Tinta Media: BRICS
Tampilkan postingan dengan label BRICS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BRICS. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 November 2024

BRICS Akan Ciptakan Mata Uang Pengganti Dolar AS?

Tinta Media - Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng memaparkan terobosan baru yang akan dilakukan BRICS untuk menciptakan mata uang pengganti dolar.

"KTT BRICS 2024 berlangsung pada tanggal 22-24 Oktober di Kazan, Rusia. Negara-negara BRICS akan membuat terobosan baru yakni penciptaan mata uang yang kemungkinan akan "didukung emas", sebagai alternatif terhadap dolar AS," ungkapnya pada Tinta Media, Rabu (6/10/2024).

Menurutnya, ini dipandang sebagai usaha kemandirian oleh negara anggota BRICS. Karena uang merupakan faktor kunci dominasi AS terhadap seluruh dunia. "Namun Rusia dan Cina telah berhadapan dengan AS dalam perang ekonomi," ujarnya.

Ia melihat sistem saat ini didominasi oleh dolar AS, yang menyumbang sekitar 90 persen dari seluruh perdagangan mata uang. Sampai saat ini, hampir 100 persen perdagangan minyak dilakukan dalam dolar AS; namun, pada tahun 2023, seperlima perdagangan minyak dilaporkan dilakukan menggunakan mata uang non-dolar AS. 

"Ada pergeseran, dimulai dari minyak. Kembali ke pergeseran awal dari Bretton Woods system yakni mulai dari minyak, yang melahirkan Petro Dollar. Suatu sistem uang kertas printing dengan padanan komoditas minyak," tutupnya.[] Novita Ratnasari



Selasa, 09 Mei 2023

Ada Keuntungan Gabung BRICS, Tetapi...

Tinta Media - Ketertarikan Indonesia ingin bergabung dengan Brazil, Russia, India, China and South Africa (BRICS) ditanggapi oleh Ekonom Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Fahrur Ulum.

“Mungkin akan didapati keuntungan, tetapi ingat itu adalah keuntungan yang tidak Hakiki, keuntungan untuk mendapatkan kredit itu adalah keuntungan sesaat untuk menyelesaikan program keuangan yang krusial tetapi tidak menyelesaikan persoalan ekonomi secara mendasar,” ungkapnya dalam acara Kabar Petang: 19 Negara Mau Gabung geng Rusia-China, RI Juga, Rabu (3/5/2023) di kanal Youtube Khilafah News.

Ia menjelaskan bahwa negara yang mandiri adalah negara yang membawa suatu ideologi yang nyata sehingga tidak terjebak dengan mencari kemudahan mendapatkan Keuntungan (hutang) dengan menjadi anggota atau tidak.

“Sebenarnya tidak boleh satu negara itu terjebak dengan mencari mudahnya mendapatkan hutangan dari lembaga-lembaga yang memberikan hutang, baik menjadi anggota apa tidak menjadi anggota, untung apa tidak untung, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kemandirian sebuah negara itu dengan membawa sebuah ideologi yang nyata,” jelasnya

Disamping itu, ia menilai sikap Indonesia yang labil dalam pengambilan keputusan yang hanya mengekor pada negara besar saja. “Indonesia itu akan mengikuti tawaran dari siapa saja” ungkapnya

Ia menambahkan, jika melihat ada manfaat sedikit saja Indonesia akan ikut, tetapi sebenarnya tentu pemerintah akan berhitung dan melihat bahwa jika kekuatan Amerika itu masih tetap tinggi, sementara ikatan dengan Amerika itu sangat kuat, Indonesia tidak akan ikut. Tetapi kalau kemudian arus dedolarisasi semakin menguat dan kekuatan BRICS ini semakin kuat, pasti nanti akan ikut. 

“Jadi kemana angin berhembus kesitulah negara ini berjalan,” tutupnya. [] Abi Nayyara
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab