Tinta Media: Badut Kecil
Tampilkan postingan dengan label Badut Kecil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Badut Kecil. Tampilkan semua postingan

Jumat, 19 Agustus 2022

Kisah Badut Kecil, Tak Semua Anak Memiliki Pengasuhan Terbaik

Tinta Media - Dari kisah badut kecil, Narator MMC mengungkap bahwa tidak semua anak memiliki pengasuhan terbaik. “Tak semua anak memiliki pengasuhan terbaik sesuai usianya,” tuturnya pada rubrik Hitam Putih Kehidupan: Kisah Badut Cilik Tertidur di Tepi Jalan Disuruh Ayah Cari Uang, Ahad (14/8/2022) di kanal Youtube Muslimah Media Center (MMC).

“Di antara mereka ada yang tidak beruntung karena harus mengais recehan rupiah di pinggir jalan,” lanjutnya. 

Narator memberi contoh kisah badut kecil yang sudah seharian mengenakan kostum baju tokoh boneka kartun. “Rasa penat membuatnya duduk lesu di pinggiran jalan,” ucapnya.

Ia mengungkapkan fakta memilukan tatkala ada seorang pria yang mencoba membangunkan Badut cilik itu. “Si pria justru menemukan fakta memilukan. Ternyata, badut cilik itu terpaksa bekerja dari pagi hingga malam karena disuruh oleh sang ayah,” ungkapnya.

Menurutnya, potret memilukan ini sudah menjadi salah satu realita pahit kehidupan sekarang. “Ekonomi yang serba sulit, tak jarang memaksa anak-anak mencari nafkah sebelum waktunya,” jelasnya.

“Sementara sebagai kepala keluarga, tak jarang sang ayah kesulitan bekerja karena lapangan pekerjaan yang sempit,” jelasnya lebih lanjut.

Padahal Narator menilai negeri ini begitu banyak akan sumber daya alam, namun untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya saja tak mampu. “Sebenarnya bukan tidak mampu hanya saja terjadi salah tata kelola mengurus rakyat,” nilainya.

Menurutnya, sistem kapitalisme yang digunakan saat ini hanya menyejahterakan para korporat. “Buktinya negara tidak berkutik di bawah ketiak mereka,” paparnya.

“Sumber daya alam diangkut ke luar negeri karena kontrak-kontrak liberal yang dibuat. Akhirnya sumber daya alam yang melimpah ini tidak bisa menjamin kesejahteraan masyarakat sedikitpun,” imbuhnya.

Narator menjelaskan perbedaannya dengan sistem Islam yang disebut dengan Khilafah. “Ketika mengatur umat Khilafah diposisikan syariat sebagai sistem yang mengurus keperluan setiap individu rakyat. Khilafah akan menjamin kesejahteraan masyarakatnya melalui mekanisme ekonomi syariah,” jelasnya. 

Ia memaparkan bahwa kesejahteraan ini bisa meliputi jaminan kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar publik.

“Untuk kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan menjaminnya secara tidak langsung, yaitu dengan menjamin setiap kepala keluarga mendapatkan pekerjaan yang layak. sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan keluarganya secara makruh sesuai standar wilayah masing-masing,” paparnya.
 
Sedangkan untuk lapangan pekerjaan dalam khilafah sangat banyak, karena jalur-jalur pekerjaan terbuka luas. Narator menyontohkan semisal untuk mengelola sumber daya alam, lowongan pekerjaan sebagai tenaga ahli dan terampil akan terbuka luas.

“Sebab khilafah akan mengelola sumber daya alam secara mandiri tanpa intervensi asing,” jelasnya.

“Selain itu ada mekanisme iqtha’  negara memberi tanah kepada rakyatnya yang mampu dan mau mengelola tanah sehingga tanah tersebut bisa berproduksi. Ada juga mekanisme jaminan modal dan masih banyak lagi,” lanjutnya.

Narator juga menjelaskan bagaimana kebutuhan dasar publik seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan, Khilafah akan menjamin secara langsung yaitu semua biaya dan fasilitas akan ditanggung Khilafah. 
“Sehingga tidak ada satupun warga Khilafah yang tidak bisa menikmati layanan umum tersebut,” jelasnya.

Ia mengungkapkan bahwa untuk membiayai semua, khilafah mengalokasikan dana dari pos kepemilikan umum baitul mall. “Bahkan dari dana ini khilafah bisa memberi subsidi kepada anak-anak,” ungkapnya.

“Salah satu contohnya subsidi yang diberikan oleh Khalifah Umar Bin Khattab bukan hanya kepada anak yang sudah disapih, melainkan juga yang masih menyusu kepada ibunya,” tambahnya.

Menurutnya, konsep Khilafah ini akan menghentikan realita realita memilukan seperti yang dialami si badut cilik.

“Sang ayah akan bisa memiliki pekerjaan untuk menafkahi keluarganya dengan makruf, sedangkan sang anak bisa sekolah dan fokus mengembangkan potensinya tanpa tekanan biaya dan beban ekonomi,” tandasnya. [] Raras
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab