Mengenal Allah dengan Asma-Nya As-Salam
Tinta Media - Sobat. As-Salam adalah nama Allah yang Agung, salah satu Asmaúl husna yang bermakna Yang Mahasejahtera. Nama itu termaktub dengan jelas dalam firman-Nya:
هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ ٱلۡمُهَيۡمِنُ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَكَبِّرُۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشۡرِكُونَ
“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” ( QS. Al-Hashr (59) : 23)
Sobat. Dialah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki segala sesuatu yang ada, dan mengurus segalanya menurut yang dikehendaki-Nya. Yang Mahasuci dari segala macam bentuk cacat dan kekurangan. Yang Mahasejahtera, Yang Maha Memelihara keamanan, keseimbangan, dan kelangsungan hidup seluruh makhluk-Nya, Mahaperkasa tidak menganiaya makhluk-Nya, tetapi tuntutan-Nya sangat keras. Dia Mahabesar dan Mahasuci dari segala apa yang dipersekutukan dengan-Nya.
Sobat. Makna lain nama Al-Salam adalah bahwa Dzikir ( Menyebut/mengingat nama Allah ) dapat menghadirkan kenyamanan, ketenangan dan kedamaian. Sebagaimana firman-Nya :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du (13) : 28)
Sobat. Dalam ayat ini, Allah menjelaskan orang-orang yang mendapat tuntunan-Nya, yaitu orang-orang beriman dan hatinya menjadi tenteram karena selalu mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram dan jiwa menjadi tenang, tidak merasa gelisah, takut, ataupun khawatir. Mereka melakukan hal-hal yang baik, dan merasa bahagia dengan kebajikan yang dilakukannya.
Sobat. Dalam sebuah hadits menyatakan, “Sesungguhnya hati bisa berkarat seperti berkaratnya besi yang terkena air.” Rasulullah SAW ditanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana membersihkannya?" Beliau menjawab, “Banyak mengingat mati dan membaca Al-Qur’an.” ( HR. Al-Baehaqi )
Jadi, salah satu nama Allah adalah Al-Salam. Kalau kita mengingat-Nya, kedamaian akan menghampiri. Kalau kita mengingat-Nya ketakutan akan menjauh, Kalau kita mengingat-Nya kegelisahan akan menghilang. Kalau kita mengingat-Nya ketenangan akan memenuhi hati. Kalau kita mengingat-Nya kita akan merasa dekat kepada-Nya. Jika kita mengingat-Nya, kita akan merasa bahwa Dia melindungi kita. Jika kita mengingat-Nya, kita akan merasa dalam pertolongan-Nya.
Sobat. Makna lain nama al-Salam adalah bahwa jika kita menerapkan syariat, Allah akan membuka untuk kita jalan keselamatan. Saya yakin, jika kita berpegang teguh pada syariat, Allah SWT pasti akan memberkahi kita dalam perkawinan, pekerjaan, rezeki, kesehatan, juga anak-anak kita, dan membukakan untuk kita jalan keselamatan.
Allah SWT berfirman :
إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” (QS. Al-Isra’ (17) : 9 )
Sobat. Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad agar menjadi petunjuk bagi umat manusia guna meraih keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sungguh, Al-Qur'an ini memberikan petunjuk bagi umat manusia ke jalan yang paling lurus yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan mereka dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan sebagai bukti dari keimanannya itu bahwa bagi mereka ada pahala yang besar sebagai imbalan dari iman dan apa yang diamalkannya itu.Dan memberi kabar buruk serta ancaman bahwa sesungguhnya orangorang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka kelak di hari kiamat azab yang pedih yaitu neraka.
Sobat. Sebagai manusia kita harus tahu bahwa keselamatan berada pada kebersamaan dengan Allah, pada keselarasan perbuatan kita dengan perintah-Nya, pada upaya kita mengenal-Nya, pada kesungguhan kita untuk selalu beribadah kepada-Nya,pada upaya kita memahami kitab-Nya, pada upaya kita menjalankan syariat-Nya, pada upaya kita untuk senantiasa mengerjakan apa pun yang diperintah-Nya dan menjauhi apa pun yang dilarang-Nya. Allah berikan jaminan dalam QS Thaha (20) : 123 , “ Barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, maka ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.”
Sobat. Di dalam Al-Qur’an terdapat kata al-salam dengan makna yang berbeda. Sebagaimana firman-Nya :
وَٱللَّهُ يَدۡعُوٓاْ إِلَىٰ دَارِ ٱلسَّلَٰمِ وَيَهۡدِي مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ۞لِّلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ ٱلۡحُسۡنَىٰ وَزِيَادَةٞۖ وَلَا يَرۡهَقُ وُجُوهَهُمۡ قَتَرٞ وَلَا ذِلَّةٌۚ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ
“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” ( QS. Yunus (10) : 25-26 )
Sobat. Allah menyeru kaum Muslimin agar mereka menempuh jalan yang menghantarkan diri mereka ke Darussalam yaitu kebahagiaan abadi yang akan mereka rasakan di surga nanti. Sebagai bimbingan kepada kehidupan yang bahagia itu, Allah telah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya, agar mereka menempuh jalan yang lurus yaitu jalan yang bisa mengantarkan mereka kepada kehidupan bahagia itu.
Mereka dilarang meniru perbuatan orang-orang musyrik yang mengutamakan kehidupan dunia. Mereka terpesona sedemikian rupa kepada kehidupan dunia; mereka tidak akan mengharapkan kebahagiaan lain dari yang telah mereka rasakan. Dengan demikian, mereka telah memilih jalan yang sesat sebab kehidupan dunia itu sangat terbatas dan kebahagiaannya tidak kekal.
Itulah sebabnya maka Allah mengajak kaum Muslimin agar mengikuti syariat dan petunjuk yang dibawa Rasul, agar mereka dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Petunjuk Allah yang diberikan kepada manusia adalah merupakan tanda-tanda yang sangat halus, yang dapat dicapai oleh seseorang dengan menggunakan akalnya dengan jalan memperhatikan alam semesta dan isinya, serta hukum-hukum yang berlaku di dalamnya, sehingga dengan demikian manusia akan dapat mencapai kebenaran yang hakiki.
Selain itu Allah memberikan penjelasan tentang hukum, baik yang bersifat umum ataupun yang bersifat khusus, yaitu hukum syara yang mengatur hubungan antara makhluk dengan Khalik serta hubungan antara sesama makhluk. Hukum-hukum Allah yang berlaku bagi manusia ditunjukkan oleh Allah dengan taufik-Nya.
Orang yang mencapai hidayah-Nya itu ialah orang-orang yang diberi kemampuan untuk memahami dan melaksanakannya. Hidayah ini diberikan Allah kepada manusia sesuai dengan iradah-Nya.
Sobat. Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa bagi orang-orang yang dapat memahami petunjuk dan mengambil manfaat dari petunjuk itu serta mengamalkannya, Allah akan memberikan pahala sesuai dengan amal perbuatan mereka. Bahkan untuk menggalakkan mereka agar lebih giat mengamalkannya, Allah menjanjikan pahala sepuluh kali lipat atau lebih banyak dari pada itu. Firman Allah:
(Dengan demikian) Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (an-Najm/53: 31)
Orang yang melakukan amal yang baik akan mendapat imbalan pahala melebihi pahala yang seharusnya diterima. Mereka itu akan menerima pahala yang berlipat ganda.
Mereka akan mendapat tambahan pahala lagi yang tidak ternilai harganya, yaitu mereka akan mengetahui dengan sebenarnya bahwa Allah Yang Mahamulia. Pengetahuan ini adalah pengetahuan yang paling tinggi, karena mereka mengetahui dengan sebenarnya Pencipta alam semesta ini, dan membenarkan terjadinya hari akhir.
Mereka hidup bahagia, dari wajah mereka tampak cahaya yang berseri-seri, sedikitpun tidak terlihat kemurungan dan kemuraman, lantaran mereka itu tidak merasa kecewa atas keyakinannya yang kuat, dan tidak merasa bersusah hati.
Allah menegaskan bahwa mereka inilah orang-orang yang berhak menjadi penghuni surga. Mereka akan bertempat tinggal di dalamnya selama-lamanya. Di situlah mereka mengalami kebahagiaan yang abadi, karena tidak akan merasa bosan dan jemu akan kenikmatan yang mereka rasakan, dan tidak pula mereka takut akan berkurangnya kenikmatan atau dikeluarkan dari sana.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN, Dosen Pascasarjana UI Tribakti Lirboyo