wa’alaikumussalam, Zahra,” jawab mereka serempak.

“Eh, Ustazah Radhiyah kangen, lho, sama kalian. Beliau menunggu kalian di kamar. Segera ke sana, yuk,” ajak Zahra.

“Yuk,” jawab mereka singkat.

Sembari berjalan, mereka bercerita banyak hal. Arin dan Sari pun telah meminta maaf kepada Zahra karena salah satu golongan yang mendapat syafaat di akhirat kelak adalah orang yang saling mencintai karena Allah Swt. Saking banyaknya yang mereka ceritakan, tak terasa akhirnya mereka sampai di depan kamar Ustazah Radhiyah. Zahra pun segera mengetuk pintu dan mengucap salam.

“Assalamu’alaikum, Ustazah. Ini Zahra bareng Arin dan Sari,” ujar Zahra.

“Wa’alaikumussalam, tunggu sebentar, ya,” jawab ustazah dari dalam.

“Baik, Ustazah,” jawab Zahra.

Tak berselang lama, Ustazah Rodhiyah pun keluar dari kamar dengan menggunakan jilbab warna coklat susu dan kerudung warna merah marun. Kemudian beliau pun mengajak mereka bertiga ke taman di dekat asrama mereka. Sesampainya di sana, ustazah pun menasehati mereka teny kejadian akhir-akhir ini. Salah satunya adalah ghosob atau mencuri.

“Perbuatan ghosob atau mencuri adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt. Mudharat atau dampak dari perbuatan ini juga sangat banyak. Di antaranya adalah membuat seseorang cemas dan panik, membuat pertemanan renggang, dan masih banyak lagi. Dan tentu saja perbuatan tersebut dimurkai oleh Allah Swt. karena telah melanggar perintah-Nya,” jelas Ustazah Rodhiyah pada mereka.

“Iya, Ustazah,” jawab mereka bertiga hampir bersamaan.

“Semoga Allah Swt. memberikan keistikamahan kepada kita dalam berbuat kebaikan untuk bekal kelak di akhirat. Aamiin,” lanjut Ustazah Rodhiyah.

“Aamiin,” ucap mereka bertiga.

Semenjak saat itu, Zahra, Arin, dan Sari pun menjadi sahabat hingga akhirnya lulus dengan nilai yang memuaskan. Terbukti bahwa apabila kita berbuat baik dan bersabar, maka Allah pun memberikan kita kemudahan dalam melakukan sesuatu. Namun, apabila sebaliknya, maka Allah pun akan menjauh dari kita. Oleh karena itu, jangan sampai kita melakukan dosa sekecil apa pun, termasuk ghosob.  Karena Allah Maha Melihat segala perbuatan yang telah kita lakukan.
***

The End Alhamdulillah

Cerpen by: Naila Ahmad 

Kamis, 06 Oktober 2022

Kiai Budiman: Ideologi Selain Islam Wajib Diingkari

Tinta Media - Pengasuh Pondok Pesantren Al Ghuroba Patemon Probolinggo Kiai Budiman menyampaikan Ideologi yang datangnya bukan dari Islam maka wajib diingkari.

“Ideologi Komunis dan Ideologi Kapitalis ini tidak datangnya dari Islam dan wajib kita ingkari,” ujarnya dalam acara Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda Probolinggo: Mengingat Tragedi G30S/PKI,Bahaya Mafsadat Dan Mudharat Ideologi Ciptaan Manusia, Pembelajaran Dari Pemberontakan PKI, Saatnya Kembali Kepada Islam Kaffah, Jumat (30/9/2022) di kanal YouTube Rumah Inspirasi Perubahan.

Karena menurutnya, orang beriman yang mengingkari Ideologi selain dari Islam, tidak diterima dan tidak diridhoi Allah swt.

"Karena syarat orang yang beriman itu adalah:
فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ ۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ﴿البقرة : ۲۵۶
Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256),” jelasnya.

Begitu juga dengan sesuatu yang bertentangan dengan syari’at, lanjutnya, harus diingkari karena pasti akan menimbulkan kerusakan, seperti kekejaman Komunisme pada tahun 1948 yang memakan banyak korban dari orang Islam. 

“Jangan kalian menganggap enteng Ideologi komunis ini, karena ini berkaitan dengan Aqidah dan keimanan kita, kalau membiarkan masuk selain ideologi islam, bagaimana nasib kita dan anak cucu kita? Maka kehancuran akan datang pada diri kita dan anak cucu kita,” pungkasnya.[] Lukman Indra Bayu 

Ulama Aswaja Tapal Kuda Probolinggo Waspadai dan Tolak Bahaya Laten Komunisme

Tinta Media - Ulama Aswaja Tapal Kuda Probolinggo menyatakan sikap terkait mewaspadai dan  bahaya laten Komunisme.

"Kami Para Ulama yang hadir pada Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda menyatakan sikap terkait mewaspadai dan menolak bahaya laten komunisme,” ujar Gus Zen dalam acara Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda Probolinggo: Mengingat Tragedi G30S/PKI,Bahaya Mafsadat Dan Mudharat Ideologi Ciptaan Manusia, Pembelajaran Dari Pemberontakan PKI, Saatnya Kembali Kepada Islam Kaffah, Jumat (30/9/2022) di kanal YouTube Rumah Inspirasi Perubahan.

Ulama Aswaja Tapal Kuda menyatakan sikap sebagai berikut:

Pertama, kepada seluruh masyarakat khususnya umat Islam termasuk Pemerintah agar tetap mewaspadai bahaya laten komunisme.

Kedua, saatnya meninggalkan dan membuang ideologi Kapitalisme-Liberalisme dan Sosialisme-Komunisme yang terbukti hanya menimbulkan kehancuran dan penderitaan. "Khususnya rakyat di negeri-negeri Islam," tegasnya. 

Ketiga, mengingatkan kembali betapa jasa besar umat Islam untuk negeri ini dalam membela dan mempertahankannya, jasa para ulama yang mengobarkan jihad fisabilillah. "Saatnya Umat Islam untuk menjadi subyek perubahan dan bukan hanya menjadi obyek dari kekuatan asing dan aseng," ajaknya.  

Keempat, menyeru segenap rakyat Indonesia dan penguasa negeri ini agar kembali kepada sistem yang diturunkan Allah SWT, yakni Sistem Islam, yang sudah dijamin oleh Allah SWT akan membawa rahmat bagi seluruh umat manusia (rahmatan lil alamiin), baik muslim maupun non muslim.

Kelima, menyeru kepada seluruh umat Islam, khususnya para Ulama sebagai warosatul anbiya wal mursalin dan uyunul ummah untuk berjuang bahu-membahu dalam rangka menegakkan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah Rasyidah ala minhajin nubuwwah. 

Keenam, kepada para Ahlul Quwwah wal Man'ah tolonglah (agama) Allah, jadilah penolong (agama) Allah SWT (ansharullah) dengan cara berjuang untuk menyingkirkan sistem kapitalisme-komunisme, kemudian terapkanlah sistem Islam.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا أَنصَارَ اللَّهِ.....} [الصف : 14]
"Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah" (QS. As-Saff: 14)
اللهم قد بلغنا ، فاشهد
"Ya Allah sungguh telah kami sampaikan, maka saksikanlah," tuturnya. 

Ketujuh, mengajak kepada para ulama, kyai, habaib, dan ustadz, untuk menjadi garda terdepan perjuangan penegakan syariat Islam dan terus-menerus berdakwah di jalan Allah SWT. "Menyerukan kepada kebaikan, mencegah dari yang munkar, demi tegaknya Syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan di bawah naungan Khilafah Rasyidah ‘alaa Minhajin Nubuwwah,” jelas Gus Zen.

Ia melanjutkan, pengalaman pahit dalam sejarah bangsa Indonesia terutama umat Islam akibat pengkhianatan dan kekejaman PKI (Partai Komunis Indonesia) jangan sampai terulang kembali.

“Nabi saw bersabda:
« لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ ». رواه البخاري.
 “Seorang mukmin itu tidak akan terperosok ke dalam lubang yang sama dua kali.” (HR. Al-Bukhari).

Gus Zen mengingatkan kepada seluruh masyarakat, bahwa jasa besar umat Islam untuk negeri ini. "Dari sejak sebelum kemerdekaan, saat kemerdekaan, mempertahankannya dan bagaimana umat Islam mampu menjaga negeri ini dari kehancuran akibat penghianatan PKI,” tuturnya.

Begitu juga dengan ancaman Kapitalisme Demokrasi, lanjutnya, membawa negeri Indonesia terperosok kedalam jurang kehancuran dan penderitaan sistemik tidak berujung. Seperti kenaikan harga BBM, utang luar negeri, munculnya politisi koruptor, penjarahan SDA oleh para Kapitalis, kriminalisasi aktivis dan ulama, serta berbagai macam persoalan lainnya yang tidak berujung.
 
“Di sinilah pentingnya umat Islam kembali ke Islam Kaffah dan hanya Khilafah yang mampu mensejahterakan umat di dunia yang dengannya mampu menjawab dan menjadi solusi seluruh problimatika serta akan memberikan rahmatan lil alamiin.,” pungkasnya. [] Lukman Indra Bayu

Jumat, 22 April 2022

Ustaz Mahyuddin Ingatkan Bahaya Propaganda Tsaqofah Asing


Tinta Media - Ustaz Mahyuddin, Lc mengingatkan bahaya propaganda tsaqofah asing bagi umat Islam oleh kaum Intelektual.

“Akan menjadi berbahaya bagi umat Islam ketika kaum intelektual mempropagandakan tsaqofah asing, karena status mereka yang terdidik, terpelajar, intelektual,” tuturnya dalam Live Dialog Ramadhan-1443 H: Mewaspadai Tsaqofah Asing, Ahad (17/4/2022) di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

Menurutnya, tsaqofah asing membutuhkan justifikasi yang sangat buruk. “Tsaqofah asing adalah buah dari paham kebebasan yang diambil dari luar tapi kemudian dicari pembenarannya melalui ajaran-ajaran Islam, melalui turats para ulama, dan sebagainya. Ini sebetulnya butuh justifikasi yang sangat buruk,” ujarnya.

Ia memaparkan contoh propaganda bagi umat Islam itu ketika tidak memilah antara ilmu dan tsaqofah sehingga mengambil tsaqofah asing. “Terlebih lagi, diperparah dengan adanya sebagian orang-orang yang menyebarkan tsaqofah asing dari kalangan terpelajar, menempuh pendidikan tinggi,” ucapnya.

Ia pun mengkritisinya dengan membandingkan jika propaganda dilakukan kaum intelektual dengan masyarakat awam. “Contohnya propaganda pernikahan beda agama, pernikahan sejenis diperbolehkan oleh kalangan cendekiawan muslim, ini menyilaukan orang awam  Seandainya yang mempropagandakannya dari masyarakat awam maka akan dianggap angin lalu saja, orang tidak begitu menggubrisnya,” kritiknya.

Menurutnya, akan menjadi persoalan jika yang menyampaikan tsaqofah asing itu adalah seorang tokoh, bahkan guru besar di sebuah perguruan tinggi Islam. Ia pun mengungkapkan pendapat dari seorang tokoh yang berpendapat tentang munculnya wacana menerapkan negara yang sesuai dengan Nabi itu haram.
“Demikian tsaqofah asing dalam bidang politik, digembar-gemborkan tentang demokrasi sekularisme, bahkan belakangan ini sempat muncul wacana berusaha menerapkan negara yang sesuai dengan Nabi itu haram. Ini sangat berbahaya karena yang menyampaikan sendiri dari kaum muslim dan seorang tokoh maka semakin diperlukan membentengi umat dari tsaqofah asing ini,” ungkapnya.

Ia menegaskan pendapat tokoh tersebut sangat berbahaya karena dampaknya merusak tatanan kehidupan. “Apalagi di tengah tatanan kehidupan sekularistik sekarang ini memang tidak menjadikan Islam sebagai pedoman kehidupan. Jadi upaya memasukkan tsaqofah asing itu lebih leluasa di zaman sekarang ini,” tegasnya.

Ia pun mengatakan propaganda yang disampaikan oleh tokoh, cendekiawan, kaum intelektual apalagi seseorang itu dekat dengan lingkaran kekuasaan, aksesnya  semakin masif meluas.
“Maka tidak ada pilihan lain untuk semakin memperkuat akidah kaum muslimin, menguatkan pemahaman mereka tentang tsaqofah Islam,” katanya.

Baginya, saat ini momentum yang bagus untuk membenturkan tsaqofah asing dengan tsaqofah Islam. “Ini kesempatan yang baik untuk umat Islam membenturkannya dengan tsaqofah Islam. Dan menunjukkan keunggulan tsaqofah Islam terhadap tsaqofah asing,” tuturnya.

Ia pun memaparkan kentalnya tsaqofah asing dalam kehidupan di bidang sosial.
“Ketika bicara seni, bicara ekonomi, politik, budaya, itu kental dengan tsaqofah asing. Sehingga satu sisi tantangan yang besar tapi di sisi lain ini merupakan momentum, kesempatan yang sangat baik untuk perang pemikiran. Karena perang pemikiran ini salah satu yang dilupakan belakangan ini,” paparnya.

Ia mengharapkan kerusakan pemikiran dari tsaqofah asing ini membuka mata umat Islam.
“Mudah-mudahan kerusakan ini membuka mata umat Islam sehingga mereka menjadi lebih peduli lagi terhadap tsaqofah asing,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab