Tinta Media: Amerika
Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan

Kamis, 28 Desember 2023

FIWS: PBB Hanya Permainan Politik Amerika



Tinta Media - Menyoroti terkait adanya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang digadang-gadang mampu menyelesaikan konflik Palestina, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Bung Farid Wadjdi menilai PBB hanya sebagai permainan politik Amerika.

“Ini hanya sekedar permainan politik Amerika Serikat, yang justru kita kritisi paling dasar masih berharapnya negara Islam terhadap PBB untuk menyelesaikan persoalan ini (Palestina),” ujarnya dalam acara Kabar Petang dengan tema Bongkar Siasat Amerika Atas Gaza dikanal Youtube Khilafah News Rabu (27/12/23).

Menurutnya, bukti-bukti telah menunjukkan bahwa PBB sudah menjadi alat Amerika untuk kepentingan Amerika sendiri.

“Kita tahu salah satu resolusi PBB justru memberikan legitimasi terhadap keberadaan entitas penjajah Yahudi adalah resolusi PBB No. 181 yang disahkan oleh menteri PBB pada tahun 1947, proyek ini diserahkan Palestina menjadi negara Arab dan Yahudi,” tuturnya.

Lebih lanjut, katanya, PBB menjadi bagian dari alat politik Amerika untuk seolah-olah menunjukkan Amerika adalah negara yang paling menentukan dunia.

“Sehingga bagaimana solusi terhadap konflik di Palestina itu sangat bergantung pada Amerika dengan veto yang dia miliki, jadi PBB ini bagian dari pencitraan Amerika,” ungkapnya.

Farid menilai, keberadaan PBB juga sesungguhnya ini menjadi semacam alat penyelamat bagi ideologi kapitalisme.

“Ya, dengan adanya PBB yang menyerukan gencatan senjata  yang itu pun tidak disetujui Amerika, kemudian redaksi kemungkinan disetujui itu adalah pengiriman bantuan kemanusiaan,” bebernya.

Jadi, sambungnya, seolah-olah Amerika itu masih baik, PBB itu masih baik, sistem ideologi kapitalisme itu masih baik. “Padahal apa yang terjadi sekarang di Palestina sesungguhnya untuk mengukuhkan peradaban Kapitalisme,” tandasnya. [] Setiyawan Dwi.

Selasa, 19 Desember 2023

Rusia Memperingatkan Kemungkinan Pecah Perang Dunia lll, Analis: Itu Hanya Pernyataan Politik!

Tinta Media - Menanggapi peringatan Rusia kepada Amerika Serikat terkait kemungkinan pecah Perang Dunia lll, Analis dari Geopolitical Institute Dr. Hasbi Aswar, menilai peringatan itu hanya sebagai pernyataan politik.

“Itu harus kita pahami dalam konteks politik, bahwa pernyataan-pernyataan baik dari barat ketika merespons isu Rusia dalam konteks Ukraina, termasuk juga pernyataan Rusia dalam konteks merespons barat dalam isu invasi Isr4el ke P4lestin4 itu hanya pernyataan politik,” tuturnya di Kabar Petang: Biden Nyalakan Api Perang Dunia 3? Melalui kanal Youtube Khilafah News, Sabtu (16/12/2023).

Dengan kata lain, lanjutnya, Rusia dan Barat saling mempermalukan dan saling memberikan label (naming and shaming), saling berbalas pantun dalam menyikapi peristiwa yang terjadi.

Adapun kemungkinan pecahnya PD lll, Hasbi menganalisis, disebut perang dunia karena terjadi konflik bersenjata yang melibatkan banyak negara dan berdimensi lintas benua.

“Kenapa dikatakan perang dunia? Karena dampak dan aktor-aktor yang terlibat itu kan lintas benua sehingga layak dikatakan sebagai perang dunia,” jelasnya.

Oleh karena itu, menurutnya, perang yang terjadi di Gaza ataupun di Ukraina tidak akan memicu PD lll, karena tidak melibatkan banyak negara.

“Kondisi ekonomi yang buruk secara global, konflik internal baik di Amerika maupun Rusia, membuat tidak semudah itu mereka siap melakukan perang dunia,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun

Jumat, 03 November 2023

IJM: Penjagaan Para Penguasa Arab Terhadap Yahudi Seperti Belati yang Ditancapkan di Jantung Umat


 
Tinta Media - Merespon penjagaan para penguasa Arab terhadap entitas Yahudi, Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) mengatakan pembelaan itu seperti belati yang ditancapkan di jantung umat.
 
“Para penguasa Arab itu, berbondong-bondong menuju ke puncak aib baru untuk melindungi kepentingan Amerika dan menjaga entitas Zionis Yahudi seperti belati yang ditancapkan ke jantung umat,” ujarnya dalam video: Gaza Lautan Api, di kanal Youtube Justice Monitor, Selasa (1/11/2023).
 
Agung menyesalkan, para penguasa Arab pandai membuat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dengan menyusun rencana untuk berkonspirasi melawan Gaza dan Umat, dengan menyelesaikan masalah sesuai dengan visi Amerika dan dengan cara yang melayani kepentingannya.
 
“Kami heran mengapa para penguasa itu tidak peduli bergegas menolong Palestina? Sebaliknya mereka memprioritaskan tahta mereka yang rentan runtuh, kursi yang bengkok, dan memburu kekayaan, status, dan kekuasaan yang menyertainya. Bahkan menjadi perisai terbesar yang melindung enititas penjajah,” geramnya.
 
Karena itu meski Presiden Tuki Recep Thayyib Erdogan menyalahkan barat atas serangan kejam Zionis Yahudi yang nyaris tanpa henti di Gaza, serta menuduh Barat ingin menciptakan perang salib, Agung menilai pernyataan itu tidak mungkin bisa menohok Barat karena tidak disertai aksi nyata.
 
“Mengapa ada orang-orang yang memiliki pangkat dan lencana tetapi seakan tak peduli, sementara ada umat sedang dibantai di depan mata mereka. Apakah pemandangan darah mengalir dan rumah-rumah yang dihancurkan tidak menggoncang mereka? Bahkan rumah sakit dan masjid pun tidak luput dari serangan penjajah. Apakah sistem kapitalisme serta investasi yang ditawarkannya begitu memikat?” kesalnya.
 
Palestina sedang memanggil. “Tidak sekedar retorika tapi berangkatkan pasukan untuk betul-betul melawan Zionis Yahudi dan negara-negara barat yang menjadi pendukungnya,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi
 
 
 

Senin, 11 September 2023

Pengamat: War On Terorism Ada Dalam Kendali Amerika

Tinta Media - Pengamat  kebijakan publik Dr. Riyan mengungkapkan, latar belakang dibentuknya Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tidak lepas dari agenda war on terrorism (WOT) yang ada di dalam kendali Amerika.
 
"Isu terorisme yang menjadi latar belakang dibentuknya Densus 88 juga BNPT itu memang tidak lepas dari agenda yang disebut dengan war on terrorism yang ada dalam kendali Amerika," ungkapnya dalam program Kabar Petang: Semua Tempat Ibadah Dikontrol Pemerintah, Kayak Zaman Belanda? di kanal Youtube Khilafah News, Sabtu (9/9/2023).
 
Menurutnya, Amerika berkepentingan untuk menggolkan war on terorism, yang sebenarnya  adalah war on Islam (perang melawan Islam).
 
"Kebencian Amerika sebagai negara penjajah (terhadap Islam) akhirnya dipaksakan termasuk kepada negeri kita di Indonesia ini. Sehingga dibuatlah semacam fabrikasi-fabrikasi  yang terkait dengan tindakan terorisme yang tentu di setiap kasusnya banyak pertanyaan-pertanyaan yang penting untuk ditelaah lebih jauh," tuturnya.
 
Riyan berpandangan, bahwa yang sebenarnya terjadi adalah bagian agenda jahat dari negara teroris yang sesungguhnya yaitu Amerika.
 
“War on terrorism yang digaung-gaungkan oleh Amerika sebenarnya itu sudah gagal kemudian diubah wacananya menjadi war on radicalism,” imbuhnya.
 
Kedua lembaga ini (Densus 88 dan BNPT) jelasnya, hanya mengamplifikasi (menjadi corong) program yang didengung-dengungkan oleh Amerika," tandasnya.
 
Terakhir Riyan menekankan, pentingnya melakukan evaluasi total terhadap kinerja BNPT maupun Densus 88 agar jangan sampai isu terorisme, radikalisme ini menyasar umat Islam dan umat Islam menjadi korban, termasuk masjid maupun pesantren.
 
“Umat Islam tidak boleh diam, harus kritis dan menolak dengan tegas usulan ketua  BNPT ini,” pungkasnya.[] Muhar

Kamis, 31 Agustus 2023

Amerika dan Cina Punya Kepentingan di Pilpres 2024?

Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menduga Amerika dan Cina punya kepentingan di pemilihan presiden (pilpres) 2024.
 
“Sejumlah pengamat menilai Amerika Serikat dan Cina punya kepentingan dalam pilpres 2024 di Indonesia. Dugaan seperti itu sulit dibuktikan tapi bisa dirasakan banyak orang,” tuturnya dalam video: Asing  ‘Bermain’ di Pilpres 2024? Melalui kanal Justice Monitor, Selasa (29/8/2023).
 
Amerika dan Cina butuh Indonesia itu clear, ucapnya, karena keduanya berkepentingan menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis.  “Hal itu wajar karena Indonesia negara besar dan kekayaan alamnya melimpah. Posisi strategisnya luar biasa. Maka kedua negara itu dinilai sangat bergantung  pada Indonesia,” ulasnya.
 
Agung menegaskan, sebagian pengamat menilai, dua periode Jokowi berkuasa, hubungan Indonesia dengan Cina akrab.
 
“Sebagian menilai hubungan presiden Cina Xi Jinping dengan Presiden Jokowi ini seperti adik dan kakak. Wajar bila rujukan ekonomi Indonesia di era pemerintahan Jokowi adalah Cina bukan Amerika Serikat. Amerika Serikat belum tentu senang  dengan hubungan ini, sehingga tidak menutup kemungkinan  akan berupaya merebut kembali pengaruhnya di pilpres 2024,” duganya.
 
Pengaruh negara-negara kapitalis, sebutnya,  sesuatu yang tidak dapat dihindari buat Indonesia, baik langsung atau tidak. “Indonesia merupakan negara dengan sumber daya ekonomi yang besar, posisi yang strategis, sehingga negara lain terutama yang memiliki kekuatan besar di dunia, akan punya kepentingan terhadap pilpres di Indonesia.  Termasuk Amerika dan Cina di dalamnya,” argumennya.
 
Agung melanjutkan, untuk itu dua negara itu jelas  ikut serta dalam upaya memupuk harapan agar tokoh yang menguntungkan mereka  bisa memenangi  pilpres.
 
“Amerika Serikat sebagai pemegang hegemoni internasional tidak ingin bila Cina dan Inggris  mengganggu kepentingannya di kawasan ASEAN termasuk di  Indonesia,” lugasnya.
 
*Terlibat Aktif*
 
Agung berharap, umat  terlibat aktif menolak intervensi asing, dan berupaya mewujudkan pemimpin yang  melayani umat untuk membela Islam.
“Umat juga harus menangkal dan melawan seluruh skenario busuk negara-negara kapitalis baik dari barat maupun timur, baik dari Amerika Serikat, Inggris, Eropa maupun Cina,” imbuhnya.
 
Agung mengatakan, umat memerlukan kepemimpinan mandiri, berdaulat. Dan itu hanya bisa diwujudkan apabila umat lepas dari kepentingan Amerika maupun Cina.
 
“Itu bisa lurus tegak hanya jika kita serius menegakkan syariah Islam secara kafah. Di sinilah pentingnya khilafah hadir dan tegak. Indonesia  termasuk salah satu yang potensial untuk tegaknya khilafah,”  pungkasnya.[] *Irianti Aminatun*

Rabu, 16 Agustus 2023

Pengamat: Amerika Itu Negara Imperialis

Tinta Media - Pengamat politik internasional Budi Mulyana menegaskan bahwa Amerika itu negara imperialis.
 
“Amerika itu negara imperialis.  Sebagai negara imperialis, Amerika akan melakukan penjajahan  walaupun dengan gaya baru,” ungkapnya di Kabar Petang: Di Balik Pertemuan Luhut-Blinken, melalui kanal  Youtube Khilafah News, Ahad (13/8/2023).
 
Ia menyontohkan penjajahan gaya baru itu, semisal penjajahan ekonomi melalui bantuan luar negeri atau dengan organisasi-organisasi internasional sehingga bisa memaksakan regulasi internasional terhadap berbagai negara.
 
“Penjajahan itu metode baku yang diimplementasikan dalam politik luar negeri Amerika Serikat,” imbuhnya.
 
Budi lalu memaparkan dua  poin agar umat tidak terjebak dalam skenario dan keinginan Amerika.
 
“Pertama,  penting bagi umat memahami peta konstelasi internasional, memahami siapa Amerika Serikat, siapa negara adidaya, bagaimana kiprah mereka dalam konstelasi internasional ,” terangnya.
 
Kedua, sebutnya,  umat juga harus faham bahwa umat Islam diperintahkan oleh Allah untuk menjadi umat yang  turut berkiprah  dalam konstelasi internasional. 
 
“Kita bukan umat yang menjadi objek bagi negara-negara adidaya tapi kita juga harus menjadi subjek karena kita diperintahkan untuk menyebarluaskan Islam menjadikan Islam rahmatan lil ‘alamin,” imbuhnya.
 
Ini menjadi tugas bagi umat Islam  untuk membawa leverage politik Islam ke level Global, level internasional. “Ini yang saat ini menjadi PR karena belum ada negeri-negeri muslim yang bisa mengemban amanah semacam itu,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun.

Sabtu, 08 Juli 2023

Pengamat: Amerika Gunakan Tentara Bayaran untuk Menghindar dari Hukum Internasional

Tinta Media - Pengamat Politik Internasional Farid Wadjdi, mengatakan, Amerika menggunakan tentara bayaran untuk menghindar dari hukum-hukum Internasional.

"Jadi ini adalah merupakan bagian dari kejahatan kapitalisme menggunakan tentara bayaran untuk menghindar dari hukum-hukum internasional," tuturnya dalam Kabar Petang: Kudeta Wagner Sandiwara? Di kanal Youtube Khilafah News, Jumat (30/6/2023).

Menurutnya, tentara bayaran ini sering melakukan tindakan-tindakan keji untuk menghindar dari tuntutan kejahatan kriminal yang dilakukan oleh negara Amerika.

“Salah satu tentara bayaran Amerika yang sangat terkenal itu adalah Blackwater Worldwide. Blackwater Worldwide ini digunakan oleh Amerika untuk membantu tentaranya melakukan tindakan-tindakan kejahatan Amerika seperti di Irak,” jelasnya.

Ia mengatakan, ada satu peristiwa, Blackwater Worldwide ini membantai 17 warga sipil Irak di daerah Nisour Square, Baghdad, terbunuh tanpa alasan. 

“Seperti penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan oleh CIA. Itu banyak dilakukan di luar wilayah Amerika, bahkan di negara-negara represif. Itu merupakan bonekanya Amerika,” ungkapnya.

Farid mengungkap, banyak tahanan-tahanan yang dituduh sebagai teroris. "Mereka itu disiksa, di penjara-penjara di Mesir, penjara-penjara di Suriah misalkan, termasuk penjara Guantanamo Bay. Penjara Guantanamo Bay ini adalah penyiksaan di luar batas hukum Amerika," jelasnya. 

Sehingga, menurutnya, kalau ada Presiden atau siapapun dari pihak resmi Amerika yang memutuskan kebijakan untuk melakukan penyiksaan-penyiksaan itu, kalau itu dilakukan di wilayah di luar wilayah teritorial Amerika seperti Penjara Guantanamo Bay, maka akan terhindar dari hukum. "Jadi ini potret kejahatan kapitalisme,” pungkasnya. [] Abi Bharain



Jumat, 09 Juni 2023

Ulama Aswaja Jatim: Hegemoni Dolar Amerika seperti Masa Fir'aun

Tinta Media - Ulama Aswaja Jawa Timur (Jatim) KH Lukman Harits mengatakan bahwa hegemoni (dominasi kekuasaan) Amerika saat ini seperti peristiwa pada masa Fir’aun.
 
"Hegemoni Amerika dengan basis mata uang dollarnya dapat diserupakan dengan kejadian pada masa rezim Fir’aun dan Nabi Musa As," ujarnya dalam acara Majelis Al-Buhuts Al-Islamiyah: Khilafah Mengakhiri Hegemoni Dollar dengan Dinar dan Dirham, yang diadakan oleh Forum Komunikasi Ulama (FKU) Aswaja Jawa Timur di Madura, Minggu (28 Mei 2023).

Menurutnya, kisah Fir'aun dan Nabi Musa AS selalu diulang-ulang dalam Al-Qur’an.  

"Ini berarti, bahwa peristiwa yang semisal dengan Fir’aun dan Nabi Musa AS akan berulang pula," ucapnya.

Kiai Lukman menjelaskan, Fir’aun selalu ada pada setiap zaman. "Ketika Abu Jahal tewas, Rasulullah SAW menyebutnya sebagai Fir’aun zaman ini," jelasnya.

Ia menegaskan, Fir’aun adalah kekuatan adidaya di masa itu. Memiliki kekuatan militer yang besar. "Siapa Fir’aun pada saat ini? Dia adalah Fir’aun Amerika Serikat," tegasnya.

Ia pun mengemukakan, musuh Fir'aun adalah Nabi Musa AS. "Di zaman Nabi Musa AS, ada Hamman yang selalu memback-up mendampingi Fir’aun. Saat ini bisa Perancis atau Inggris," tuturnya.

Ia menambahkan, ada Qorun yang seagama dengan Nabi Musa AS, tetapi berkhianat dan juga mendukung Fir’aun. "Ada juga Bal’am," lanjutnya.

"Yaitu ulama yang membela kezaliman. Ulama yang mendukung sistem yang zalim. Ulama yang bisa dibeli," imbuhnya.

Tinggal menurutnya, bagaimana saat ini menampilkan sosok-sosok yang seperti Nabi Musa AS dalam melawan kezaliman layaknya Fir’aun masa kini? 

Ia pun memungkasi, bahwa sistem yang hanya bisa melawan kezaliman hegemoni sistem Amerika Serikat hanyalah sistem khilafah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. 

"Dan inilah tugas ulama, untuk terus-menerus mendakwahkan sistem khilafah, warisan Rasulullah SAW," pungkasnya.[] Muhar

Senin, 24 April 2023

Pertarungan Politik Sudan di Bawah Kendali Amerika

Tinta Media - Pengamat Politik Internasional Ustadz Umar Syarifuddin menuturkan, Amerika mengontrol pertarungan politik yang terjadi di Sudan. 

"Dalam konteks lebih luas, Amerika mengontrol pertarungan politik di Sudan ke arena pertarungan sesama agen-agen Amerika agar bisa memaksa kekuatan yang pro kepada Eropa untuk mendekat kepada Hamidati. Antara al-Burhan dan Hamidati tidak masalah. Karena keduanya adalah agen Amerika," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (20/4/2023). 

Umar mengungkap, Amerika telah mengantarkan al-Burhan ke jabatannya saat ini melalui Hamidati. "Hubungan antara al-Burhan dan Hamidati sampai ke koalisi saat ini, setelah penggulingan Menteri Pertahanan Abdurrahman bin ‘Awf yang memegang kekuasaan. Koalisi keduanya menentang kekuatan sipil. Perselisihan itu diduga kuat adalah rekayasa Amerika," ujarnya. 

Menurutnya, yang dirugikan adalah seluruh tentara yang terlibat perang termasuk seluruh rakyat sipil Sudan. Yang diuntungkan tentu pihak asing yang mengatur ritme pertarungan. "Dan Sudan akan terus gelap dan terpuruk selama di situ ada agen-agen yang bekerja untuk kepentingan penjajah," bebernya. 

Ia menegaskan, tidak ada jalan bagi masyarakat kecuali menyingkirkan agen-agen itu dan tidak berjalan di belakang mereka atau mengikuti jalan mereka. "Sebaliknya, mereka harus mengikuti jalan orang-orang yang bertaubat, menyeru kepada Allah serta berjuang untuk melaksanakan hukum-Nya dan mempersatukan kaum Muslim dan membangkitkan umat," pungkasnya. [] Robby Vidiansyah Prasetio

Rabu, 01 Maret 2023

AMERIKA ADALAH JAGAL PALING JAHAT YANG BERLUMURAN DARAH UMAT ISLAM, TIDAK ADA SEDIKITPUN KEHORMATAN BERTEMU APALAGI BERSEKUTU DENGAN PENJAGAL


"Menjadi kehormatan bagi kami PKS bisa dikunjungi yang mulia Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Mister Kim, sebuah kehormatan yang tentu dari tadi diskusi dengan penuh kehangatan untuk bagaimana memajukan demokrasi, khususnya di Indonesia ini,"

[Ahmad Syaikhu, Presiden PKS, 15/2/2023]

Tinta Media - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Republik Indonesia, Sung Yong Kim, bertemu dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu. Dalam kesempatan itu, Dubes AS Sung Yong Kim ingin menunjukkan komitmennya terhadap demokrasi dan HAM.

Selain itu, dibahas soal pula soal hubungan antara AS dan Indonesia. Hubungan ekonomi antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Sejumlah pihak, menafsirkan kunjungan ini sebagai bentuk keberpihakan AS kepada Oposisi dan Anies Baswedan, dikaitkan dengan kedudukan PKS bersama NasDem dan Partai Demokrat yang mengusung Anies Baswedan sebagai Capres pada Pemilu 2024.

Pembacaan dukungan Amerika dan Barat ini, juga ditandai dari sejak Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta, yang diberi banyak panggung eksistensi global melalui sejumlah kunjungan di negara-negara Eropa. Kondisi ini, dianggap sebagai 'Manuver Cantik' untuk mengimbangi kekuatan rezim yang selama ini ditopang China.

Namun, kondisi ini sebenarnya malah sangat memilukan. Umat Islam sedang ada di dua persimpangan, setelah diterkam mulut singa akan diumpan dan ditelan mulut buaya.

Mengenai predikat 'yang mulia' dan rasa kehormatan PKS atas kunjungan Dubes Amerika ini, penulis ingin sampaikan kritik sebagai berikut:

Pertama, Amerika adalah jagal paling jahat dimuka bumi, yang tangannya berlumuran darah kaum muslimin. Jutaan nyawa umat Islam menjadi korban keganasan Amerika.

Kaum Muslimin di Irak, Afghanistan, Suriah, Libanon, Libya, hingga Palestina telah menjadi korban kekejian amerika. Saat Palestina dibombardir Israel, ketika Umat Islam di Palestina menjadi korban kekejian Israel, Amerika selalu pasang badan untuk Israel dengan mengulang-ulang mantera 'Israel memiliki hak untuk membela diri dari ancaman Palestina'.

Sebagai partai yang komitmen membela Palestina, bagaimana mungkin PKS sampai hati menerima 'Penjagal Amerika', bahkan memberikan pemuliaan dan rasa hormat pada sang jagal?

Padahal, dalam Islam hubungan dengan Daarul Kufur Muhariban Fi'lan seperti Amerika adalah hubungan jihad, hubungan perang. Umat Islam menang dan menyungkurkan Amerika atau Syahid di jalan Allah, seperti yang dilakukan oleh Saudara Muslim di Palestina yang berjihad melawan Israel. Bukan malah bercengkrama dengan penjagal.

Kedua, Demokrasi dan HAM adalah racun Amerika yang paling mematikan. Dengan Dalih demokrasi dan HAM inilah, kaum muslimin di  Irak, Afghanistan, Suriah, Libanon, Libya, hingga Palestina, dibantai Amerika.

Amerika pula, yang mengamputasi kemenangan FIS di Alzajair, Partai Refah di Turki hingga Hammas di Palestina. Demokrasi didesain Amerika untuk menjebak umat Islam kedalam lumpur sekulerisme.

Saat umat Islam menang via demokrasi, dan Amerika melihat itu membahayakan sekulerisme, maka Amerika segera mengamputasi kemenangan semu itu melalui kudeta militer seperti yang dialami Moersi di Mesir, mengamputasi kemenangan FIS di Alzajair, Partai Refah di Turki hingga Hammas di Palestina.

Jadi Demokrasi dan HAM adalah racun paling mematikan. Lalu, bagaimana mungkin kaum muslimin hendak menerima Demokrasi dan HAM bahkan memberikan pemuliaan dan kehormatan kepada Amerika, gembong penjahat global sang penjaja Demokrasi?

Ketiga, kalaupun Anies Baswedan yang didukung PKS menang Pilpres, kemudian mengubah haluan berkiblat ke Amerika dan meninggalkan China, ingatlah Amerika dan China sama-sama musuh umat Islam. Tidak ada sedikitpun kebajikan bersekutu dengan musuh Islam, baik China maupun Amerika.

Karena itu, wahai umat Islam segeralah memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada rabb semesta alam, mintalah dukungan dari Allah SWT dengan mentaati syariat-Nya, bukan berlindung kepada China maupun Amerika. Sesungguhnya, letak kehormatan dan kemuliaan kalian ada pada pembelaan kalian kepada agama ini, yang dahulu agama ini telah memuliakan Rasulullah, para sahabat dan para Khalifah setelahnya.

Teguhkan tekat, untuk hanya mengambil jalan Islam, bukan jalan demokrasi yang dijajakan Amerika. Fokuslah pada perjuangan penegakkan Khilafah, yang kedatangannya telah dijanjikan oleh Allah SWT dan dikabarkan oleh Rasulullah SAW.

ÙŠَٰٓØ£َÙŠُّÙ‡َا ٱلَّØ°ِينَ Ø¡َامَÙ†ُوا۟ ٱسْتَجِيبُوا۟ Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ ÙˆَÙ„ِلرَّسُولِ Ø¥ِØ°َا دَعَاكُÙ…ْ Ù„ِÙ…َا ÙŠُØ­ْÙŠِيكُÙ…ْ ۖ ÙˆَٱعْÙ„َÙ…ُÙˆٓا۟ Ø£َÙ†َّ ٱللَّÙ‡َ ÙŠَØ­ُولُ بَÙŠْÙ†َ ٱلْÙ…َرْØ¡ِ ÙˆَÙ‚َÙ„ْبِÙ‡ِÛ¦ ÙˆَØ£َÙ†َّÙ‡ُÛ¥ٓ Ø¥ِÙ„َÙŠْÙ‡ِ تُØ­ْØ´َرُونَ


"Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan."

[QS Al Anfal: 24].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

https://heylink.me/AK_Channel/

Rabu, 07 Desember 2022

Amerika Memiliki Kepentingan Politik terhadap Israel

Tinta Media - Amerika yang selalu mendukung Israel dinilai Hasbi Aswar dari Geopolitical Institute bukan karena Amerika cinta dengan Israel, namun karena Amerika memiliki kepentingan politik dan ideologis terhadap Israel.

“Kenapa Amerika mendukung Israel, itu kan di balik itu ada kepentingan-kepentingan politik dan ideologis. Bukan karena Amerika sayang sama Israel, cinta sama Israel, bukan. Tapi anak kepentingan politik di sana gitu,” ungkapnya dalam Kajian Politik Islam: Hasil Pemilu AS, Bagaimana Dunia Islam? Sabtu (3/12/2022) di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn.

Ia juga mengatakan bahwa banyak pakar-pakar Barat yang juga menyimpulkan hubungan politik antara Amerika dan Israel. Beberapa diantaranya adalah Profesor Merchemer dan Steven World yang menulis buku berjudul ‘Israel Lobby’. Namun tidak lama selang penulisan buku ini, salah satu diantara dua profesor tersebut dipecat dari jabatannya, dan ada pihak yang menyebutkan ada campur tangan pihak Israel dalam kasus pemecatan ini.

Karena, ia mengungkapkan, dalam buku itu diungkap banyak peran-peran Israel terhadap kebijakan Amerika Serikat. Di dalam buku itu juga dijelaskan apa yang membuat Amerika akhirnya selalu mendukung Israel. Yang ternyata disebabkan adanya kepentingan-kepentingan politik Amerika di sana.

“Obama misalnya pernah mengatakan bahwa ya, hubungan Amerika dan Israel adalah hubungan yang akan terus terjadi selama-lamanya gitu. Dukungan Amerika terhadap Israel adalah dukungan yang tidak akan berhenti selama-lamanya, pungkasnya.[] Wafi

Selasa, 06 Desember 2022

Hasbi Aswar: Siapapun Presidennya, Strategi Politik Amerika Akan Tetap Sama

Tinta Media - Hasbi Aswar dari Geopolitical Institute mengatakan, siapa pun presiden yang menjabat di Amerika, baik dari kelompok Republik ataupun Demokrat, strategi politik dan kepentingannya akan tetap sama.
 
“Terlepas dari dua karakter yang berbeda ini, sebenarnya strategi politik Amerika Serikat dan kepentingan Amerika Serikat tetap saja sama,” ujarnya dalam Kajian Politik Islam: Hasil Pemilu AS, Bagaimana Dunia Islam?Sabtu (3/12/2022) di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn.

Pada saat Joe Biden terpilih menjadi presiden, Hasbi mengatakan, ada yang mempertanyakan bagaimana kebijakan Amerika terhadap Cina. Apakah Amerika tetap akan komfrontatif terhadap Cina atau tidak? Karena di era Trump, perang dagang terjadi. Karena itu, Trump atau Amerika Serikat di masa itu terus menyerang Cina, misalnya dengan isu Uighur, pelanggaran HAM, pelanggaran dalam aspek perdagangan global, dan lain-lain.

“Ada pertanyaan, apakah dan ketika menjadi pemimpin karena dia tidak Demokrat kemudian dia akan lebih soft terhadap Cina? Ternyata tidak. Biden menjadi presiden tetap gaya konfrontatif Amerika terhadap Cina kurang lebih sama. Kenapa seperti itu? Ya, karena memang Cina dari sisi politik Amerika Serikat, dia sudah dianggap mengancam stabilitas atau mengancam status quo atau mengancam hegemoni politik Amerika Serikat,” bebernya.

Oleh karena itu, menurutnya, apapun yang mengancam hegemoni politik Amerika Serikat, siapapun presidennya pasti akan menganggap itu penting, terlepas ia berasal dari kubu Demokrat atau pun Republik. Maka, kebijakan Presiden Donald Trump untuk membendung Cina tetap dilanjutkan oleh Presiden Joe Biden, karena hal ini mengenai masa depan dominasi atau pun ancaman politik Amerika secara global.

 “Jadi, Amerika Serikat ketika melihat ada ancaman siapapun, mau Cina, dalam bahasa mereka radikalis, mau Rusia,  misalnya. Ketika ada ancaman, maka mereka pasti akan menghadapi ancaman itu dengan serius siapapun presidennya itu. Apakah dari Republik maupun Demokrat,” jelasnya.

 Jadi, ia pun menilai, ketika kelompok Demokrat ataupun Republik yang memimpin Amerika, perbedaannya sebatas gayanya atau cara ‘ngomongnya’ saja. Tapi, strategi politik Amerika Serikat tetap sama.
 
Amerika, tambahnya, tampak ingin menjaga supaya negara-negara kunci tidak lepas darinya. Strategi agar wilayah-wilayah kunci tidak lepas dari kontrol Amerika Serikat itu pasti akan terus dilakukan oleh siapapun pemimpin Amerika.

Ia melihat ada beberapa pangkalan latihan-latihan militer Amerika Serikat yang tersebar di seluruh dunia. Hal ini bisa menggambarkan betapa Amerika tidak ingin mengurangi sedikit pun dominasinya secara global. “Jadi ketika ada tantangan, ada ancaman, maka pasti akan dihadapi secara serius siapapun pemimpinnya,” terangnya

Tak Terkecuali Dunia Islam

Selain Cina, sambungnya, dunia Islam juga merupakan wilayah yang sangat strategis di Asia maupun di Timur Tengah. Oleh karena itu, dunia Islam tidak akan bisa terlepas dari hegemoni Amerika.

“Dunia Islam adalah wilayah yang sangat strategis. Timur Tengah misalnya, termasuk Asia Tenggara, termasuk wilayah Asia Tengah, Asia Selatan, Pakistan, Asia Tengah ada Afganistan misalnya, Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan, ada di Asia Barat ya, negara-negara Teluk misalnya, itu semua adalah negara wilayah strategis semuanya,” paparnya.

 Wilayah-wilayah tersebut, ia menyampaikan merupakan jalur perdagangan strategis, memiliki sumber daya alam yang sangat luar biasa banyak, pasar yang sangat besar, dan mempunyai sumber daya manusia yang sangat banyak. “Sehingga dunia Islam itu secara ‘taken for granted’ atau secara natural, secara sunnatullah tidak akan mungkin bisa lepas dari pantauan Amerika Serikat”, tuturnya.

Menurutnya, Amerika akan selalu menjaga wilayah ini untuk tetap dibawa kontrolnya. Sehingga tidak akan mungkin Amerika membiarkan ada rezim atau pemimpin yang membelot dan mencoba-coba melepaskan diri dari amerika. Apalagi membiarkan mereka menjauh dari kepentingan Amerika Serikat.

“Amerika Serikat akan selalu menjaga, berupaya untuk menjaga supaya rezim-rezim yang berkuasa di wilayah strategis ini tetap memimpin dan tidak merugikan kepentingan-kepentingan, strategi-strategi politik global Amerika, terlebih dunia Islam,” pungkasnya.[] Wafi

Hasbi Aswar: Politik Luar Negeri Amerika Berasas Kapitalis Liberal

Tinta Media - Hasbi Aswar dari Geopolitical Institute mengatakan bahwa seluruh kebijakan luar negeri Amerika pasti dibangun berasaskan ideologi kapitalis-liberal.  

“Politik luar negeri Amerika itu asasnya adalah asas ideologis, satu ideologi. Dan asas ideologis itulah yang kemudian mendesain atau yang menjadi asas dari kebijakan-kebijakan luar negeri yang lain atau style atau strategi kebijakan luar negerinya. Mereka ini adalah negara kapitalis-liberal,” ungkapnya dalam Kajian Politik Islam: Hasil Pemilu AS, Bagaimana Dunia Islam? Sabtu (3/12/2022) di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn.

Perusahaan-perusahaan besar, sebutnya, sangat mendominasi penentuan kebijakan dalam negara-negara kapitalis. “Sudah ada dalam banyak buku. Saya kira kita sudah bisa melihat, karya-karya tentang oligarki, bagaimana oligarki Amerika itu, atau bagaimana para kapitalis di Amerika itu mendominasi suara atau mendominasi perangkat kebijakan, proses pembuatan kebijakan, mereka itu sangat banyak sekali,” bebernya.

Apalagi, sambungnya, sebagai negara yang berideologi liberal-kapitalis, Amerika akan selalu menjaga kepentingan ideologis itu. Begitu juga akan selalu mengekspor Ideologi itu keluar, sekaligus menjaga dan memastikan dunia ini tetap dalam hegemoni sistem kapitalisme-liberal Amerika Serikat. “Sehingga siapa pun presidennya tidak akan bisa lepas dari itu,” yakinnya.

"Bahkan, Obama sekalipun atau ketika muslim yang menjadi presiden, misalnya. Ada satu waktu muslim jadi presiden, tidak akan bisa mengubah karakter itu. Karena ini bicara mengenai sebuah negara dan negara itu berjalan sesudah ideologinya," lanjutnya. 

Sehingga, presiden yang terpilih di Amerika Serikat itu pasti adalah presiden yang secara ideologis harus sejalan dengan negara Amerika.[] Wafi

Rabu, 23 November 2022

Jokowi Anggap Amerika dan Cina Sahabat, IJM: Ironis

Tinta Media - Merespon pernyataan Presiden Jokowi dalam wawancara dengan media ternama Inggris, The Economics yang menyebut Amerika dan Cina sebagai sahabat, Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnu Wardana mengatakan ironis.
 
“Pernyataan yang ironis dari seorang pemimpin apabila menjadikan negara imperialis seperti Amerika Serikat dan juga Cina sebagai sahabat,” ungkapnya dalam video: Salah Alamat Pak Jokowi Anggap AS dan Cina Sahabat,  Senin (21/11/2022) melalui kanal You Tube Indonesia Justice Monitor
 
Agung menuturkan, Amerika Serikat sebagai pemimpin peradaban kapitalisme saat ini menggunakan banyak strategi licik, menggunakan pemanfaatan antek-anteknya didukung oleh potensi finansial untuk membeli perlindungan, dan media massa untuk memasarkan demokrasi dan HAM.
 
“Mereka  mendandani kejahatan mereka,  memolesnya sehingga banyak orang tidak tahu dan memasarkannya kepada banyak kalangan termasuk di negeri kita,” sesalnya.
 
Agung mengatakan, Amerika tetaplah Amerika yang memiliki reputasi sebagai negara penjajah nomor wahid. Kejahatan Amerika atas warga dunia termasuk kaum muslim sudah tidak terhitung.
 
“Pasca perang dunia ke-2 saja Amerika telah menyerang lebih dari 100 negara. Coba anda bayangkan apakah model demikian patut untuk dijadikan sahabat,” tanyanya retoris.
 
Yang paling mutakhir, sambungnya, penyerangan sekaligus pendudukan Amerika di Afganistan dan Irak. Juga dukungan total Amerika atas pendudukan Palestina oleh Israel selama puluhan tahun.
 
“Jadi sama saja mereka arahnya tetap membuat kondisi dunia semakin tidak tertata.  Penjajahan tetap berlangsung,  eksploitasi sumber daya di berbagai negara terjadi untuk kepentingan mereka. Amerika selalu menampilkan wajah yang bengis kejam khususnya kepada kaum Muslim di negeri Islam, ”bebernya.
 
Agung mengatakan, hal ini wajar mengingat watak dasar dari ideologi yang diemban oleh Amerika itu memang bersifat imperialis, penjajahan. Bahkan penjajahan adalah pilar sekaligus metode baku ideologi ini.
 
“Ideologi kapitalisme metodenya adalah imperialisme, penjajahan dan arahnya adalah untuk mempertahankan eksistensinya sekaligus menyebarluaskan pengaruhnya ke seluruh penjuru dunia,” tandasnya.
 
Agung  lalu menegaskan selama kapitalisme global dan Amerika memimpin dunia jangan berharap dunia ini akan lepas dari berbagai krisis kekacauan dan imperialisme termasuk eksploitasi sumber daya ke negara-negara lain.
 
Cina
 
Menurut Agung, Cina juga tidak patut untuk dijadikan sahabat karena Cina merupakan bagian dari gelombang penjajahan kapitalisme dari Timur.
 
“Kapitalisme timur  itu sama dengan kapitalisme barat, caranya sama dengan utang,  tujuannya juga sama untuk menghisap sumber daya negeri ini,” bebernya.
 
Bahkan, ucap Agung, kapitalisme timur itu lebih menjajah. “Cina mensyaratkan bahannya, teknologinya dan segalanya dari Cina termasuk tenaga kerjanya.  Itu masih ditambah lagi dengan bunga utang,” tegasnya.
 
Masih menurut Agung, pemerintah Cina berkomitmen memberikan utang cukup besar. Utang itu untuk pembangunan infrastruktur nasional seperti pembangkit listrik, bandara, pelabuhan, kereta cepat dan juga kereta api ringan LRT ( light rail transit).
 
“Apa yang terjadi di Indonesia dengan utang dari Cina enggak mungkin terjadi kalau tidak ada pejabat atau penguasa yang pro pada Cina,” tukasnya.
 
Investasi Cina di Indonesia jelas Agung, tidak lepas dari strategi global Cina yang disebut sebagai Silk Road Economic Belt (sabuk  ekonomi jalur sutra di Asia)  dan  Century Maritime Silk Road (titik jalur sutra maritim). “Bila dicermati  CMSR ini akan menjadi strategi untuk menguasai jalur perdagangan laut yang salah satunya melalui Selat Malaka,” cetusnya.
 
Untuk itu, lanjutnya,  Cina berusaha menguasai pendanaan pembangunan infrastruktur di negeri ini yang arahnya adalah penguasaan perdagangan laut  membentang dari  Timur. Salah satu cek point yang sangat penting adalah Selat Malaka.
 
Agung lalu menekankan bahwa Amerika dan Cina keduanya adalah penjajah yang sama-sama menjerat bangsa ini dengan utang.
 
“Sama-sama akan menjerat melalui utang  pada Indonesia dan ujungnya nanti akhirnya sumber daya alam kita akan kita serahkan pada asing . Kemudian banyak infrastruktur yang dibangun untuk kepentingan mereka sementara rakyat hanya gigit jari dan menerima proses penjajahan itu,” kritiknya.
 
Menurut Agung, kekuatan negeri ini  tidak terletak pada penyerahan diri dan bersikap rendah diri pada kaum kapitalis barat dan timur. Tidak juga terletak pada kerjasama melalui utang dan investasi yang merugikan negeri ini.
 
“Jadi waktunya kita untuk membuang pengaruh rezim Amerika dan rezim Cina di negeri ini dan melepaskan ketakutan di hati rakyat Indonesia termasuk di hati para penguasanya. Waktunya Indonesia membangun dirinya sendiri mandiri sehingga suatu ketika akan menjadi adidaya dunia. Dan ideologi yang bisa melawan kapitalisme tidak lain ideologi Islam, ”pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 

Rabu, 16 November 2022

Pangeran Abdullah Dibui 30 Tahun, Pengamat: Ada Amerika di Belakang Penumpasan Elemen Kritis Arab Saudi

Tinta Media - Hukuman penjara 30 tahun terhadap Pangeran Arab Abdullah bin Faisal Al Saud oleh rezim Mohammed bin Salman (MbS) dinilai Pengamat Politik Internasional Umar Syarifuddin ada campur tangan Amerika.

 "Amerika berdiri di belakang operasi penumpasan elemen-elemen kritis negara tersebut, termasuk kepada para ulama yang kritis," tuturnya kepada Tinta Media, Senin (14/11/2022).

Ia menambahkan, Amerika mendukung dan mengarahkan operasi tersebut kepada orang - orang yang tidak diharapkan oleh Amerika, termasuk agen - agen Inggris atau mereka yang tidak ridha dengan apa yang terjadi dan dilakukan oleh raja dan putra mahkotanya.

"Rezim menggerakkan komisinya untuk melakukan berbagai penangkapan. Orang - orang penting dalam rezim, keluarga dan kerabat raja juga ditangkap. Penangkapan itu tidak ada hubungannya dengan korupsi maupun reformasi," jelasnya.

Umar mengatakan, dari konstelasi politik nasional Arab Saudi, tampak bahwa Amerika menemukan jalan untuk membersihkan lawan dengan berbagai tuduhan. Amerika mendorong Salman dan anaknya, Muhammad bin Salman untuk memuluskan pembersihan tersebut. Tak sulit bagi Amerika karena pejabat pemerintah baik yang dulu atau yang sekarang diduga terlibat dalam kasus korupsi, suap, nepotisme, makan harta publik, mengadakan proyek - proyek dengan memperdaya Undang - Undang, menzalimi publik serta memanfaatkan jabatan untuk meraih kesenangan pribadi dan orang - orang sekitar. 

"Kerusakan yang lebih besar, mereka tidak menerapkan syariat Allah malah sebaliknya mengikuti hukum negara - negara imperialis," pungkasnya.[] Yupi UN

Sabtu, 29 Oktober 2022

SCO Dijadikan Rusia Alat Bendung Hegemoni Amerika di Level Global?

Tinta Media - Pembentukan Shanghai Cooperation Organization (SCO) dinilai Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana tidak sekedar dijadikan alat oleh Rusia untuk menjaga hegemoni kawasan, tetapi juga membendung pengaruh global Amerika Serikat.

"Jadi tidak sekedar dijadikan alat oleh Rusia untuk menjaga hegemoni kawasan, tapi juga berikutnya adalah bagaimana membendung pengaruh global Amerika Serikat," tuturnya dalam acara Kabar Petang : Blok Beijing-Moskow Ubah Konstelasi  Politik Dunia, Rabu (21/09/2022) di kanal Youtube Khilafah News. 

Menurutnya, selain bersama Cina, Rusia juga belakangan menggandeng India dan juga Iran yang sama-sama dalam kacamata Amerika ini menjadi pesaing di level global.

"Jadi, saya melihatnya memang, walaupun ini masih terlalu dini dianggap sebagai saingan Amerika di level global, tapi tanda-tandanya atau indikasinya bisa mengarah ke sana," ujarnya.

Sementara itu, terkait dengan Taiwan dalam hubungannya dengan Rusia dan Cina, ia melihat bahwa Taiwan adalah pihak yang tersingkir pasca kekalahan di revolusi budaya Cina. Sehingga, lanjutnya, kemudian China dikuasai oleh rezim komunis dan rezim nasionalis republik atau yang kita kenal dengan Taiwan ini. 

"Dia (Taiwan) tersingkir ke Pulau Formusa, dan karena memang secara ideologis, Taiwan ini sama dengan Amerika Serikat, maka kemudian Taiwan ini menjadi perpanjangan tangan dari Amerika Serikat di Asia Timur," terangnya. 

Budi menilai, sangat dimaklumi ketika statement-statement Taiwan merespon terhadap Cina atau merespon terhadap galang kekuatan Cina dengan Rusia itu menjadi perpanjangan tangan dari respon terhadap Amerika Serikat itu.

"Karena memang, selain dari dia adalah sekutunya, tentu Taiwan juga wajar merasa khawatir menguatnya hubungan Rusia dengan Cina ini akan mengancam posisi Taiwan walaupun memang sempat eskalasi meningkat. Tetapi kita lihat bahwa Cina menghitung banyak hal untuk melakukan semcam invasi seperti yang Rusia lakukan terhadap Ukraina," paparnya.

Perlu Dilawan

Menurutnya, unilateral Amerika itu perlu dilawan, namun secara kapabilitas negara memang tidak mungkin dilawan oleh satu negara.

"Kalau dulu pada masa perang dingin kan bisa vis to vis Amerika berhadapan dengan Uni Soviet, pasca runtuhnya Uni Soviet tentu kekuatan Rusia itu jauh lebih lemah dibandingkan Uni Soviet sebelumnya. Makanya kemudian perlu ada kekuatan bersama. Menggalang kekuatan bersama," ujarnya.

Budi memandang menjadikan kekuatan bersama melawan hegemoni Amerika itu bukan perkara yang mudah, karena secara ideologis atau secara kepentingan politik Rusia dengan China itu beda. Walaupun keduanya sama-sama negara komunis dulu. 

"Tapi ya.., masing-masing punya kepentingan politik yang berbeda terhadap Amerika Serikat," imbuhnya.

Menurutnya, apalagi ketika menggabungkan India yang juga punya konflik dengan Cina di beberapa sisi. Kemudian juga ada Pakistan dan juga Iran di sana. 

"Memang ini kekuatan-kekuatan potensial, kalau menyatu bisa menghadapi Amerila  menjadi kekuatan yang sepadanlah setidaknya begitu," ungkapnya.

Tetapi, lanjutnya, masing-masing negara tadi, India, Cina, Rusia, dan Pakistan, dan Iran itu, punya kepentingan nasional yang berbeda-beda, dan perlu waktu yang banyak untuk menyamakan kepentingan untuk digunakan menghadapi Amerika Serikat.

"Bahkan bisa sebaliknya, justru Amerika Serikat memanfaatkan negara tadi karena memang Amerika juga membuka hubungan baik, misalkan dengan Pakistan, dengan India juga. Bahkan kadang Amerika juga memanfaatkan perbedaan antara Rusia dengan Cina ini untuk mengadu domba kedua negara itu untuk melemahkan salah satu," urainya.

Jadi, sambung Budi, "Ya, ada upaya ke arah sana untuk membendung kekuatan global Amerika, tapi butuh banyak waktu untuk bisa membuktikan soliditas SCO ini," pungkasnya.
[] 'Aziimatul Azka
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab