Tinta Media: Arab Saudi
Tampilkan postingan dengan label Arab Saudi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Arab Saudi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Maret 2024

Penguasa Arab Saudi Memainkan Peran sebagai Pengikut AS


Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menilai, manuver  menteri luar negeri Arab Saudi pada konferensi Davos  yang menegaskan bahwa siap menjalin hubungan damai dan menerima solusi dua negara, membuktikan bahwa penguasa Arab Saudi memainkan perannya sebagai pengikut Amerika Serikat (AS).

"Para penguasa Arab Saudi memainkan peran sebagai b4j*ng4n yang mengamini setiap keputusan dan kemauan para pemimpin AS," ujarnya dalam video yang bertajuk Terbongkar Rencana Jahat yang Kalian Sembunyikan Selama Ini, di kanal Youtube Justice Monitor, Senin (5/3/24).

Agung melanjutkan, manuver dari menteri luar negeri Faisal Bin Farhan Al-Saud membuktikan bahwa di level dalam negeri memerangi Islam dan seruannya untuk menyebarkan permusuhan, kefasikan, abnormalitas.

"Di level luar negeri, melalui hubungannya dengan AS yang sudah begitu jauh serta kesediaannya untuk mengakui entitas Yahudi melalui solusi dua negara," imbuhnya.

AS lanjutnya, menggunakan Arab Saudi dengan rayuan normalisasi dan uang untuk melakukan semua proyek dan rencananya terkait masalah Palestina.

"Itulah ‘wortel’ yang digunakan AS untuk memperdaya entitas Yahudi agar menerima proyek-proyeknya," ungkapnya. 

AS kata Agung, sangat menyadari kelemahan rezim Arab dan menjadikan rezim Arab Saudi bisa digoyangkan dari waktu ke waktu.

“Pemimpin Israel dan  penguasa Arab Saudi tidak pernah menolak permintaan AS atau pun mengecewakannya," pungkasnya. [] Setiyawan Dwi

Jumat, 08 September 2023

Arab Saudi Tawarkan Paket Umrah Melalui Platform Digital Nusuk, TEFI: Ada Risiko Keamanan Data


 
Tinta Media - Menanggapi tawaran paket umroh Arab Saudi melalui platform digital, Direktur The Economic Future Institute (TEFI ) Yuana Tri Utomo menilai ada risiko yang perlu dipertimbangkan dalam keamanan data.
 
“Ada risiko yang perlu dipertimbangkan dalam hal keamanan data,“ tuturnya di program Kabar Petang: Arab Saudi Tawarkan Paket Umrah Murah, Mulai 2,9 Juta, Aneh! Di kanal Youtube Khilafah News,  Ahad (3/9/2023).
 
Ia mengkhawatirkan data pribadi, KTP, termasuk data finansial calon jamaah yang rentan terkena serangan cyber.
 
“Perlu dipertimbangkan  juga terkait risiko keseuaian hukum dan budaya, karena digitalisasi umrah ini lintas negara, lintas budaya, lintas suku, dan bisa diaksis hampir seluruh dunia. Penduduk dari masing-masing negara memiliki kebiasaan, budaya yang berbeda-beda,” pungkasnya. [] Muhammad Nur

Senin, 13 Maret 2023

Arab Saudi Menghijau, Prof. Fahmi: Tanda Bahaya

Tinta Media - Anggota Ikatan Alumni Program Habibie Profesor Fahmi Amhar menyatakan bahwa fenomena alam menghijaunya jazirah Arab merupakan tanda bahaya.

“Jadi menghijaunya saudi bisa sebuah tanda bahaya.” ujarnya dalam rubrik Mercusuar di Tabloid Media Umat edisi 329, 3-16 Februari 2023.

Ia memaparkan, curah hujan tinggi di atas rata-rata yang terjadi di Saudi bukanlah gejala alam biasa. “Ia satu rangkaian dengan berbagai perubahan cuaca ekstrem di seantero bumi akibat perubahan iklim.” tuturnya. 

Fahmi mencontohkan, tak hanya di Saudi, dampak perubahan cuaca ekstrem juga terjadi di berbagai belahan bumi lainnya seperti cuaca panas yang memecahkan rekor di Eropa, dingin luar biasa di Cina, dan banjir hebat di Pakistan. 

Fenomena ini, lanjutnya, sebagai tanda bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja. “Bakal makin sulit ditinggali akibat keserakahan kita sendiri,” pungkasnya.[] Beryl

Selasa, 25 Oktober 2022

Arab Saudi Kian Moderat

Tinta Media - Tampaknya sekarang negara Arab Saudi kian moderat dan bebas. Padahal, dulu penulis mendapat framing bahwa negara Arab Saudi merupakan ikon dan implementasi dari Islam. Di Arab Saudi, hijab diwajibkan bagi muslimah dan minuman beralkohol dilarang di seluruh negeri Arab. Namun, framing tersebut penulis rasakan mulai memudar belakangan ini, karena beberapa kewajiban syara' telah dilonggarkan atau bahkan dibebaskan.

Beberapa bulan lalu, Saudi membebaskan kewajiban hijab bagi perempuan Arab. Kini Saudi dilaporkan berencana mengizinkan konsumsi minuman alkohol secara publik di daerah tertentu.

Melalui sebuah dokumen yang didapat The Wall Street Journal (WSJ), Saudi berencana mengizinkan penjualan dan konsumsi wine, cocktails, hingga sampanye di sebuah resort yang terdapat di Kota Neom.
Jika terkonfirmasi, ini akan menjadi aturan terbaru pemerintah kerajaan Saudi yang menjadikannya semakin moderat. Pasalnya, selama ini Saudi melarang penjualan dan konsumsi minuman alkohol di seluruh negeri.

Menurut dokumen pemerintah Saudi yang dirilis Januari 2022, selain membuka bar, Saudi juga akan mengizinkan toko-toko retail menjual wine secara terbuka di kota. (CNN Indonesia, 19/9/22)

Apakah hal di atas akan menyebabkan umat Islam di negara lain ikut tidak mewajibkan hijab dan melonggarkan alkohol, karena menganggap di Arab Saudi saja dibolehkan? 

Sebagai umat Islam, kita harus ingat bahwa setiap perbuatan harus berlandaskan kepada akidah Islam dan dikembalikan bagaimana syara' menghukuminya. Dalam Al-Qur'an maupun hadis, jelas bahwa hijab wajib bagi perempuan muslimah (Q.S. Al-Ahzab ayat 59) dan alkohol hukumnya haram bagi seluruh kaum muslimin baik sedikit maupun banyak (Q.S Al-Maidah ayat 90-91). Tidak terdapat ijtihad yang bertentangan dengan hal tersebut. 

Jadi, harus diingat bahwa sumber hukum Islam ada 4, yakni Al-Qur'an, Hadis, Ijma, dan Qiyas. Keputusan negara Arab Saudi maupun undang-undangnya bukanlah sumber hukum Islam. Titik!

Allah berfirman di dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 50 yang artinya:

"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 50)

Tak hanya itu, pelonggaran lain juga banyak diberikan oleh pemerintah Arab Saudi. Misalnya, mengizinkan laki-laki dan perempuan bercampur di ruang publik, mengizinkan perempuan mengemudi, mendatangi konser maupun acara olahraga, membolehkan pergi ke luar negeri tanpa mahram, membuka kembali bioskop, hingga mengizinkan penggunaan bikini di pantai privat di kota internasional tertentu.

Pelonggaran-pelonggaran tersebut terkait dengan rencana reformasi Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman agar Arab Saudi tidak terlalu bergantung pada minyak dan mengedepankan sektor industri dalam ekonomi mereka. Salah satunya adalah penyerapan tenaga kerja perempuan.

Dari sini semakin jelas menunjukkan bahwa Arab Saudi bukanlah negara Islam, karena aturan Islam tidak diterapkan secara menyeluruh walaupun mayoritas penduduknya muslim. Ini juga menunjukkan bahwa saat ini belum ada satu pun negara yang mengadopsi ideologi Islam. Di dalam Ideologi Islam, jelas bahwa fikrah dan thariqahnya adalah lahir dari akidah Islam. 

Negara yang menerapkan ideologi Islam akan melaksanakan politik dalam maupun luar negerinya dengan asas Islam, yakni dakwah dan jihad demi menerapkan dan menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia. 

Oleh karena itu, sudah seharusnya kaum muslimin meneladani Rasulullah dalam mewujudkan tegaknya Daulah Islam, seperti penegakan Madinah Al-Munawarah. Sebab, mengambil teladan seharusnya hanya pada Rasulullah, bukan yang lain, termasuk bukan pada pemimpin negara Arab Saudi. 

Allah berfirman di dalam Al-Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: 

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."

Oleh: Wida Nusaibah
Aktivis Dakwah Muslimah

Jumat, 16 September 2022

Saudi Ibu Kota Narkoba Timur Tengah, Pengamat: Ada Problem Sistemik

Tinta Media - Disebutnya Arab Saudi sebagai ibu kota narkoba di Timur Tengah ditanggapi oleh Pengamat Politik Internasional, Hasbi Aswar Ph.D.

“Ini menunjukkan ada problem sistemik yang terjadi di Arab Saudi, dilihat dari segi realitas perdagangan narkotika,” ungkapnya kepada Tinta Media Rabu (14/9/2022).
  
Barang haram ini, menurut Hasbi, memang sudah mendunia dengan bisnis miliaran dolar. Namun, ketika ia masuk ke sebuah negara dengan tingkat konsumsi yang tinggi, maka ini berarti negara tersebut tidak mampu menghadapi tantangan eksternal.

“Saya kira liberalisasi kehidupan di Arab saudi yang terjadi beberapa tahun terakhir ikut menyumbang hal ini dengan masuknya konser artis -artis barat, dan tayangan-tayangan hiburan ala Hollywood,” analisisnya.
 
Di sisi lain, lanjutnya, sistem pendidikan yang ada di Arab Saudi juga perlu dilihat efektifitasnya dalam menghasilkan anak-anak muda yang Islami.
 
Membuka Topeng

Kondisi di atas dinilai oleh Hasbi semakin membuka semua topeng Arab Saudi  yang selama ini ditutupi dengan propaganda pelayan tanah suci.
 
“Selama ini Saudi banyak dikritik karena kedekatannya dengan Amerika Serikat, dan sikap otoriternya di dalam negeri. Saat ini fakta- fakta semakin terbuka lagi berkaitan dengan hubungan dengan Israel, kehidupan masyarakat yang semakin liberal, dan konsumsi obat-obatan terlarang yang semakin meningkat,” bebernya.
 
Ini, kata Hasbi, semakin menunjukkan bahwa siapa pun itu, jika jauh dari Islam akan terpuruk, tak terkecuali Arab Saudi sebagai tempat Islam lahir.
 
“Kembalinya Arab Saudi ke kehidupan jahiliah pra Islam bisa saja terjadi jika Islam terus ditelantarkan sementara gaya hidup tidak Islami terus dibiarkan masuk,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab