Tinta Media: Arab
Tampilkan postingan dengan label Arab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Arab. Tampilkan semua postingan

Kamis, 16 November 2023

Entitas Zionis Yahudi adalah Bayangan Rezim-Rezim Arab, apabila Rezim-Rezim Itu Hilang, Hilang Pula Bayangannya




Tinta Media - Institusi Yahudi adalah pertemuan bayangan rezim-rezim Arab. Ibarat tubuh, bayangan tubuh tersebut bertemu di tanah Palestina. Rezim-rezim Arab inilah yang telah berkhianat pada Umar bin Khattab, Shalahuddin al Ayyubi, rakyat Palestina, dan kaum muslimin.

Mengapa bisa demikian? Akar masalah konflik Palestina adalah pencaplokan tanah kaum muslimin yang direstui Amerika, Inggris, dan PBB. Solusinya adalah dengan mengambil kembali tanah tersebut. 

Sepanjang sejarah, hanya pada masa Umar bin Khattab dan Shalahuddin al Ayyubi tanah tanah Palestina berhasil dibebaskan kaum muslimin. Saat itu, khilafah masih berdiri. Thariqah pembebasannya adalah dengan jihad, bukan resolusi.

Maka, solusi secara syar’i dan sudah terbukti adalah dengan jihad dan menegakkan khilafah.

Selama penguasa-penguasa muslim, khususnya rezim Arab tidak mengadopsi dua solusinya ini, berarti mereka telah berkhianat pada Umar bin Khattab, Shalahuddin al Ayyubi, rakyat Palestina dan kaum muslimin. Bahkan, mereka telah berkhianat pada Allah dan Rasulullah. 

Limit pembelaan mereka hanya mengutuk. Padahal, yang seperti itu biasa dilakukan para demontran. Kutukan mereka tak lebih hanya basa-basi, liur basi. Mereka mencari kemulian pada selain Allah dan Rasulullah. 

Padahal Allah berfirman:
- وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Kemuliaan hanyalah milik Allah, Rasulullah, dan orang-orang beriman. Tetapi orang-orang munafik tidak mengetahui (al-Munafiqun [63]: 8)

Pengkhiantan penguasa-penguasa Arab makin nyata dengan sejumlah bukti berikut ini:

Pertama, Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain menandatangani kesepakatan normalisasi dengan Negeri Yahudi di Gedung Putih, bersama Presiden AS Donald Trump, Selasa (15/9/2020). UEA telah membuka penerbangan Dubai ke Tel Aviv. Sementara, Bahrain akan mulai kerja sama ekonomi dengan Yahudi.

kedua, rezim Saudi turut berkhianat dengan mengumumkan bahwa negaranya akan membuka wilayah udara bagi penerbangan antara Yahudi dan UEA. Setelah sebelumnya di tahun 2018, Riyadh juga memberikan izin maskapai Air India untuk menggunakan wilayah udara Saudi bagi penerbangan langsung antara New Delhi dan Tel Aviv. 

Mirisnya lagi, pengkhianatan rezim Saudi ini mendapat dukungan seorang ulama di atas mimbar  jumat di masjid Haram.

Ketiga, Mesir membangun tembok sepanjang 1,6 km dan menghunjam ke tanah sedalam 4,8 m. Tujuannya untuk mengalangi masuknya pejuang Palestina lewat terowongan bawah tanah.

Keempat, Suriah sejak 2011 hingga saat ini, tentaranya diarahkan untuk membantai rakyatnya sendiri, bukan untuk membantai para Zionis Yahudi.

Kelima, dalam hal ini, kita juga mempertanyakan perang Arab-Yahudi, baik tahun 1948 maupun tahun 1967, apakah dua perang ini benar-benar membela tanah Palestina dan kaum muslimin atau hanya sandiwara? 

Nyatanya, mereka fokus mempertahankan kepentingan negara masing-masing dan melayani tuannya. Sementara, tanah Palestina makin menyusut. Di sisi lain, seolah perang ini untuk membentuk mitos bahwa para Zionis tak terkalahkan. Padahal, nyatanya mereka dikalahkan oleh Hizbullah dalam  perang di tahun 2006. Saat ini, para Zionis dibuat kewalahan oleh Hamas. 

Bukankah ini semua merupakan bukti pengkhiatan penguasa Arab? Merekalah tubuh asli dari entitas Yahudi. Sikap mereka menunjukkan itu semua, meski bibir mereka menampiknya. 

Selama tubuh-tubuh rezim yang menjadi kaki-tangan negara penjajah ini masih ada, maka institusi Yahudi sebagai bayangannya akan tetap ada. Maka, rezim-rezim boneka ini wajib diganti. Kesadaran umat wajib dibangkitkan. 

Umat harus sadar untuk melahirkan Umar bin Khattab dan Shalahuddin yang baru. Karena itu, kita perlu khilafah, karena Umar dan Shalahuddin tak lahir di ruang hampa. Keduanya lahir dan tumbuh dalam atmosfer khilafah. Maka, pada saat itulah entitas Yahudi akan bisa diusir dari bumi Palestina. Saat itulah terwujud sabda Nabi:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, 

Artinya: “Hari Kiamat tidak akan terjadi sehingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi lalu kaum muslimin membunuh mereka. Sehingga, orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Maka, batu atau pun pohon itu berkata: 

“Wahai Muslim, Wahai Hamba Allah ... ini ada seorang Yahudi bersembunyi di belakangku, kemarilah, bunuhlah dia! Kecuali pohon gharqad, karena pohon tersebut diantara pohon-pohon (yang ditanam) orang-orang Yahudi.” (H.R. Muslim)

Banjarmasin, 20 Syawwal 1442 H / 1 Juni 2021

Oleh: Guru Wahyudi Ibnu Yusuf
Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ma'arif Banjarmasin


Sumber:
https://www.republika.co.id/berita/qf17vz459/palestina-sebut-kesepakatan-israeluea-pengkhianatan

https://republika.co.id/berita/qgio769215000/normalisasi-ueaisrael-arab-saudi-menolak-disebut-pengkhianat

https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Arab-Israel_1948

https://www.medcom.id/internasional/dunia/GbmY4PPb-mesir-bangun-tembok-sepanjang-perbatasan-jalur-gaza

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210317141157-120-618616/israel-hizbullah-musuh-lama-dengan-dendam-membara

Rabu, 15 November 2023

Penguasa Arab Diam, Pamong Institute: Dikendalikan Zionis Yahudi



 
Tinta Media - Direktur Pamong Institute Wahyudi Al Maroky mengungkapkan, diamnya penguasa-penguasa Arab atas kebrutalan terhadap Palestina disebabkan pengontrolan Zionis Yahudi terhadap para penguasa itu.
 
"Mereka (Zionis Yahudi) yang mengendalikan pemimpin-pemimpin, baik di Arab maupun di Barat. Maka kita bisa melihat penguasa-penguasa di Arab itu tidak memberikan respons yang cukup terhadap tindakan brutal Zionis Yahudi ini," ungkapnya dalam diskusi: Teror Bom Nuklir dari Zionis Yahudi Ancam Perdamaian Dunia dan Genosida Palestina, di kanal Youtube Bincang Bersama Sahabat Wahyu, Rabu (08/11/2023)
 
Ia membeberkan, sudah lebih dari 10.000 nyawa yang hilang, tapi penguasa Arab itu seolah-olah menutup mata dan tidak melakukan tindakan apa pun untuk menghentikan kebiadaban Zionis Yahudi.
 
“Seharusnya penguasa berbagai negeri muslim melakukan langkah nyata untuk menghentikan kebiadaban Zionis ini, menekannya, dan memerintahkan penghentian. Ini yang tidak dilakukan hari ini," kecewanya. [] Wafi
 

Selasa, 14 November 2023

YRT: Masalah Palestina adalah Masalah Umat Islam


 
Tinta Media - Mudir Ma’had Khadimus Sunnah Bandung, Ajengan Yuana Ryan Tresna (YRT) menegaskan bahwa masalah Palestina adalah masalah umat Islam.
 
“Masalah (qadhiyyah) Palestina adalah masalah kita, umat Islam. Bukan hanya masalah bangsa Arab,” tuturnya di akun telegram pribadinya, Jumat (10/11/2023).
 
Ia beralasan, akar masalah Palestina adalah penjajahan dan pendudukan entitas Yahudi, sehingga solusinya adalah jihad untuk mengusir penjajah.
 
“Kewajiban jihad bukan hanya bagi penduduk Palestina, tetapi juga bagi kaum muslimin di negeri-negeri Arab, bahkan di belahan dunia lainnya,” tukasnya.
 
Menurut YRT, hal paling efektif dalam berperang mengusir penjajah adalah dengan memobilisasi pasukan dari negeri-negeri Islam khususnya negeri Arab.
 
Namun, Ia menyesalkan, pergerakan tentara dari negeri-negeri Arab sulit dilakukan karena para penguasanya tunduk pada Barat, khususnya Amerika Serikat.
 
“Pergerakan pasukan dari negeri-negeri Islam terhalang dengan nasionalisme dan batas negara bangsa (nation state),” imbuhnya.
 
Pergerakan pasukan melalui pintu Rafah pun, terangnya,  juga terhalang oleh berbagai perjanjian seperti Camp David. “Camp David sebenarnya pengkhianatan. Ditembaknya Anwar Sadat oleh tentaranya sendiri adalah wujud kekecewaan,” cetusnya.
 
Terkait anggapan bahwa berbagai perjanjian (mu'ahadah) tidak boleh dilanggar karena telah disepakati oleh negara yang legal secara syar'i, YRT menerangkan, anggapan tersebut problematik karena berangkat dari bingkai negara bangsa dan tidak memiliki landasan syar'i sama sekali.

“Kekuatan global (AS dan Eropa) yang melindungi Israel  harus dilawan dengan kekuatan global lagi. Khilafah Islam akan menjadi kekuatan politik global, memobilisasi jihad besar, dan mempersatukan semua potensi umat Islam dalam satu kepemimpinan,” yakinnya.
 
Terakhir, YRT menegaskan, dengan adanya nation state dan nasionalisme, umat Islam hanya menjadi penonton ketika saudaranya sedang dibantai.
 
“Tentara Mesir yang disebut-sebut diantara tentara terbaik hanya bersiaga di Sinai tidak kunjung bergerak membantu mujahidin Palestina,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun.

Jumat, 03 November 2023

IJM: Penjagaan Para Penguasa Arab Terhadap Yahudi Seperti Belati yang Ditancapkan di Jantung Umat


 
Tinta Media - Merespon penjagaan para penguasa Arab terhadap entitas Yahudi, Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) mengatakan pembelaan itu seperti belati yang ditancapkan di jantung umat.
 
“Para penguasa Arab itu, berbondong-bondong menuju ke puncak aib baru untuk melindungi kepentingan Amerika dan menjaga entitas Zionis Yahudi seperti belati yang ditancapkan ke jantung umat,” ujarnya dalam video: Gaza Lautan Api, di kanal Youtube Justice Monitor, Selasa (1/11/2023).
 
Agung menyesalkan, para penguasa Arab pandai membuat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dengan menyusun rencana untuk berkonspirasi melawan Gaza dan Umat, dengan menyelesaikan masalah sesuai dengan visi Amerika dan dengan cara yang melayani kepentingannya.
 
“Kami heran mengapa para penguasa itu tidak peduli bergegas menolong Palestina? Sebaliknya mereka memprioritaskan tahta mereka yang rentan runtuh, kursi yang bengkok, dan memburu kekayaan, status, dan kekuasaan yang menyertainya. Bahkan menjadi perisai terbesar yang melindung enititas penjajah,” geramnya.
 
Karena itu meski Presiden Tuki Recep Thayyib Erdogan menyalahkan barat atas serangan kejam Zionis Yahudi yang nyaris tanpa henti di Gaza, serta menuduh Barat ingin menciptakan perang salib, Agung menilai pernyataan itu tidak mungkin bisa menohok Barat karena tidak disertai aksi nyata.
 
“Mengapa ada orang-orang yang memiliki pangkat dan lencana tetapi seakan tak peduli, sementara ada umat sedang dibantai di depan mata mereka. Apakah pemandangan darah mengalir dan rumah-rumah yang dihancurkan tidak menggoncang mereka? Bahkan rumah sakit dan masjid pun tidak luput dari serangan penjajah. Apakah sistem kapitalisme serta investasi yang ditawarkannya begitu memikat?” kesalnya.
 
Palestina sedang memanggil. “Tidak sekedar retorika tapi berangkatkan pasukan untuk betul-betul melawan Zionis Yahudi dan negara-negara barat yang menjadi pendukungnya,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi
 
 
 

Selasa, 02 Mei 2023

Normalisasi Arab-Israel, Pengamat: Proyek Menjaga Eksistensi Penjajah Israel di Timur Tengah

Tinta Media - Pengamat Hubungan Internasional dari Geopolitical Institute Hasbi Aswar, Ph.D. menilai, bahwa upaya normalisasi Israel dengan negara-negara Arab termasuk Arab Saudi merupakan proyek untuk menjaga eksistensi penjajah Israel di Timur Tengah.

“Mereka itu (Israel dan AS) membuat proyek untuk mengupayakan negara-negara Arab agar melakukan normalisasi dengan Israel. Kepentingannya adalah untuk menjaga eksistensi penjajah Israel di Timur Tengah,” ujarnya dalam program Kabar Petang: Awas! Bahaya Normalisasi Israel, di kanal YouTube Khilafah News, Selasa (25 April 2023).

Hasbi mengungkap, pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menginginkan normalisasi dengan Arab Saudi saat pertemuannya dengan Senator Amerika Serikat (AS) Lindsey Graham dari Partai Republik di Yerusalem pada Senin (17 April 2023) adalah bukan untuk kebaikan negeri Arab, juga bukan untuk Kaum Muslimin, apalagi untuk kemerdekaan Palestina.

"Karena kalau disebut normalisasi, yang harus dipenuhi adalah pengakuan bahwa penjajah Israel sebagai sebuah negara. Jadi semakin banyak negara yang menormalisasi dengan Israel termasuk negara Arab pada khususnya, maka legitimasi Israel sebagai sebuah negara itu akan semakin besar,” ungkapnya.

Ia pun menjelaskan, ketika legitimasi sebagai sebuah negara sudah semakin kuat, maka penjajah Israel akan mudah melakukan manuver-manuver politik, ekonomi, budaya dan lain-lain, sehingga Israel seolah menjadi negara yang normal dan tidak akan dianggap lagi sebagai penjajah.

“Jadi normalisasi Arab Israel ini sebenarnya untuk mendapatkan legitimasi yang kuat dan untuk mempermudah mendapatkan kepentingan-kepentingan mereka di Timur Tengah khususnya termasuk juga untuk memudahkan Israel melakukan kerjasama internasional," jelasnya.

Ia menilai, jika Israel berhasil menormalisasi banyak negara-negara Arab dan negara-negara muslim lainnya maka dikhawatirkan adalah tingkat persepsi masyarakat terhadap Israel akan semakin baik. Dan itu akan mengerdilkan atau memperkecil perlawanan terhadap penjajahan Israel .

”Bahkan bisa jadi perlawanan terhadap penjajahan Israel kemudian akan dianggap sebagai aksi-aksi terorisme sebagaimana yang Israel selalu dengungkan sampai hari ini kepada kelompok-kelompok pejuang Islam di Palestina,” ujarnya.

Hasbi berujar, dikhawatirkan juga dampak dari meluasnya normalisasi nantinya suara-suara kritikan negara-negara muslim akan semakin senyap dan bahkan upaya-upaya kaum muslimin untuk membela Palestina di negara-negara Arab itu akan diberangus oleh pemimpin-pemimpin mereka yang telah melakukan normalisasi dengan Israel.

Ia pun memberitahukan, normalisasi negara-negara Arab dan Israel sebenarnya sudah berjalan, diantaranya dengan Mesir, Yordania, Maroko, termasuk Bahrain dan Uni Emirat Arab.

“Tetapi normalisasi yang katanya untuk kebaikan Palestina itu tidak ada artinya, tidak memiliki dampak yang baik atau tidak memiliki hubungan apapun dengan perdamaian di Palestina,” ujarnya memungkasi. [] Muhar

Rabu, 16 November 2022

Pangeran Abdullah Dibui 30 Tahun, Pengamat: Ada Amerika di Belakang Penumpasan Elemen Kritis Arab Saudi

Tinta Media - Hukuman penjara 30 tahun terhadap Pangeran Arab Abdullah bin Faisal Al Saud oleh rezim Mohammed bin Salman (MbS) dinilai Pengamat Politik Internasional Umar Syarifuddin ada campur tangan Amerika.

 "Amerika berdiri di belakang operasi penumpasan elemen-elemen kritis negara tersebut, termasuk kepada para ulama yang kritis," tuturnya kepada Tinta Media, Senin (14/11/2022).

Ia menambahkan, Amerika mendukung dan mengarahkan operasi tersebut kepada orang - orang yang tidak diharapkan oleh Amerika, termasuk agen - agen Inggris atau mereka yang tidak ridha dengan apa yang terjadi dan dilakukan oleh raja dan putra mahkotanya.

"Rezim menggerakkan komisinya untuk melakukan berbagai penangkapan. Orang - orang penting dalam rezim, keluarga dan kerabat raja juga ditangkap. Penangkapan itu tidak ada hubungannya dengan korupsi maupun reformasi," jelasnya.

Umar mengatakan, dari konstelasi politik nasional Arab Saudi, tampak bahwa Amerika menemukan jalan untuk membersihkan lawan dengan berbagai tuduhan. Amerika mendorong Salman dan anaknya, Muhammad bin Salman untuk memuluskan pembersihan tersebut. Tak sulit bagi Amerika karena pejabat pemerintah baik yang dulu atau yang sekarang diduga terlibat dalam kasus korupsi, suap, nepotisme, makan harta publik, mengadakan proyek - proyek dengan memperdaya Undang - Undang, menzalimi publik serta memanfaatkan jabatan untuk meraih kesenangan pribadi dan orang - orang sekitar. 

"Kerusakan yang lebih besar, mereka tidak menerapkan syariat Allah malah sebaliknya mengikuti hukum negara - negara imperialis," pungkasnya.[] Yupi UN

Kamis, 03 November 2022

ISLAM DATANG DARI ALLAH, BUKAN DARI ARAB

Tinta Media - Ucapan menteri agama yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang berasal dari Arab tentu saja ucapan itu tidak benar sama sekali, sebab Islam itu agama dari Allah, bukan buatan manusia apalagi berasal dari wilayah tertentu. Yaqut harusnya paham itu. Sebab masalah ini sangatlah mudah, semua orang tahu, bahkan mungkin anak kecilpun tahu bahwa Islam adalah agama yang datang dari Allah, dibawakan oleh Rasulullah Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia di dunia dalam rangka menebar rahmat bagi alam semesta.

 

Benar bahwa Nabi Muhammad adalah orang Arab, tapi agama Islam datang dari Allah, bukan datang dari Arab. Tidak ada istilah Islam itu sebagai agama pendatang, sebab bumi ini milik Allah, diciptakan oleh Allah, bahkan seluruh manusia dan alam semesta juga diciptakan oleh Allah.

 

Ucapan ini tentu saja sangat disayangkan, beda kalau karena tidak paham. Jika tak paham, maka tulisan ini semoga bisa memahamkannya. Sebab ucapan seperti justru akan memantik masalah di kalangan umat Islam. Ucapan seperti ini jika sengaja dilakukan, maka akan semakin memunjulkan kegaduhan yang tidak produktif. Semestinya sebagai menteri agama sangat paham soal yang sederhana ini.

 

Menteri agama juga mestinya menebarkan kesejukan, bukan malah membuat kegaduhan. Katanya umat ini harus menebar perdamaian, nyatanya dia sendiri justru menebar kegaduhan dengan ucapan yang salah itu. Sebaiknya menteri agama meminta maaf kepada seluruh umat Islam di negeri ini.

 

Apakah ini termasuk penistaan agama ?. Tentu saja yang paling tahu adalah yang mengucapkan, adakah motif dibalik ucapan yang salah itu. Jika karena tidak tahu, maka hanya perlu minta maaf. Namun jika sengaja membuat kegaduhan, maka sangat disayangkan. Seorang menteri agama mestinya tidak mengucapkan hal tersebut.

 

Agama Islam adalah agama sempurna yang berasal dari Allah dan sangat memberikan penghargaan kepada manusia dan kemanusiaan. Islam adalah agama yang sangat toleran atas perbedaan, terbukti saat Rasulullah memimpin Daulah Madinah yang sangat plural. Semua agama bisa hidup damai di Madinah.

 

Mungkin ahli hukum dan pihak kepolisian yang lebih tahu apakah ucapan ini termasuk penistaan agama Islam atau tidak sesuai dengan UU yang berlaku di negeri ini. Yang pasti ucapan Yaqut adalah ucapan yang menyalahi ajaran Islam. Namun, jika ucapan ini memang diniatkan untuk merendahkan ajaran Islam yang sumpurna ini, maka tentu saja bisa saja ada delik penistaan agama. Apalagi jika niatnya adalah mempermainkan agama Allah, maka termasuk dosa besar

 

Allah berfirman : Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS At Taubah : 65-66)

 

Bagaimana menanggapi hal ini sebagai masyarakat ?. Masyarakat semestinya tidak terpancing secara emosional, namun harus tetap meluruskan ucapan-ucapan yang salah dan berpotensi menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Masyarakat harus memberikan edukasi dan dakwah kepada siapa saja yang telah melakukan kesalahan soal agama Islam. Dakwah adalah bagian dari kewajiban setiap muslim. Dakwah adalah tanda cinta umat kepada bangsa ini. Masyarakat harus diberikan pembelajaran yang benar soal agama ini, terlebih kepada para pejabat dan pemimpin yang salah paham dan pahamnya salah atas Islam dan ajarannya.

 

Apa yang seharusnya dilakukan umat Islam dalam menanggapi hal tersebut ?. Umat Islam harus menyadari bahwa selama demokrasi sekuler yang diterapkan di negeri ini, maka Islam hanya akan menjadi obyek dan sasaran berbagai stigmatisasi. Sebab sekulerisme adalah paham yang memisahkan antara agama dan kehidupan, termasuk politik.

 

Dengan kondisi ini, maka setiap kali ada usaha-usaha mendakwahkan Islam, akan dihadapkan dengan berbagai label yang negatif atas Islam. Ucapan yang menyudutkan Islam tentu saja sudah tidak terhitung jumlahnya di negeri mayoritas muslim ini. Bahkan sering berasal dari para pejabar dan pemimpin di negeri ini yang seharusnya justru memberikan edukasi yang benar tentang Islam.

 

Peristiwa seperti ini mungkin tidak akan pernah berhenti selama Islam dan ajarannya hanya dijadikan sebagai obyek. Lain lagi jika ajaran Islam menjadi penentu kebijakan dan perundang-undangan di negeri ini. Orang yang memiliki paham sekuler liberal akan terus memberikan stigma negatif atas Islam dan ajarannya. Umat Islam harus terus mencermati setiap perkembangan keagamaan Islam di negeri ini, terus mendakwahkan dan terus melakukan pembelaan atas agama ini dari orang-orang yang berupaya memadahkan cahaya agama ini.

 

Hal ini sejalan dengan firman Allah : Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad 47: Ayat 7).

 

Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya (QS Ali Imran : 19)

 

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya. (QS. As-Saff Ayat 8).

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 31/10/22 : 15.18 WIB)

Dr. Ahmad Sastra 
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab