Tinta Media: Bahagia
Tampilkan postingan dengan label Bahagia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahagia. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 November 2023

Tujuh Sifat Orang Bahagia Dunia dan Akhirat



Tinta Media - Sobat. Allah memberikan kabar gembira kepada kaum mukmin: mereka akan berbahagia di dunia dan di akherat yaitu surga yang di dalamnya penuh dengan kenikmatan lahir dan batin. Siapakah Kaum mukmin itu? Allah SWT memberikan jawaban ada tujuh Sifat orang yang bahagia dunia dan akherat  dengan firman-Nya:

ٱلتَّٰٓئِبُونَ ٱلۡعَٰبِدُونَ ٱلۡحَٰمِدُونَ ٱلسَّٰٓئِحُونَ ٱلرَّٰكِعُونَ ٱلسَّٰجِدُونَ ٱلۡأٓمِرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱلنَّاهُونَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡحَٰفِظُونَ لِحُدُودِ ٱللَّهِۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ  

“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” ( QS. At-Taubah (9) : 112 )

Sobat. Dalam ayat ini disebutkan beberapa sifat dari orang-orang mukmin yang telah mencapai puncak kesempurnaan iman, yang telah mengorbankan harta benda dan jiwa raga mereka dalam berjihad untuk menjunjung tinggi dan menegakkan agama Allah.

Sifat-sifat tersebut ialah:

1.  Mereka adalah orang-orang yang bertobat, kembali kepada Allah dengan cara meninggalkan setiap perbuatan yang akan menjauhkan diri dari keridaan-Nya. Maka tobat orang yang pernah menjadi kafir adalah kembalinya mereka kepada jalan Allah, serta melaksanakan perintah syariat-Nya.
Dalam hal ini Allah telah berfirman:

Jika mereka bertobat, mendirikan salat, dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. (at-Taubah/9: 11)

Sedang tobat orang yang pernah menjadi munafik ialah dengan cara meninggalkan kemunafikannya itu. Tobat orang-orang yang durhaka ialah dengan cara meninggalkan kedurhakaannya dengan menyesali apa yang telah diperbuatnya, serta bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi, sebagaimana tobat yang telah dilakukan oleh beberapa orang mukmin (Abu Lubabah dengan kawan-kawannya) yang telah mangkir dari Perang Tabuk. Adapun tobat orang yang telah lalai dari melakukan kebajikan, ialah dengan cara berbuat kebajikan lain yang lebih banyak, sedang tobat orang yang lalai dari mengingat Allah ialah dengan cara berzikir dan bersyukur lebih banyak lagi setelah menyadari kelalaiannya.

2. Orang-orang mukmin yang mencapai puncak kesempurnaan iman mempunyai sifat sebagai orang-orang yang beribadat kepada Allah semata-mata dengan ikhlas, tanpa riya maupun syirik. Semua ibadah doa dan harapannya hanya ditujukan kepada Allah semata. Mereka menjauhi segala perbuatan yang dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada selain Allah atau mengharapkan pertolongan dari selain Allah, baik untuk kepentingan duniawi maupun ukhrawi.

3.  Orang-orang mukmin disifati sebagai orang-orang yang senantiasa menyampaikan pujian kepada Allah, baik dalam waktu suka maupun pada saat duka. 
Dalam hal ini 'Aisyah r.a. menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw, apabila menemukan suatu hal yang menggembirakan maka beliau mengucapkan kata-kata pujian yang berbunyi:
Segala pujian hanyalah untuk Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan dapat disempurnakan. (Riwayat Ibnu Majah dan al-hakim)

Dan apabila beliau menghadapi suatu hal yang tidak diinginkannya, maka beliau mengucapkan kata pujian yang berbunyi:

Segala puji hanyalah untuk Allah semata-mata, dalam segala hal. (Riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan lain-lain)

4.  Orang-orang mukmin yang mencapai puncak kesempurnan juga memiliki sifat sebagai orang-orang yang suka mengembara untuk tujuan-tujuan yang baik dan benar, misalnya pengembaraan yang dilakukan untuk menuntut ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan agama, maupun ilmu pengetahuan untuk kemajuan duniawi, atau untuk sesuatu yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan tanah air. Atau melakukan pengembaraan untuk melihat dan memperhatikan keadaan bangsa-bangsa dan negeri-negeri lain, agar dari semuanya itu dapat diambil pelajaran yang berguna, serta meningkatkan keimanan dan ibadah kita kepada Allah, Pencipta alam semesta. Di dalam Al-Qur'an, terdapat banyak firman Allah yang mendorong manusia agar mengadakan perjalanan di muka bumi ini, untuk mendapatkan pengalaman dan pelajaran, yang akan menambah kuatnya keimanan mereka. Antara lain firman Allah:

Katakanlah (Muhammad), "Jelajahilah bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu." (al-An'am/6: 11)

Dan firman-Nya dalam ayat yang lain:

Tidakkah mereka memperhatikan berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan, padahal (generasi itu), telah kami teguhkan kedudukannya di bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu. (al-An'am/6:6)

Masih banyak ayat lainnya yang sejiwa dengan ayat-ayat di atas yang menyuruh manusia untuk memperhatikan lebih banyak makhluk Tuhan di dunia ini. Semakin jauh berjalan, semakin banyak yang dilihat, dan memberikan banyak pengetahuan, pengalaman, dan pelajaran, yang akhirnya menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

5.  Sifat lainnya yang dimiliki orang-orang mukmin sejati ialah senantiasa melakukan ruku dan sujud kepada Allah, yakni mendirikan salat. Sengaja Allah menyebutkan masalah ruku dan sujud dalam ayat ini, karena kedua hal tersebut adalah menunjukkan sifat tunduk tawadu serta penghambaan diri kepada Allah, dan juga untuk menggambarkan bahwa pekerjaan salat itu tidak pernah lepas dari ruku' dan sujud.

6.  Dua sifat lainnya dari orang-orang mukmin sejati ialah suka mengajak orang lain untuk berbuat kebajikan, dan mencegahnya dari perbuatan yang mungkar, dengan jalan mengajaknya kepada keimanan dan melakukan perbuatan-perbuatan yang merupakan buah dari keimanan itu, yaitu hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan kehidupan bersama dalam masyarakat.

7.  Sifat lainnya yang disebutkan terakhir dalam ayat ini, ialah sebagai orang-orang yang senantiasa menjaga diri untuk tidak melampaui batas dan ketentuan yang telah ditetapkan Allah, seperti syariat dan hukum-hukum-Nya, yang harus diikuti oleh kaum mukmin untuk kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat, dan apa-apa yang harus mereka jauhi, karena bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkannya. Demikian pula, dalam hukum dan syariat tersebut telah dijelaskan pula apa-apa yang harus dilakukan oleh umat Islam dan para pemimpin mereka, baik untuk kepentingan pribadi muslim, maupun untuk kejayaan masyarakat Islam umumnya.

Sobat. Hidup yang tak diisi dengan ibadah kepada Allah akan hambar , tak bermakna. Sebaliknya hidup yang diisi dengan ibadah akan bermakna, penuh dengan keoptimisan.Itulah bekal kita menuju Surga yang telah Allah Janjikan.

Tawaffanii muslimaan wa alkhiqnii bishshoolikhiina – “ Wafatkan aku sebagai Muslim, kumpulkan aku bersama orang-orang sholeh.”

Sobat. Jadikanlah Al-Quran sebagai sahabat karibmu, teman dudukmu, dan bacaan harian kala kau senang ataupun susah. Al-Quran akan menjadikanmu teman yang sangat setia dari dunia sampai akherat.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spirtual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Rabu, 17 Mei 2023

Berbahagialah jika Ada Masalah?


Tinta Media - Sobat. Ada masalah? Berbahagialah. Artinya engkau sedang hidup , tumbuh dan berkembang. Sebab karena masalah itulah muncul kreativitas berpikir untuk menemukan jalan dan inovasi cara untuk mencetak sejarah. Kreativitas adalah berpikir dengan cara yang berbeda dan inovasi adalah melakukan dengan cara berbeda. Lihatlah masalah untuk meningkatkan rasa syukur. Alhamdulillah, saya sedang menjalani ujian untuk naik kelas atau tingkat.

Allah SWT Berfirman :
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ  

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". ( QS. Al-Baqarah (2) : 286 )

Sobat. Tidak ada yang berat dalam beragama, dan tidak perlu ada kekhawatiran tentang tanggung jawab atas bisikan-bisikan hati, sebab Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia, yakni setiap manusia, mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya walaupun baru dalam bentuk niat dan belum wujud dalam kenyataan, dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya dan wujud dalam bentuk nyata. 

Mereka berdoa, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa dalam melaksanakan apa yang Engkau perintahkan atau kami melakukan kesalahan karena suatu dan lain sebab. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami seperti orang-orang Yahudi yang mendapat tugas yang cukup sulit karena ulah mereka sendiri, misalnya untuk bertobat harus membunuh diri sendiri. 

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya, baik berupa ketentuan dalam beragama maupun musibah dalam hidup dan lainnya. Maafkanlah kami, yakni hapuslah dosa-dosa kami, ampunilah kami dengan menutupi aib kami dan tidak menghukum kami akibat pelanggaran, dan rahmatilah kami dengan sifat kasih dan rahmat-Mu yang luas, melebihi penghapusan dosa dan penutupan aib. Engkaulah pelindung kami, karena itu maka tolonglah kami dengan argumentasi dan kekuatan fisik dalam menghadapi orang-orang kafir. 

Sobat. Masalah itu banyak manfaatnya. Apa bener? Berbahagialah, masalah justru mendewasakan kita. Mematangkan jiwa.Peluang untuk menang. Penempa untuk lebih berkarakter kuat. Kalau kamu punya bos yang buruk, itu ujian agar saat jadi atasan harus lebih baik darinya. 

1. Masalah adalah penebus dosa. Dengan memiliki masalah orang belajar dari kesalahan, dosa, maksiat dan sejarah buruk hidup. Allah sedang menunjukkan dosa kita untuk berbenah. Itulah tarbiyah ilahiyah. Maka bersihkan hati,luruskan misi, kuatkan motivasi, kembalikan orientasi asli, barangkali ada kebengkokan langkah selama ini.

2. Masalah itu nikmat kehidupan. Masalah itu seperti garam bagi sayur. Tanpa masalah hidup seperti hambar dan datar. Masalah membuat kita tertantang, dan senang karena berhasil menghalau haling rintang yang menghadang. Nikmatilah masalah agar selamat dunia akherat. Sobat. Tiga hal yang mendatangkan keselamatan adalah takut kepada Allah dalam keadaan sepi maupun ramai, berhemat pada saat kaya ataupun miskin, dan berlaku adil dalam keadaan ridha ataupun murka.

3. Penyaring mutu dan mengangkat derajat. Masalah adalah indikator penyaring mutu, ujian kenaikan tingkat. Murninya emas karena disepuh. Batu jadi permata karena digosok terus. Kerang jadi mutiara sakit menahan pasir. Batu bata kuat karena dibakar. Kokohnya baja karena dilebur. Bersihnya air karena dialirkan. Cerdasnya otak karena digunakan untuk berpikir. Lembutnya jiwa karena tarbiyah ruhiyah dan pendidikan ruhani yang dijalani.

4. Banyak masalah banyak ilmu. Banyak jam tayang, semakin tinggi jam terbang, semakin meningkat rating, terbuka peluang sekaligus rintangan yang menghadang. Saat menghadapi rintangan itulah semakin bertambah ilmu. Sebagaimana janji Allah SWT :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ 

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( QS. Al-Mujadilah (58) : 11 ).

Sobat. Ayat ini memberikan penjelasan bahwa jika di antara kaum Muslimin ada yang diperintahkan Rasulullah saw berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang tertentu untuk duduk, atau mereka diperintahkan pergi dahulu, hendaklah mereka berdiri atau pergi, karena beliau ingin memberikan penghormatan kepada orang-orang itu, ingin menyendiri untuk memikirkan urusan-urusan agama, atau melaksanakan tugas-tugas yang perlu diselesaikan dengan segera.

Dari ayat ini dapat dipahami hal-hal sebagai berikut:

1. Para sahabat berlomba-lomba mencari tempat dekat Rasulullah saw agar mudah mendengar perkataan yang beliau sampaikan kepada mereka.

2. Perintah memberikan tempat kepada orang yang baru datang merupakan anjuran, jika memungkinkan dilakukan, untuk menimbulkan rasa persahabatan antara sesama yang hadir.

3. Sesungguhnya tiap-tiap orang yang memberikan kelapangan kepada hamba Allah dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka Allah akan memberi kelapangan pula kepadanya di dunia dan di akhirat.

Memberi kelapangan kepada sesama Muslim dalam pergaulan dan usaha mencari kebajikan dan kebaikan, berusaha menyenangkan hati saudara-saudaranya, memberi pertolongan, dan sebagainya termasuk yang dianjurkan Rasulullah saw. Beliau bersabda:

Allah selalu menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Berdasarkan ayat ini para ulama berpendapat bahwa orang-orang yang hadir dalam suatu majelis hendaklah mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam majelis itu atau mematuhi perintah orang-orang yang mengatur majelis itu.

Jika dipelajari maksud ayat di atas, ada suatu ketetapan yang ditentukan ayat ini, yaitu agar orang-orang menghadiri suatu majelis baik yang datang pada waktunya atau yang terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, penuh persaudaraan dan saling bertenggang rasa. Bagi yang lebih dahulu datang, hendaklah memenuhi tempat di muka, sehingga orang yang datang kemudian tidak perlu melangkahi atau mengganggu orang yang telah lebih dahulu hadir. Bagi orang yang terlambat datang, hendaklah rela dengan keadaan yang ditemuinya, seperti tidak mendapat tempat duduk. Inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi saw:
Janganlah seseorang menyuruh temannya berdiri dari tempat duduknya, lalu ia duduk di tempat tersebut, tetapi hendaklah mereka bergeser dan berlapang-lapang." (Riwayat Muslim dari Ibnu 'Umar)

Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam masyarakat, demikian pula orang-orang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya.
Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka.

5. Masalah sebagai seleksi. Hidup adalah ujian seleksi kehidupan. Memilih hamba pilihan. “ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya….( QS. Al-Mulk : 2 ). Yang dimaksud dengan yang paling baik amalnya adalah yang paling ikhlas niatnya dan benar caranya. Seleksi adalah pembeda yang asli dan yang gadungan, yang sungguh-sungguh atau sekedar ikut-ikutan.

6. Masalah untuk merevisi langkah, menetukan arah, dan istiqomah. Saat ditimpa muhasabalah; apa yang salah? Berbenah, koreksi diri; adakah yang tak sesuai? Ini membuat lebih bersih, lebih fresh, tetap gress agar semua menjadi beres. Menemukan sumber masalah segera berbenah, memompa bergairah, agar kemenangan diraih dengan mudah, penuh berkah dalam setiap langkah.

Sobat. Temukan masalahmu. Mampu menemukan masalah berarti separo dari solusi.Kita sulit menemukan solusi bila masalah inti belum dicari. Bila inti masalah tidak terdeteksi, solusinya pun tak menyasar , masalah semakin besar, hati terasa terbakar, jantung berdebar-debar, tubuh gemetar dan pandangan nanar.

Sobat. Berbahagialah! Pandang masalah dengan senang, jalani dengan tenang. Banting stir bila kesulitan hadir. Siapkan rencana kedua bila gagal di langkah pertama. Siapkan hati untuk segala kondisi, kelola diri secara kreatif dan inovatif.

Sobat. Berbahagialah! Sebab masalah ibarat api yang membakar kerak dosa, merontokkan karat maksiat, membersihkan korosi dengki agar bersih, merih ketinggian pribadi. Berbahagialah ! karena masalah telah berjasa membuat kita lebih baik, lebih kuat, lebih sabar, lebih tegar, lebih tertantang, lebih arif, lebih bijak, lebih matang dan lebih dewasa.

Sobat. Berbahagialah ! Karena masalah akan mengajari kita untuk terus belajar kerumitan hidup dan memecahkannya. Menambah ilmu untuk mendewasakan dan menambah skill agar terampil. Berbahagialah! Jadikan motivasi diri sebagai bahan bakar. Miliki percaya diri sebagai kopling gas yang menggerakkan. Tapi jangan lupa miliki tahu diri sebagai rem yang mengendalikan.

Salam dahsyat dan luar biasa!

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UI Tribakti Lirboyo

Senin, 01 Mei 2023

Jangan Merusak Bahagia Kita karena Sikap Orang Lain

Tinta Media - Seringkali kita merasa terganggu bahkan stress karena sikap orang lain kepada kita. Bisa jadi orang lain itu adalah teman kerja, teman kuliah bahkan teman ngaji. Bisa juga orang lain itu adalah istri, anak atau orang tua sekalipun.

Pada saat orang lain bersikap tidak sesuai harapan maka biasanya kita menjadi tidak suka, marah bahkan ujungnya stress. Sikap orang lain itu bisa jadi dalam bentuk perkataan yang buruk. Bisa juga perbuatan yang tidak menyenangkan. Yakni yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang teman kerja, teman kuliah lebih lebih tenang ngaji. Misalnya teman kerja kita telah berburuk sangka kepada kita. Dengan komentar buruk terhadap kondisi kita. Kemudian kita marah dan stress karenanya.

Lalu bagaimana kita seharusnya bersikap terhadap hal ini? Ada beberapa poin penting sebagai berikut:

1. Setiap orang pasti dihisab atas perbuatan masing masing. Kita tak dihisab atas perbuatan orang lain. Bahkan jika itupun keluarga sendiri. Oleh karena itu sikap buruk orang lain kepada kita akan ditanggung oleh orang tersebut. Jika demikian mengapa kita mesti terganggu? Biarlah toh dia pasti akan bertanggung jawab. 

2. Kita hanya bisa mengontrol hati, lisan dan perbuatan kita sendiri. Kita tak bisa memaksa siapapun untuk berkata dan berbuat sesuai keinginan kita. Jadi biar saja orang lain mau ngomong apa. 

3. Kita hanya wajib memberi nasehat kepada orang lain yang berbuat salah kepada kita. Kalo teman kuliah, teman ngaji, teman kerja maka sebatas nasehat sudah cukup. Namun jika keluarga, anak istri, orang tua maka selain nasehat juga bisa kita memperlakukan mereka sebatas hukum Syara'. Misalnya kalo istri sudah tidak mau taat kepada suami sehingga interaksinya menjadi ladang dosa maka cerai bisa menjadi solusi.

4. Bahagia itu adalah tercapainya ridho Allah. Nah, selama kita beriman dan taat maka apapun yang dikatakan atau dilakukan orang lain tak ada perngaruhnya terhadap kebahagiaan kita bukan?

Selama di hari kita hanya Allah maka kita bahagia apapun kondisi dunia ini.

5. Jangan biarkan hati kita menjadi kotor dan gelap karena buruk sangka kepada orang lain. Buruk sangka ibarat kotoran bahkan racun yang menggerogoti hati kita sehingga menjadi hari yang gelisah dan takut atas perbuatan oranglain.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 12)

6. Salah satu bentuk ketaatan itu adalah melakukan dakwah untuk merubah masyarakat Jahiliyah kepada masyarakat Islam. Yakni dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai khilafah. Nah, kita harus berusaha fokus pada aktifitas utama ini maka urusan orang orang yang suka mencela tak ada lagi nilainya sedikitpun dalam pandangan kita.

Demikian kurang lebih beberapa poin yang perlu kita perhatikan. Maka janganlah kita biarkan orang lain merusak hidup kalita karena keburukan mereka. Kita harus tetap berusaha untuk bahagia yakni dengan tetap beriman dan taat kepada Allah. Itulah fokus kita. Bahagia yuk![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center 

Rabu, 22 Maret 2023

Tanda-tanda Kebahagiaan

Tinta Media - Sobat. Bahagia itu mensyukuri karunia Allah. Sebenarnya, rasa syukur sekecil apa pun akan menarik kebahagiaan ke dalam  hati, sehingga kita mencintai orang lain dan kehidupan ini. Ketika kita ridha terhadap apa pun dalam hidup kita, Allah akan mengaruniai kita puncak kenikmatan. Yaitu, perasaan tenang dan damai yang memenuhi hati dengan keridhaan, lalu memancarkan keagungan dan cahaya dalam kehidupan kita.

Sobat. Ridha menjalani hari-hari yang kita lewati berikut segala kesulitan yang ditemui; menerima kerapuhan fisik kita bagaimanapun rupanya, memaafkan masa lalu sepedih apa pun ia, menghadapi masa depan walau amat berat, berusaha keras ridha terhadap apa pun yang kita terima dalam hidup ini pada masa lalu, menerima sepenuh hati  segala kondisi yang tidak mampu kita ubah, mensyukuri setiap keadaan dan segala yang kita punya, menerima kegagalan dan kekurangan kita, serta mengakui semua itu secara jujur terhadap diri sendiri, kemudian berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan penuh kesadaran – tanpa tekanan dan paksaan – untuk memperbaiki kondisi jadi lebih baik, itulah karunia termahal dalam hidup. Ia puncak seluruh hikmah dalam menjalani hidup yang berkah.

Sobat. Terimalah detik-detik kegagalan  seperti kau bersuka cita dengan menit-menit keberhasilan. Ridhai hal kecil seperti kau senang saat meraih hal besar. Keadilan itu bukan berarti kau sukses setiap hari dan untung setiap waktu. Tetapi, berusahalah dalam hidup ini agar setiap orang sukses. Biarkan orang lain berhasil dan bahagia sepertimu.

Sobat. Baginda Rasulullah SAW bersabda “ Aku kagum dengan urusan seorang mukmin, karena seluruh urusannya baik. Dan itu hanya dialami oleh seorang mukmin. Jika ia menerima kebaikan ia bersyukur, maka itu baik baginya. Sebaliknya, jika ia tertimpa keburukan, ia bersabar, itu pun baik baginya.”

Sobat  kebahagiaan yang hakiki adalah penuhi dan perhatikan hak-hak Allah. Memperhatikan sesuatu berarti menjaganya agar tidak luput dan tidak berkurang. Hak Allah SWT itu artinya kewajiban manusia. Hak Allah  itu ada dua : Melaksanakan yang wajib dan meninggalkan yang haram. Melaksanakan setiap yang wajib adalah bentuk ketakwaan, meninggalkan setiap yang haram adalah bentuk ketakwaan.

Faktor ketakwaan adalah takut akan azab dan hukuman Allah SWT. Maka jika seseorang bertakwa maka dia telah melindungi diri dari keburukan dunia dan akherat yang memang harus dijauhi. Di samping itu, ia akan mendapat kenikmatan surga dan keridhaan Sang Maha Pengasih. 

Adapun tanda-tanda kebahagiaan :

1. Zuhud terhadap dunia  dan cinta kepada akherat.
2. Senantiasa ingin beribadah  dan  membaca Al-Quran.
3. Sedikit bicara tentang  hal yang tidak perlu.
4. Senantiasa  memelihara sholat yang lima waktu.
5. Bersikap wara’ terhadap barang  haram maupun syubhat, sedikita atau banyak.
6. Bersahabat dengan orang  yang baik-baik.
7. Berlaku tawadhu’ tidak sombong.
8. Dermawan lagi pemurah.
9. Belas kasih terhadap sesama makhluk Allah SWT.
10. Menjadi Orang yang bermanfaat bagi sesame makhluk.
11. Banyak mengingat mati.

Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “ Ar baú KhiShoolin minasy syaqaawati, Jumuudul ‘ Aiyni, wa qaswatul quluubi,  wa thuulul amali, wa hubbud dunyaa – Ada empat perkara yang termasuk celaka : Mata yang beku, Hati yang keras, panjang angan-angan dan cinta dunia.”

Sobat. Hasan Al-Bashri mengatakan ,” Waktu itu, jika telah berlalu tidak dapat tergantikan, dan tidak ada sesuatupun yang lebih berharga daripada waktu. Hai Anak Adam, Sesungguhnya engkau adalah sekumpulan hari-hari yang setiap kali hari itu hilang (pergi) maka sebagian dirimu juga ikut hilang.” Bila hariku berlalu tanpa  mendapatkan ilmu, maka hari itu bukanlah bagian dari umurku.

Sobat. Para ulama salafushshalih memberikan contoh dan teladan bagi kita bahwa  mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, memberi manfaat kepada kaum muslimin, meraih ridha ar-Rahman, dan dengan tujuan menghilangkan segala hal yang membahayakan Islam dan kaum muslimin. Bukan untuk kemuliaan diri, mengejar dunia, supaya diterima manusia atau demi popularitas, menampakkan kemampuan, pura-pura, riya dan supaya mendapat sanjungan dan pujian.

Sobat. Abu Bakar Ash-Shidiq  berkata, “ Bertakwalah kepada Allah dengan menjalankan ketaatan kepada-Nya. Taatlah kepada-Nya  dengan  bertakwa kepada-Nya. Jagalah tanganmu dari menumpahkan darah kaum muslimin, perutmu dari memakan harta mereka, dan lisanmu dari menodai kehormatan mereka. Introspeksilah dirimu setiap kali melangkah dan hendaklah senatiasa merasa diawasi Allah setiap kali engkau menghembuskan nafas.”

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana Universitas Islam Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Senin, 06 Februari 2023

Resep Hidup Bahagia

Tinta Media - Dalam lslam resep hidup bahagia itu mudah dan praktis, yaitu cukup menyalin dari Al-Quran yang merupakan buku panduan kehidupan dan telah dicontohkan oleh Kanjeng Nabi saw. Ini karena alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Allah Swt. tidak dibiarkan saja, dilengkapi dengan aturan agar kehidupan berjalan dengan baik bahkan membuat penghuninya bahagia.
 
“Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main.” (QS Al-Anbiya: 16).

Begitu hebatnya Allah Swt. merancang dunia dan seisinya. Tidak ada yang terlewat, melainkan semuanya sudah ada panduan-Nya. Seorang mukmin haruslah menerapkan Al-Qur’an secara menyeluruh agar merasakan kebahagiaan yang tidak hanya di dunia, bahkan kelak akan bahagia selamanya di akhirat. Semua itu bisa dijalankan karena konsekuensi iman yang membenarkan seluruh isi Al-Qur’an yang tiada keraguan di dalamnya.

Sungguh rugi jika manusia hanya mengejar kebahagiaan dunia hingga melupakan kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Bukankah sudah banyak kisah yang semuanya ada batas akhirnya. Fir’aun dengan segala kemewahan dunianya juga binasa karena kepongahannya. Hitler dengan kekuasaannya yang diktator seakan tidak ada yang menandingi, akhirnya juga tewas. Apakah masih belum menjadi pelajaran bagi kita jika hidup itu sementara, dan ketika tidak mematuhi aturan-Nya pasti sengsara di dunia serta di akhirat kelak.

Islam telah terbukti mampu membuat manusia hidup bahagia selama rentang waktu 13 abad. Sejak Rosulullah saw. membangun negara lslam pertama di Madinah hingga Khilafah Turki Ustmani 1924 M, Islam bisa membuat ratusan juta manusia hidup tenang dan bahagia, meskipun berbeda agama, ras, suku, bahasa, dan warna kulit. lslam menjamin kebutuhan semua rakyat yang ada dalam wilayah kekuasannya, baik muslim maupun nonmuslim.

Dalam lslam pun tidak ada tingkatan strata. Semua manusia sama, baik kaya atau miskin, pejabat maupun rakyat, pedagang atau petani, dan sebagainya. Yang membedakannya hanyalah ketakwaannya (TQS Al-Hujurat 13). 

Hal tersebut membuat seorang muslim hidupnya produktif, hingga melahirkan banyak manusia yang bermartabat, seperti Shahudin Al Ayubi, Al-Fatih, lmam Syafi’i, dan lain sebagainya.

Bukti lain kehidupan yang mengikuti petunjuk Qur’an dan mendatangkan keberkahan serta kebahagiaan, yaitu Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang berkuasa selama kurang lebih 3 tahun. Di bawah kepemimpinannya, tidak ada rakyat yang berhak mendapatkan zakat karena tergolong hidup mapan. Ini karena beliau mengurusi setiap keperluan rakyat dengan landasan syariat. Bahwa sandang, pangan, papan, kesehatan, keamanan dan pendidikan harus disediakan oleh negara dengan murah hingga gratis. Tentu saja kehidupan berjalan dengan baik dan rakyatnya mencintai pemimpinnya karena pemimpinnya mencintai rakyatnya.
Bisa disimpulkan bahwa resep hidup bahagia adalah sebagai berikut: 

Pertama, membaca petunjuk hidup/Al-Qur’an. Seorang muslim harus terbiasa membaca kitab suci yang berfungsi sebagai petunjuk. Lisannya senantiasa melantunkan kalam-Nya, dengan membacanya membuat hati tentram sekaligus sebagai obat dalam dada.

Kedua, memahami isi Al-Qur’an dengan mempelajarinya, karena belajar dalam lslam adalah kewajiban yang ada pada setiap pundak muslim dari ayunan hingga liang lahat. 

Ketiga, mengamalkan Al-Qur’an secara menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan. Dalam hal ini, negara adalah pihak yang efektif menerapkan, menjaga, serta menyebarkan lslam.

Keempat, Menyampaikan yang diketahui walau satu ayat atau disebut amar ma’ruf dan nahi Munkar. Ya, itulah dakwah. Dakwah adalah amalan yang sangat dicintai Allah Swt. Dengan dakwah, tersebarlah rahmat lslam hingga membuat banyak manusia hidup dalam petunjuk.

Sebaliknya, hari ini ketika sistem yang diterapkan adalah sekularisme kapitalis, maka kehidupan berjalan timpang. Sistem ini melarang agama (lslam) mengatur kehidupan, dan agama hanya dijadikan syarat untuk membuat KTP. Standart kebahagiaan dalam sistem ini diukur dengan banyaknya materi yang didapat, menyebabkan banyak manusia stres, depresi, hingga bunuh diri ketika tidak mampu meraihnya. 

Pertanyaannya, apakah kita ingin hidup bahagia dengan syarat menerapkan syariat secara kaffah atau tetap bertahan dengan sistem sekularisme kapitalis yang gagal membuat manusia hidup tenang serta bahagia?

Wallahu a’lam.

Oleh: Umi Hanifah
Sahabat Tinta Media

Minggu, 25 Desember 2022

BAHAGIA DAN RIDLO MEMBELA ULAMA

Tinta Media - Suatu ketika penulis duduk di ruang pengunjung sidang pada perkara Ustadz Farid Okbah, Ustadz Ahmad Zain an Najah dan Ustadz Anung al Hammat. Karena banyaknya tim PH, kami bergantian mendampingi duduk di kursi pembelaan.

Penulis duduk disamping Ust Andurrahman Syagaf, Sekjen Parmusi. Beliau ini paling aktif membersamai para ustadz dalam setiap persidangan.

Kemudian kami asyik berdiskusi membincangkan perjuangan Islam dan khususnya pembelaan Para Ustadz. Beliau, menilai aktivitas para advokat yang total membela jelas penuh dengan resiko.

Beliau juga bicara soal memikirkan bagaimana membantu membiayai para advokat dalam menjalankan tugas pembelaan. Semestinya, ada donatur yang bisa membantu.

Namun, saat itu penulis sampaikan bahwa sikap batin kami advokat yang membela para ustadz dalam keadaan bahagia. Kami percaya dan yakin, urusan rezeki sudah diatur Allah SWT.

Kami telah mencukupkan rasa bahagia bisa terlibat membela para ustadz. Kami para advokat ingin mendapatkan ridlo Allah SWT, dengan membela Ulama kami.

Jahat sekali rasanya, jika kami diam membiarkan ulama kami dizalimi densus 88. Sangat tidak adab, kami yang diberi ilmu advokat sedikit ini tidak membela para ulama. 

Selain berharap syafaatnya Rasulullah SAW, kelak kami juga berharap syafa'at para ulama. Kami berharap doa dari para ulama, agar kami mendapatkan keberkahan hidup di dunia dan di akherat.

Itu pula yang mendasari kami mengundang sejumlah tokoh dan ulama, untuk memberikan dukungan dan pembelaan kepada para ustadz jelang putusan Senin, 19 Desember 2022. Tidak ada bayaran atas kehadiran KH Fikri Bareno, KH Slamet Ma'arif, Bang Refly Harun, Bang Eggi Sudjana, Bang Mustofa Nahrawardaya. Mereka semua hadir stas kesadaran dan kecintaan kepada Ulama, karena dorongan akidah Islam sebagai sesama saudara muslim.

Bahkan, Bang Refly Harun menyampaikan ide membentuk konsorsium bela aktivis dan ulama yang dikriminalisasi. Agenda pengumpulan tokoh dan Ulama dalam aktivitas yang diadakan Tim Bela Ulama Bela Islam yang lalu juga terinspirasi dari beliau.

Di Tim sendiri, penulis berulang kali mendapatkan ungkapan komitmen pembelaan para Ulama. Bang Ismar, selalu menekankan pentingnya membela para Ulama.

Bang Al Katiri, mendeskripsikan pembelaan para advokat sebagai jihad membela Ulama. Karenanya, kami diminta all out membela.

Bang Herman Kadir menegaskan Para Ustadz bukan teroris. Bahkan, Ustadz Farid adalah figur ulama salaf yang mustahil melakukan tindakan-tindakan teror seperti yang dituduhkan densus.

Bu Srimiguna, yang sudah enjoy dengan bisnis 'Corporat Lawyer' juga mau terjun membela para ustadz. Tentu, dengan konsekuensi harus menanggung sejumlah resiko.

Bang Azam, dalam kesempatan yang sempit wara wiri Surabaya - Jakarta karena suatu urusan, juga tetap menyempatkan ikut bersidang membela para ustadz. Pak Jhou, Bang Iskandar, Bu Nita, Bu Kurnia, Mbak Kartika, Adinda Ricky, Rekan Iqbal, Rekan Sandi, Bang Iskandar, Bang Sony, Bang Toriq, Bang Dedy dan yang lainnya, semuanya konsisten membela para ustadz.

Kembali tentang kebahagiaan batin kami yang berkesempatan dapat membela para ustadz. Kami ingin tegaskan, kebahagiaan dan rasa itu sangat tinggi kedudukannya, harapan mencari ridlo Allah SWT diatas segala-galanya.

Tentu saja, kami juga berharap kepada segenap umat untuk berdoa dan membela para ustadz. Dengan meluruskan pemberitaan media yang selama ini dipenuhi fitnah terhadap para ustadz. Semoga kelak, kita mendapatkan bagian dari ikhtiar membela ulama, membela agama, dengan mendapatkan ridlo dan surga-Nya, amien. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Bahagia Itu Sederhana

Tinta Media - Sobat. Hari ini saya berkesempatan memberikan training pra purna tugas di hadapan para pimpinan selevel GM salah satu perusahaan BUMN di stone hotel kuta Bali. Saya memaparkan bahwa dalam menghadapi pra purna tugas saya menawarkan konsep jadilah Pensiun GAUL? Apa itu GAUL ; G-nya Gaya hidup yang sehat dan bahagia. A-nya Aktivitasnya bermanfaat. U-nya Uangnya banyak lagi berkah. L-nya lupanya dikit karena banyak ingat Allah SWT.

Sobat. Jadilah pribadi yang besar Anda akan siap menghadapi dan mengarungi kehidupan yang penuh kejutan dan yang pasti hidup di dunia adalah ketidakpastian, maka perubahan adalah sebuah keniscayaan. Pribadi yang besar adalah symbol kesiapan mental seseorang menghadapi tantangan yang terus berlaku dan berliku.

Sobat. Apa saja ciri-ciri pribadi yang besar dan nan bahagia itu? Siap menghadapi tantangan hidup. Berani menghadapi resiko. Toleran terhadap kegagalan. Mempunyai Visi, Misi dan Cita-cita besar. Suka dialog dan bergaul dengan orang-orang yang berjiwa besar.

Sobat. Salah satu kunci utama agar kita bisa menikmati hidup adalah menyatukan badan dan pikiran di satu tempat. Apabila badan dan pikiran berada di lain tempat, kita akan menderita. Kita tidak bisa menikmati saat demi saat, detik demi detik dalam kehidupan kita. Kita menjadi orang yang sangat tidak sabar.

Sobat. Dengan menyatukan badan dan pikiran di satu tempat kita akan dapat menikmati indahnya hidup ini, detik demi detik. Marilah kita mencoba menerapkan pengetahuan ini dalam keseharian kita. Tak usahlah berpikir yang muluk-muluk, kita bisa memulainya dari hal-hal yang sederhana. Katakanlah, Anda merasa haus dan mengambil minuman air jeruk yang segar. Rasakanlah detik demi detik ketika Anda meneguk minuman tersebut. Rasakanlah ketika minuman tersebut masuk melalui mulut anda dan meluncur perlahan-lahan ke dalam tenggorokan Anda. Perhatikan warnanya, rasakan baunya, nikmati kesegarannya tetes demi tetes. Kerahkan semua pancaindera anda untuk menikmatinya. Alhamdulillah Ya Allah atas segala nikmat yang Kau berikan kepada kami.

Sobat. Mulai sekarang apabila mandi, cobalah nikmati semua aktivitas Anda dengan segenap pancaindera Anda. Rasakan air hangat menyentuh setiap pori-pori ANda. Nikmati juga saat busa sabun menyentuh permukaan kulita Anda. Nikmati wanginya. Saat mengguyur badan kembali katakan ya Allah semua pikiran dan emosi negative, penyakit-penyakit di tubuh kita keluar semuanya seperti jatuhnya air guyuran ini ke bawah, nikmati kesegaran yang dihasilkannya. Saat mengeringkan badan dengan handuk, nikmati juga perasaan hangat dan terlindungi yang ditimbulkan. Masya Allah! Alhamdulillah Ya Allah!

Sobat. Ada tiga jenis atau type manusia :

1. Human Having. Orang yang menggunakan hidupnya semata-mata untuk mengumpulkan harta benda. Bagi mereka ukuran keberhasilan seseorang adalah harta benda yang dimiliki orang tersebut.

2. Human Doing. Inilah sebutan lain orang-orang yang gila kerja ( Workalcholic). Orang-orang seperti ini mengapresiasi hidup dengan bekerja segiat-giatnya. Mereka mengerahkan segala daya dan upaya untuk menghasilkan pekerjaan yang terbaik. Ukuran keberhasilan bagi mereka bukanlah pemilikan harta benda, tetapi prestasi dan kepuasan yang akan mereka dapatkan dari berprestasi. Harta benda bagi mereka hanyalah sebagai konsekuensinya.

3. Human Being. Orang yang seperti ini mengapresiasi hidup dengan keberadaan mereka. Mereka selalu ada di setiap tempat dengan sepenuh jiwa raga mereka. Pikiran dan badan mereka senantiasa berada di satu tempat. Pada saat bekerja, mereka bukan hanya bekerja dengan tangan mereka, tetapi benar-benar all out, benar-benar berada di sana dengan pikiran dan hati mereka. Benar-benar mencurahkan segala yang terbaik yang mereka miliki. Mereka juga all out pada saat menikmati momen-momen yang indah dalam kehidupan mereka. Mereka adalah orang yang selalu menikmati keberadaan. Orang-orang yang senantiasa berada dengan segenap perhatian, segenap jiwa dan raga. Inilah orang-orang yang pandai mengapresiasi kehidupan.

Sobat. Manusia hakikatnya adalah human being, bukan human doing apalagi human having. Untuk mengembalikan kita pada jati diri kita tersebut tidaklah sulit. Anda hanya perlu “ MENGADA” yaitu berada dalam setiap situasi dengan segenap jiwa dan raga Anda.

Sobat. Saya tutup artikel ini dengan mengajak Anda FOKUS dalam hal-hal yang penting dalam kehidupan Anda. SEANDAINYA HANYA PUNYA WAKTU 1 TAHUN LAGI DARI SEKARANG, SAYA AKAN MELAKUKAN HAL-HAL PENTING BERIKUT INI 
( Bayangkan hari terakhir Anda ) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ambil catatan harian Anda atau tuliskanlah rencana Anda dan jawab pertanyaan saya di atas dengan penuh kesungguhan dan percaya diri serta berkomitmen mewujudkannya.

Sobat. Begitu kita memiliki fokus yang jelas dalam hidup ini, dunia akan terlihat sangat sederhana dan sangat jernih. Anda akan mampu menguraikan benang kusut setiap masalah yang Anda alami dan menemukan hakikat dan esensi masalah yang sebenarnya. Pikiran Anda menjadi terang benderang.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa!

(Yello Hotel Kuta Bali, DR. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual)

Selasa, 20 Desember 2022

Rasa Syukur Kitalah yang Membuat Kita Bahagia

Tinta Media - Sobat. Kita sering melupakan bahwa kebahagiaan bukanlah berhasil mendapatkan sesuatu yang tidak kita punya, melainkan mengenali dan menghargai apa yang sudah kita miliki. Kita memang cenderung lebih menghargai sesuatu yang kita dapatkan dengan lebih sulit ketimbang sesuatu yang kita dapatkan dengan mudah.

Dengan demikian sobat. Semakin besar usaha atau effort yang kita lakukan, semakin besar pula apresiasi dan rasa syukur yang akan kita dapatkan. Sebaliknya semakin kecil usaha (effort) kita dalam mendapatkan sesuatu, semakinkecil pula kemampuan kita menghargai. Para hamba yang senantiasa bersyukur dan memuji Allah SWT adalah orang yang sukses di dunia dan di akherat. 

Allah SWT berfirman :
وَمَا كَانَ لِنَفۡسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِ كِتَٰبٗا مُّؤَجَّلٗاۗ وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَا وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ ٱلۡأٓخِرَةِ نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَاۚ وَسَنَجۡزِي ٱلشَّٰكِرِينَ  
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran (3) : 145 )

Sobat. Allah menyatakan, "Semua yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin-Nya, tepat pada waktunya sesuai dengan yang telah ditetapkan-Nya." Artinya: persoalan mati itu hanya di tangan Tuhan, bukan di tangan siapa-siapa atau di tangan musuh yang ditakuti. Ini merupakan teguran kepada orang-orang mukmin yang lari dari medan Perang Uhud karena takut mati, dan juga merupakan petunjuk bagi setiap umat Islam yang sedang berjuang di jalan Allah. Seterusnya Allah memberikan bimbingan kepada umat Islam bagaimana seharusnya berjuang di jalan Allah dengan firman-Nya:

... Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu,¦(Ali 'Imran/3:145).

Ini berarti setiap orang Islam harus meluruskan dan membetulkan niatnya dalam melaksanakan setiap perjuangan. Kalau niatnya hanya sekedar untuk memperoleh balasan dunia, maka biar bagaimanapun besar perjuangannya, maka balasannya hanya sekedar yang bersifat dunia saja. 
Dan barang siapa yang niatnya untuk mendapat pahala akhirat, maka Allah akan membalasnya dengan pahala akhirat. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur yaitu orang-orang yang mematuhi perintah-Nya dan selalu mendampingi Nabi-Nya.

Sobat. Nabi Muhammad SAW bersyukur kepada Allah SWT dengan segenap keyakinan hati bahwa setiap nikmat adalah karunia-Nya, baik besar ataupun kecil, lama ataupun baru, dan tampak ataupun tersembunyi. Hati yang bersyukur merupakan rukun ibadah bagi seorang mukmin. Sebab dia berkeyakinan bahwa setiap nikmat yang sampai kepadanya adalah karunia Allah SWT. Diriwayatkan oleh Tsauban bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “ Hendaklah seorang di antara kalian menjadikan hatinya bersyukur dan lisannya berdzikir,” ( HR. at-Tirmidzi )
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبۡدِهِ ٱلۡكِتَٰبَ وَلَمۡ يَجۡعَل لَّهُۥ عِوَجَاۜ  
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya;” ( QS. Al-Kahfi (18) : 1 )

Sobat. Dalam ayat ini Allah swt memuji diri-Nya, sebab Dialah yang menurunkan kitab suci Al-Qur'an kepada Rasul saw sebagai pedoman hidup yang jelas. Melalui Al-Qur'an, Allah memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Ayat Al-Qur'an saling membenarkan dan mengukuh-kan ayat-ayat lainnya, sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan. Nabi Muhammad saw yang menerima amanat-Nya menyampaikan Al-Qur'an kepada umat manusia, disebut dalam ayat ini dengan kata 'hamba-Nya untuk menunjukkan kehormatan yang besar kepadanya, sebesar amanat yang dibebankan ke pundaknya.

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ 

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".( QS. Ibrahim (14) : 7 )

Sobat. Dalam ayat ini Allah swt kembali mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Bila mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya. Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.

Mensyukuri rahmat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan ucapan yang setulus hati; kedua, diiringi dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridai-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara. Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat, dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam pergaulan. Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut. Di samping itu, ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, dan di akhirat memperoleh hukuman yang berat.

Sobat. Semakin besar rasa syukur kita, semakin besar pula kenikmatan yang akan kita peroleh.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Sekjen Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Penulis Buku Gizi Spiritual

Selasa, 30 Agustus 2022

Menjadi Pribadi yang Bahagia

Tinta Media - Sobat. Manusia paling bahagia dan paling lapang hatinya dan paling tentram hidupnya adalah baginda Rasulullah SAW. Maka kalau kita ingin mendapatkan kebahagiaan yang sejati teladan yang terbaik adalah Rasulullah SAW. 

Sobat. Syarat pertama kebahagiaan beliau adalah keimanan dan penghambaannya kepada Allah SWT, kepasrahan kepada-Nya, serta ketundukkan kepada syariat-Nya. Semua itu ada pada kehidupan Rasulullah SAW, dan beliau pun berdakwah untuk itu. Beliau telah mencapai derajat tertinggi dalam keimanan dan tingkatan teratas dalam ihsan.

Oleh sebab itulah, Nabi Muhammad SAW mendapatkan kebahagiaan hidup dan pahala yang besar, sebagaimana firman Allah SWT:

مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” ( QS. An-Nahl (16) : 97 ).

Sobat. Kemudian Allah swt dalam ayat ini berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.

Rasulullah bersabda:

Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah. (Riwayat Ahmad)

Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.

Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.

Sobat. Ketenangan jiwa didapatkan dengan berkelana di alam tauhid. Setiap kali keyakinan bertambah, jiwa akan menjadi semakin jernih dan bersih dari berbagai kotoran. Jiwa akan bersinar cerah di bawah pancaran cahaya ilahi, sehingga sempurnalah semua kebahagiaan dan kegembiraan.

Rasulullah SAW hidup dengan penuh keridhaan terhadap semua yang ditetapkan Allah. Beliau selalu bersama Allah, percaya kepada Allah, pasrah kepada Allah, menyerahkan semua urusan kepada Allah, serta menerima apa yang dipilihkan Allah, sebagai bentuk pengamalan terhadap perintah Allah.

Sobat. Siapa yang ingin bahagia, hendaklah dia ridha kepada takdir. Siapa yang menerima takdir, tidak akan merasa gelisah. Siapa yang ridha kepada takdir, Allah akan meridhainya dan menghilangkan kesedihan dalam hatinya. Oleh karena itu, masuklah ke dalam surga keridhaan, niscaya Anda akan selamat dan bahagia.

Rasulullah SAW bahagia karena beliau selalu qana’ah dengan apa yang diberikan Allah, dan ridha dengan pembagian Allah. Rasulullah bersabda, “ Ridhalah dengan pembagian Allah , niscaya engkau akan menjadi orang terkaya.” ( HR. at-Timidzi ).

Sobat.Beliau senantiasa menyerahkan semua urusan kepada Allah, tetapi tetap disertai dengan usaha, sehingga Allah pun memberinya kecukupan, penjagaan, dan perlindungan.

Sobat. Beliau hidup bahagia dengan selalu mengingat nikmat Allah dan mensyukurinya, serta menyatakan kesyukuran. Lisannya senantiasa bertahmid sebagai pengamalan terhadap firman Allah :

قَالَ ٱلَّذِي عِندَهُۥ عِلۡمٞ مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبۡلَ أَن يَرۡتَدَّ إِلَيۡكَ طَرۡفُكَۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسۡتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَٰذَا مِن فَضۡلِ رَبِّي لِيَبۡلُوَنِيٓ ءَأَشۡكُرُ أَمۡ أَكۡفُرُۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيّٞ كَرِيمٞ

“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". ( QS. An-Naml (27) : 40 ).

Sobat. Dalam ayat ini Sulaiman belum puas dengan kesanggupan Ifrit. Ia ingin agar singgasana itu sampai dalam waktu yang lebih singkat lagi. Lalu ia meminta kepada yang hadir di hadapannya untuk melaksanakannya. Maka seorang yang telah memperoleh ilmu dari al-Kitab menjawab, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu dalam waktu sekejap mata saja." Apa yang dikatakan orang itu terbukti, dan singgasana Ratu Balqis itu telah berada di hadapan Sulaiman. Ada pendapat yang mengatakan orang itu ialah al-Khidhir. Ada pula yang mengatakan malaikat, dan ada pula yang mengatakan ia adalah Asif bin Barqiya. 

Melihat peristiwa yang terjadi hanya dalam sekejap mata, maka Nabi Sulaiman berkata, "Ini termasuk karunia yang telah dilimpahkan Tuhan kepadaku. Dengan karunia itu aku diujinya, apakah aku termasuk orang-orang yang mensyukuri karunia Tuhan atau termasuk orang-orang yang mengingkarinya." Dari sikap Nabi Sulaiman itu tampak kekuatan iman dan kewaspadaannya. Ia tidak mudah diperdaya oleh karunia apa pun yang diberikan kepadanya, karena semua karunia itu, baik berupa kebahagiaan atau kesengsaraan, semuanya merupakan ujian Tuhan kepada hamba-hamba-Nya.

Sulaiman mengucapkan yang demikian itu karena sangat yakin bahwa barang siapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka faedah mensyukuri nikmat Allah itu akan kembali kepada dirinya sendiri, karena Allah akan menambah lagi nikmat-nikmat itu. Sebaliknya, orang yang mengingkari nikmat Allah maka dosa keingkarannya itu juga akan kembali kepadanya. Dia akan disiksa oleh Allah karena keingkaran itu.

Selanjutnya Sulaiman mengatakan, "Bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Tuhan Yang Mahakaya, tidak memerlukan sesuatu pun dari makhluk-Nya, tetapi makhluklah yang memerlukan-Nya. Tuhan yang disembah itu adalah Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya ketika membalas kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat ganda."

Sikap Nabi Sulaiman dalam menerima nikmat Allah adalah sikap yang harus dijadikan contoh teladan oleh setiap muslim. Sikap demikian itu akan menghilangkan sifat angkuh dan sombong yang ada pada diri seseorang. Ia juga akan menghilangkan rasa putus asa dan rendah diri bagi orang yang sedang dalam keadaan sengsara dan menderita, karena dia mengetahui semuanya itu adalah cobaan dan ujian dari Tuhan kepada para hamba-Nya.

Sobat. Rasulullah SAW hidup bahagia karena beliau memiliki tujuan yang jelas, amal, kesungguhan, dan pengorbanan. Tidak ada waktu menganggur dalam hidup beliau. Beliau selalu beraktivitas di berbagai jalan kebaikan dan ketaatan. Inilah salah satu sebab utama kebahagiaan beliau. Amal produktif yang dilakukan dengan penuh kesungguhan dan menghadirkan manfaat adalah obat manjur untuk menyembuhkan kesedihan dan keresahan. Sebaliknya adanya waktu menganggur akan menyebabkan kegelisahan, keresahan, dan kesedihan.

Sobat. Rasulullah hidup bahagia, karena menjauhi semua jenis amarah kecuali marah yang diizinkan syariat, yaitu ketika larangan Allah dilanggar atau maksiat dikerjakan. Selain itu sebagian besar waktu beliau hany berisi kegembiraan, kelapangan dada, senyuman bibir, keceriaan wajah, kelembutan akhlak, dan perlakuan yang baik.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Minggu, 15 Mei 2022

Ingin Beruntung dan Bahagia, Bertaubatlah!


Tinta Media  - Sobat. Taubat  adalah  menyesali  ketaatan yang terlewatkan, bertekad meninggalkan  maksiat di masa mendatang, dan berhenti  melakukannya saat ini.

Diriwayatkan dari Aisyah ra bahwasanya Rasulullah bersabda, “ Sesungguhnya, jika seorang hamba  mengakui  dosanya , kemudian bertaubat kepada Allah, maka Allah menerima taubatnya.” ( HR Bukhari ).

Al-Junaid berkata, “Taubat berdiri atas tiga pilar yaitu  menyesali apa yang  telah berlalu, bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan serupa, dan berusaha mengganti apa yang bisa diganti baik hak-hak Allah yang difardhukan maupun hak-hak manusia. Jika tidak mungkin bisa diganti, dia pun bertekad  untuk menepati taubatnya dan mendoakan kebaikan kepada lawannya.”

۞وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ 
(١٣٣)

“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” ( QS. Ali Imran (3) : 133 ).

Sobat. Allah menyuruh agar kaum Muslimin bersegera meminta ampun kepada-Nya bila sewaktu-waktu berbuat dosa dan maksiat, karena manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Seorang Muslim tidak akan mau mengerjakan perbuatan yang dilarang, tetapi kadang-kadang karena kuatnya godaan dan tipu daya setan dia terjerumus ke dalam jurang maksiat, kemudian ketika sadar akan kesalahannya dan menyesal atas perbuatan itu dia lalu bertobat dan mohon ampun kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosanya. Allah adalah Maha Penerima tobat dan Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Sobat. Bila seorang Muslim selalu menaati perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan segera bertobat bila jatuh ke jurang dosa dan maksiat, maka Allah akan mengampuni dosanya dan akan memasukkannya nanti di akhirat ke dalam surga yang amat luas sebagai balasan atas amal yang telah dikerjakannya di dunia yaitu surga yang disediakan-Nya untuk orang yang bertakwa.

Allah SWT berfirman :

وَقُل لِّلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبۡدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنۡهَاۖ وَلۡيَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّۖ وَلَا يُبۡدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوۡ ءَابَآئِهِنَّ أَوۡ ءَابَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوۡ أَبۡنَآئِهِنَّ أَوۡ أَبۡنَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوۡ أَبۡنَآئِهِنَّ أَوۡ أَبۡنَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوۡ إِخۡوَٰنِهِنَّ أَوۡ بَنِيٓ إِخۡوَٰنِهِنَّ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُنَّ أَوِ ٱلتَّٰبِعِينَ غَيۡرِ أُوْلِي ٱلۡإِرۡبَةِ مِنَ ٱلرِّجَالِ أَوِ ٱلطِّفۡلِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يَظۡهَرُواْ عَلَىٰ عَوۡرَٰتِ ٱلنِّسَآءِۖ وَلَا يَضۡرِبۡنَ بِأَرۡجُلِهِنَّ لِيُعۡلَمَ مَا يُخۡفِينَ مِن زِينَتِهِنَّۚ وَتُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ  
(٣١)

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” ( QS. An-nur :31 )

Sobat. Pada ayat ini Allah menyuruh Rasul-Nya agar mengingatkan perempuan-perempuan yang beriman supaya mereka tidak memandang hal-hal yang tidak halal bagi mereka, seperti aurat laki-laki ataupun perempuan, terutama antara pusat dan lutut bagi laki-laki dan seluruh tubuh bagi perempuan. Begitu pula mereka diperintahkan untuk memelihara kemaluannya (farji) agar tidak jatuh ke lembah perzinaan, atau terlihat oleh orang lain. 

Sabda Rasulullah Saw. 
 
Dari Ummu Salamah, bahwa ketika dia dan Maimunah berada di samping Rasulullah datanglah Abdullah bin Umi Maktum dan masuk ke dalam rumah Rasulullah (pada waktu itu telah ada perintah hijab). Rasulullah memerintahkan kepada Ummu Salamah dan Maimunah untuk berlindung (berhijab) dari Abdullah bin Umi Maktum, Ummu Salamah berkata, wahai Rasulullah bukankah dia itu buta tidak melihat dan mengenal kami?, Rasulullah menjawab, apakah kalian berdua buta dan tidak melihat dia?. (Riwayat Abu Daud dan at-Tirmidzi) 

Sobat. Begitu pula mereka para perempuan diharuskan untuk menutup kepala dan dadanya dengan kerudung, agar tidak terlihat rambut dan leher serta dadanya. Sebab kebiasaan perempuan mereka menutup kepalanya namun kerudungnya diuntaikan ke belakang sehingga nampak leher dan sebagian dadanya, sebagaimana yang dilakukan oleh perempuan-perempuan jahiliah. 

Di samping itu, perempuan dilarang untuk menampakkan perhiasannya kepada orang lain, kecuali yang tidak dapat disembunyikan seperti cincin, celak/sifat, pacar/inai, dan sebagainya. Lain halnya dengan gelang tangan, gelang kaki, kalung, mahkota, selempang, anting-anting, kesemuanya itu dilarang untuk ditampakkan, karena terdapat pada anggota tubuh yang termasuk aurat perempuan, sebab benda-benda tersebut terdapat pada lengan, betis, leher, kepala, dan telinga yang tidak boleh dilihat oleh orang lain. 

Perhiasan tersebut hanya boleh dilihat oleh suaminya, bahkan suami boleh saja melihat seluruh anggota tubuh istrinya, ayahnya, ayah suami (mertua), putra-putranya, putra-putra suaminya, saudara-saudaranya, putra-putra saudara laki-lakinya, putra-putra saudara perempuannya, karena dekatnya pergaulan di antara mereka, karena jarang terjadi hal-hal yang tidak senonoh dengan mereka. Begitu pula perhiasan boleh dilihat oleh sesama perempuan muslimah, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau pelayan/pembantu laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan, baik karena ia sudah lanjut usia, impoten, ataupun karena terpotong alat kelaminnya. Perhiasan juga boleh ditampakkan dan dilihat oleh anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan, sehingga tidak akan timbul nafsu birahi karena mereka belum memiliki syahwat kepada perempuan.

Di samping para perempuan dilarang untuk menampakkan perhiasan, mereka juga dilarang untuk menghentakkan kakinya, dengan maksud memperlihatkan dan memperdengarkan perhiasan yang dipakainya yang semestinya harus disembunyikan. Perempuan-perempuan itu sering dengan sengaja memasukkan sesuatu ke dalam gelang kaki mereka, supaya berbunyi ketika ia berjalan, meskipun dengan perlahan-lahan, guna menarik perhatian orang. Sebab sebagian manusia kadang-kadang lebih tertarik dengan bunyi yang khas daripada bendanya sendiri, sedangkan benda tersebut berada pada betis perempuan.

Sobat.  Pada akhir ayat ini, Allah menganjurkan agar manusia bertobat dan sadar kembali serta taat dan patuh mengerjakan perintah-Nya menjauhi larangan-Nya, seperti membatasi pandangan, memelihara kemaluan/kelamin, tidak memasuki rumah oranglain tanpa izin dan memberi salam, bila semua itu mereka lakukan, pasti akan bahagia baik di dunia maupun di akhirat.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
CEO Educoach dan Penulis Buku Goreskan 
Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Selasa, 05 April 2022

Ustazah Ratu Erma: Puncak Bahagia Mukmin Itu Kuncinya Iman dan Taat Kepada Allah SWT

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1ky2vmL5_6ZanlOz4DZkrC0XGGxJiAb4C

Tinta Media - Puncak bahagianya Mukmin dalam melaksanakan perintah Allah SWT di bulan Ramadhan, menurut Intelektual Muslimah Ustazah Ratu Erma Rachmayanti, kuncinya adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT.

“Puncak bahagianya Mukmin adalah kuncinya keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT dalam melaksanakan perintah Allah di bulan Ramadhan,” tuturnya dalam Rubrik Live Taman Ibunda: Keluarga Gembira Sambut Ramadhan, Ahad (3/4/2022) di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

Ia mengungkapkan pentingnya pemahaman yang benar dari bahagia. Sebenarnya Islam sudah menetapkan konsep bahagia itu. “Islam sudah menetapkan konsep bahagia itu sebagai panduan agar benar menyikapinya. Tiada lain adalah mendapat ridha Allah dan di dalam hal tersebut tidak ada sama sekali unsur material yang mempengaruhi,” ungkapnya.

Baginya, itulah konsep bahagia umat Islam di masa ketika pemikirannya masih lurus, masih benar sebelum terpapar pemikiran asing, pemikiran aneh yang akhirnya mendefinisikan bahagia dengan ukuran material. “Definisi bahagia dalam ukuran material misalnya gambaran kekayaan termasuk memberikan kenikmatan pada tubuh dengan makan makanan yang enak, pakaiannya bagus-bagus, kemudian refreshing ke sana kemari dan lain-lain,” ujarnya.

Sebab utama orang bahagia itu sebenarnya terdapat pada keimanannya, yakni keyakinan, kepasrahan, dan ketawakkalan. “Yang menjadi sebab utamanya orang bahagia itu sebenarnya di keimanan itu yaitu keyakinan, kepasrahan, dan ketawakalan. Bahagia itu terwujud karena kita mengaktivasi keimanan kita. Kita gunakan akal kita untuk ter tunjuki pada hidayah Allah,” ucapnya.

Selama ini menurutnya, kaum muslim telah disuguhkan berbagai fakta bagaimana kehidupan umat Islam di bulan Ramadhan. “Bagaimana kita merasakannya sendiri, semua nasihat yang didengar, ayat-ayat Allah yang dibacakan, serta hadis tentang keutamaan Ramadhan. Semuanya itu sudah cukup bekal untuk membuat kita ini menyiapkan keimanan kita, kesiapan diri kita untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan itu,” tuturnya.

Dalam satu hadis yang masyhur dari Rasulullah Saw bersabda, artinya: “Barang siapa menjalankan puasa di bulan Ramadhan karena iman yang tulus dan berharap memperoleh pahala Allah maka semua dosa masa lalunya diampuni,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ia memaparkan hadis tersebut memberikan gambaran ketika puasa karena Allah, berdasarkan keimanan kepada Allah dalam rangka melaksanakan kewajiban atas perintah Allah maka akan terbentuk kesadaran.
“Kesadaran akan kewajiban melaksanakan perintah Allah dan mendapatkan kesempatan untuk berbuat amal shaleh dengan ketakwaan dan Allah akan memberikan begitu banyak pahala di dalamnya,” paparnya.

“Dan kita itu benar-benar Lillah, bukan karena siapa-siapa maka salah satu yang dijanjikan adalah diampuni semua dosa-dosanya,” imbuhnya.

Bahagia yang sejati itu, menurutnya, memerlukan pemahaman yang benar. Ia mengatakan kebahagiaan yang dicari oleh siapa pun khususnya umat Islam, kaum muslimin itu ketika seseorang merasa tumani’nah dāimah (ketenangan permanen) dalam setiap kondisi. Dan itu hanya bisa dirasakan oleh Mukmin.

“Bahagia itu tumani’nah dāimah, ketenangan yang permanen dalam setiap kondisi, senang tidak senang, kurang atau berlebih, seperti itu sebenarnya bahagia itu. Ketenangan yang dirasakan pada kondisi ujian apa pun yang diberikan Allah. Ketenangan permanen dalam setiap situasi itu hanya bisa dirasakan oleh Mukmin,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab