Miris, Kasus Baby Blues di Indonesia Meningkat
Tinta Media - Indonesia kini mendapatkan peringkat ketiga kasus baby blues terbanyak di Asia. Baby blues merupakan gangguan perubahan perasaan, bentuk kesedihan atau kemurungan yang dialami ibu setelah melahirkan. Ibu bisa tiba-tiba sedih sekali, menangis sendiri, cemas, dan insomnia.
Dalam penelitian di Lampung, sekitar 25 persen ibu mengalami gangguan depresi setelah melahirkan. Bahkan, pada penelitian tingkat nasional, 50-70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala minimal dan gejala sedang baby blues. Ini semua tertinggi ketiga di Asia. Miris tentunya!
Banyak faktor yang memengaruhi kesehatan mental seorang ibu pasca bersalin. Baby blues bisa terjadi karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan perubahan hormonal pasca bersalin, faktor psikologis dan kepribadian, riwayat depresi sebelumnya, riwayat kehamilan dan komplikasi persalinan. Sedangkan faktor eksternal meliputi tidak adanya dukungan sosial berupa perhatian, komunikasi, kurangnya dukungan yang diberikan oleh suami dan keluarga, masalah ekonomi, adanya body shaming (ucapan, penilaian, dan ujaran negatif masyarakat pada ibu) dan larangan atau mitos-mitos yang harus dipatuhi ibu pasca bersalin.
Padahal, ibu merupakan tonggak peradaban. Dari rahimnya lahir generasi penerus. Untuk mempersiapkan ibu yang tangguh, bisa melewati perubahan fisik, psikis, situasi pasca bersalin perlu adanya pendidikan bagi ibu dan keluarga untuk mempersiapkan mentalnya. Sehingga, seorang wanita siap secara lahiriah dan mental untuk menjadi seorang ibu serta didukung oleh supporting system di sekitarnya.
Tingginya kasus baby blues ini menunjukkan ada masalah besar yang sudah mengakar di negeri kita. Dapat kita amati, kurikulum pendidikan Indonesia tidak menjadikan kesiapan seorang insan menjadi orang tua sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki, bahkan kurikulum pendidikan Indonesia kini masih jauh dari nilai-nilai agama yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup.
Kini kita sangat membutuhkan adanya kurikulum pendidikan yang memanusiakan manusia, memiliki target untuk menjadikan manusia kembali kepada fitrahnya, taat kepada Sang Pencipta dan ketika menjadi orang tua siap secara mental, sehingga bisa melewati masa-masa itu dan terhindar dari baby blues serta depresi.
Beberapa hal dalam Islam yang bisa dilakukan untuk mencegah baby blues dan depresi pasca persalinan di antaranya, mendekatkan diri kepada Allah agar hati menjadi tenang, dukungan yang kuat dari suami sebagai pemimpin keluarga dalam pendidikan anak, memberikan nafkah lahir dan batin, suami turut membantu ibu dalam merawat anak, dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar, baik secara perbuatan dan ucapan dengan memberikan dukungan positif. Islam melarang kita untuk mengucapkan perkataan yang bisa menyakiti perasaan orang lain.
Dalam hal ini, ibu baru biasanya lebih sensitif, maka masyarakat harus diedukasi untuk menjadi pendengar yang baik, tidak menghakimi, dan memberikan dukungan bagi seorang ibu untuk bisa menghadapi masa masa transisi tersebut.
Islam sejatinya memiliki kurikulum pendidikan yang sangat komprehensif, sesuai dengan fitrah manusia, sehingga mampu menyiapkan setiap individu mengemban peran mulia sebagai orang tua, termasuk menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Pendidikan Islam mempersiapkan seorang lelaki menjadi ayah dan wanita menjadi ibu, sehingga siap untuk menghadapi perjuangan panjang menjadi orang tua yang melahirkan generasi pejuang.
Peradaban Islam pun memiliki konsep untuk membangun masyarakat yang peduli tidak individualis. Islam menuntun masyarakat memiliki sikap peduli terhadap sesama, amar ma’ruf nahi mungkar, sehingga supporting system dapat terwujud optimal mulai dari keluarga, masyarakat. Bahkan, negara memiliki peran untuk menjaga ibu agar terhindar dari baby blues dan depresi.
Oleh: Hafshah Sumayyah
Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok