Tinta Media: Amal
Tampilkan postingan dengan label Amal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Amal. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 April 2024

Lakukan Amal yang Terbaik dan Berkualitas

Tinta Media - Sobat. Setiap orang yang islamnya bagus dan mencapai hakikat  akan fokus pada sesuatu yang bermanfaat dan berpaling dari sesuatu yang sia-sia. Menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak berguna sama dengan orang-orang yang sibuk menganggur lagi kacau.

Sobat. Orang yang terhalang dari ridha Tuhannya adalah orang yang tidak mau mengerjakan perintah, tapi justru sibuk dengan sesuatu yang tidak diperintahkan. Itulah keterhalangan yang sebenarnya, kemurkaan yang sesungguhnya dan keterusiran yang sejati dari hadrah-Nya.
Rasulullah SAW bersabda, “Di antara tanda bagusnya Islam seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya” (HR at-Tirmidzi).

Sobat. Oleh karena itu Laksanakan perintah dan berhentilah dari larangan, terimalah berbagai ujian, lalu serahkan dirimu ke tangan takdir, tanpa bertanya kenapa dan bagaimana? Pandangan Allah SWT terhadapmu beserta pengetahuan-Nya tentang dirimu, lebih baik daripada pandanganmu terhadap dirimu beserta kebodohanmu tentang Tuhanmu. Qanaahlah dengan pemberian-Nya, sibukkan diri untuk bersyukur pada-Nya, dan jangan meminta tambahan dari-Nya, sebab engkau tidak tahu seperti apa pilihan-Nya.


ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” ( QS. Al-Mulk (67) : 2 ).

Sobat. Dalam ayat ini diterangkan bahwa Tuhan yang memegang kekuasaan kerajaan dunia dan kerajaan akhirat serta menguasai segala sesuatunya itu, adalah Tuhan yang menciptakan kematian dan kehidupan. Hanya Dia yang menentukan saat kematian setiap makhluk. Jika saat kematian itu telah tiba, tidak ada suatu apa pun yang dapat mempercepat atau memperlambatnya barang sekejap pun. Demikian pula keadaan makhluk yang akan mati, tidak ada suatu apa pun yang dapat mengubahnya dari yang telah ditentukan-Nya. Allah berfirman:

Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (al-Munafiqun/63: 11)


Tidak seorang pun manusia atau makhluk hidup lain yang dapat menghindarkan diri dari kematian yang telah ditetapkan Allah, sebagaimana firman-Nya:

Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. (an-Nisa'/4: 78)

Sobat. Demikian pula dinyatakan bahwa Allah yang menciptakan kehidupan. Maksudnya ialah bahwa Dialah yang menghidupkan seluruh makhluk hidup yang ada di alam ini. Dialah yang menyediakan segala kebutuhan hidupnya dan Dia pula yang memberikan kemungkinan kelangsungan jenis makhluk hidup itu, sehingga tidak terancam kepunahan. Kemudian Dia pula yang menetapkan lama kehidupan suatu makhluk dan menetapkan keadaan kehidupan seluruh makhluk. Dalam pada itu, Allah pun menentukan sampai kapan kelangsungan hidup suatu makhluk, sehingga bila waktu yang ditentukan-Nya itu telah berakhir, musnahlah jenis makhluk itu sebagaimana yang dialami oleh jenis-jenis hewan purba.


Sobat. Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah menciptakan kematian dan kehidupan adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang beriman dan beramal saleh dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad dan siapa pula yang mengingkarinya. Dari ayat di atas dipahami bahwa dengan menciptakan kehidupan itu, Allah memberi kesempatan yang sangat luas kepada manusia untuk memilih mana yang baik menurut dirinya. Apakah ia akan mengikuti hawa nafsunya, atau ia akan mengikuti petunjuk, hukum, dan ketentuan Allah sebagai penguasa alam semesta ini. Seandainya manusia ditimpa azab yang pedih di akhirat nanti, maka azab itu pada hakikatnya ditimpakan atas kehendak diri mereka sendiri. Begitu juga jika mereka memperoleh kebahagiaan, maka kebahagiaan itu datang karena kehendak diri mereka sendiri sewaktu hidup di dunia.

Sobat. Berdasarkan ujian itu pula ditetapkan derajat dan martabat seorang manusia di sisi Allah. Semakin kuat iman seseorang semakin banyak amal saleh yang dikerjakannya. Semakin ia tunduk dan patuh mengikuti hukum dan peraturan Allah, semakin tinggi pula derajat dan martabat yang diperolehnya di sisi Allah. Sebaliknya jika manusia tidak beriman kepada-Nya, tidak mengerjakan amal saleh dan tidak taat kepada-Nya, ia akan memperoleh tempat yang paling hina di akhirat.

Sobat. Kehidupan duniawi adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang selalu menggunakan akal dan pikirannya memahami agama Allah, dan memilih mana perbuatan yang paling baik dikerjakannya, sehingga perbuatannya itu diridai Allah. Juga untuk mengetahui siapa yang tabah dan tahan mengekang diri dari mengerjakan larangan-larangan Allah dan siapa pula yang paling taat kepada-Nya.

Sobat. Ayat ini mendorong dan menganjurkan agar manusia selalu waspada dalam hidupnya. Hendaklah mereka selalu memeriksa hati mereka apakah ia benar-benar seorang yang beriman, dan juga memeriksa segala yang akan mereka perbuat, apakah telah sesuai dengan yang diperintahkan Allah atau tidak, dan apakah yang akan mereka perbuat itu larangan Allah atau bukan. Jika perbuatan itu telah sesuai dengan perintah Allah, bahkan termasuk perbuatan yang diridai-Nya, hendaklah segera mengerjakannya. Sebaliknya jika perbuatan itu termasuk larangan Allah, maka jangan sekali-kali melaksanakannya.

Sobat. Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia Mahaperkasa, tidak ada satu makhluk pun yang dapat menghalangi kehendak-Nya jika Ia hendak melakukan sesuatu, seperti hendak memberi pahala orang-orang yang beriman dan beramal saleh atau hendak mengazab orang yang durhaka kepada-Nya. Dia Maha Pengampun kepada hamba-hamba-Nya yang mau bertobat kepada-Nya dengan menyesali perbuatan dosa yang telah dikerjakannya, berjanji tidak akan melakukan dosa itu lagi serta berjanji pula tidak akan melakukan dosa-dosa yang lain.

Sobat. Pada ayat ini, Allah menyebut secara bergandengan dua macam di antara sifat-sifat-Nya, yaitu sifat Mahaperkasa dan Maha Pengampun, seakan-akan kedua sifat ini adalah sifat yang berlawanan. Sifat Mahaperkasa memberi pengertian memberi kabar yang menakut-nakuti, sedang sifat Maha Pengampun memberi pengertian adanya harapan bagi setiap orang yang mengerjakan perbuatan dosa, jika ia bertobat. Hal ini menunjukkan bahwa Allah yang berhak disembah itu benar-benar dapat memaksakan kehendak-Nya kepada siapa pun, tidak ada yang dapat menghalanginya. Dia mengetahui segala sesuatu, sehingga dapat memberikan balasan yang tepat kepada setiap hamba-Nya, baik berupa pahala maupun siksa. Dengan pengetahuan itu pula, Dia dapat membedakan antara orang yang taat dan durhaka kepada-Nya, sehingga tidak ada kemungkinan sedikit pun seorang yang durhaka memperoleh pahala atau seorang yang taat dan patuh memperoleh siksa. Allah tidak pernah keliru dalam memberikan pembalasan.

Firman Allah lainnya yang menyebut secara bergandengan kabar peringatan dan pengharapan itu ialah


۞نَبِّئۡ عِبَادِيٓ أَنِّيٓ أَنَا ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ ٱلۡعَذَابُ ٱلۡأَلِيمُ

Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, dan sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. (al-Hijr/15: 49-50)

Sobat. Penduduk surga tidak pernah merasa letih dan lelah, karena mereka tidak lagi dibebani oleh berbagai usaha untuk melengkapi kebutuhan pokok yang mereka perlukan. Segala sesuatu yang mereka inginkan telah tersedia, tinggal memanfaatkan saja. Mereka tidak pernah merasa khawatir akan dipindahkan ke tempat yang tidak mereka senangi karena mereka kekal di dalam surga. Mereka akan terus merasakan kenikmatan dan kesenangan yang sudah tersedia.

Pada ayat yang lain Allah SWT melukiskan keadaan di dalam surga itu:

Yang dengan karunia-Nya menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga); di dalamnya kami tidak merasa lelah dan tidak pula merasa lesu." (Fathir/35: 35)

Hadis Nabi SAW menjelaskan keadaan surga:
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk memberi kabar gembira kepada Khadijah berupa rumah (yang akan ditempatinya) di surga yang terbuat dari bambu, tidak ada kesulitan di dalamnya, dan tidak ada pula kelelahan." (Riwayat a-Bukhari dan Muslim dari 'Abdullah bin Aufa)

Dari keterangan di atas, maka keadaan orang-orang beriman dalam surga itu dapat digambarkan sebagai berikut: orang-orang yang beriman berada dalam keadaan terhormat, bersih dari berbagai penyakit hati seperti rasa dengki, iri hati, marah, kecewa, dan sebangsanya, tidak pernah merasa lelah, sakit, dan lapar, selalu dalam keadaan senang dan gembira, saling bersilaturrahim, dan bersahabat dengan penduduk surga yang lain, dan mereka kekal di surga sehingga tidak perlu merasa khawatir akan dipindahkan ke tempat yang tidak disenangi.

Sobat. Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari Abdullah bin Zubair bahwa Rasulullah SAW menegur para sahabat yang tertawa ketika beliau lewat di hadapan mereka. Beliau berkata, "Apa yang menyebabkan kamu tertawa?." Maka turunlah ayat ini sebagai teguran kepada Nabi saw agar membiarkan mereka tertawa karena Allah Maha Pengampun di samping siksa-Nya yang sangat pedih.

Diriwayatkan pula oleh Abu Hatim dari Ali bin Abi Husain bahwa ayat ini diturunkan berhubungan dengan Abu Bakar dan Umar bin al-Khaththab, yang mana rasa dengki keduanya telah dicabut Allah dari dalam hatinya. Ketika ditanya orang, "Kedengkian apa?" Ali bin Abi Husain menjawab, "Kedengkian jahiliyah, yaitu sikap permusuhan antara Bani Tamim (Kabilah Abu Bakar) dan Bani Umayyah." Ketika Abu Bakar terserang penyakit pinggang, Ali memanaskan tangannya dan dengan tangannya ia memanaskan pinggang Abu Bakar, maka turunlah ayat ini.

Pada ayat ini, Allah SWT menjelaskan janji dan ancaman-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menyampaikan kepada hamba-hamba-Nya bahwa Dia bersedia menghapus segala dosa, jika seseorang telah bertobat dalam arti yang sebenarnya dan kembali menempuh jalan yang diridai-Nya. Allah tidak akan mengazab hamba-hamba-Nya yang bertobat.
Allah juga memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW agar menyampaikan kepada hamba-Nya bahwa azab-Nya akan menimpa orang yang durhaka dan berbuat maksiat dan tidak mau bertobat atau kembali ke jalan-Nya. Azab-Nya itu sangat pedih, dan tidak ada bandingannya di dunia ini.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Senin, 01 Januari 2024

Amal yang Lebih Baik dari Dunia Seisinya



Tinta Media - Sobat. Dalam beberapa hadis Nabi dijelaskan keutamaan satu ungkapan atau amalan  yang jika seseorang  mengamalkannya maka amalannya jauh lebih baik daripada dunia seisinya 

1. Kalimat tauhid  Laa ilaaha illallaah. Jika ditimbang di neraca timbangan, maka kalimat ini bisa lebih berat , lebih berharga, dan lebih berbobot daripada  timbangan langit, bumi dan seisinya. Kalimat tauhid adalah kunci surga, Setiap kunci mempunyai gerigi, sedangkan gigi tauhid itu sendiri adalah meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diharamkan dan melaksanakan kewajiban-kewajiban syariat. 

Allah SWT  berfirman : 

فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ  

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” ( QS. Muhammad (47) : 19 ) 

Sobat. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad, apabila ia telah yakin dan mengetahui pahala yang akan diperoleh oleh orang-orang yang beriman, serta azab yang akan diperoleh oleh orang-orang kafir di akhirat, untuk berpegang teguh kepada agama Allah yang dapat mendatangkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 

Beliau juga diperintahkan untuk memohon kepada Allah agar mengampuni dosa-dosanya dan dosa-dosa orang beriman, selalu berdoa dan berzikir kepada-Nya, dan jangan sekali-kali memberi kesempatan kepada setan untuk melaksanakan maksud buruknya kepada beliau. 

Sebuah hadis sahih mengatakan, Rasulullah SAW selalu berdoa: 

Wahai Allah, ampunilah kesalahanku, kebodohanku, dan perbuatanku yang berlebih-lebihan, dan dosaku yang lebih Engkau ketahui dari padaku. Wahai Allah, ampunilah dosa perkataanku yang tidak serius dan perkataanku yang sungguh-sungguh, kesalahanku, kesengajaanku, dan semua yang ada padaku." (Riwayat al-Bukhari dari Abu Musa al-Asy'ari) 

Rasulullah sering berdoa pada akhir salatnya, sebelum mengucapkan salam: 

Ya Allah, ampunilah dosaku yang terdahulu dan yang terkemudian, yang tersembunyi dan yang tampak, serta perbuatanku yang berlebihan dan dosaku yang Engkau lebih mengetahui dari padaku, Engkau Tuhanku, tak ada tuhan selain Engkau." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu 'Abbas) 

Hai manusia, bertobatlah kamu kepada Tuhanmu maka sesungguhnya aku pun mohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya setiap hari lebih dari tujuh puluh kali. (Riwayat Muslim) 

Abu Bakar as-shiddiq berkata, "Hendaklah kamu membaca, "La ilaha illallah dan istigfar." Bacalah keduanya berulang kali, maka sesungguhnya Iblis berkata, "Aku membinasakan manusia dengan perbuatan dosanya, dan mereka membinasakanku dengan membaca La ilaha illallah dan istigfar, maka ketika aku mengetahui yang demikian, mereka aku hancurkan dengan hawa nafsunya, mereka mengira mendapat petunjuk." (Riwayat Abu Ya'la). 

Dalam satu atsar diterangkan perkataan Iblis, "Demi keperkasaan dan keagungan-Mu, wahai Tuhan, aku senantiasa memperdaya mereka selama nyawa mereka dikandung badan." Lalu Allah berfirman, "Demi keperkasaan dan keagungan-Ku, Aku senantiasa mengampuni dosa mereka, selama mereka tetap memohon ampunan kepada-Ku." 

Selanjutnya Allah mendorong manusia melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan agar selalu berusaha untuk mencari rezeki dan kebahagiaan hidupnya. Allah berfirman, "Dia mengetahui segala usaha, perilaku, dan tindak-tanduk mereka di siang hari, begitu pula tempat mereka berada di malam hari. Oleh karena itu, bertakwa dan meminta ampunlah kepada-Nya." Dalam ayat lain, Allah berfirman:

Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya.) Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (Hud/11: 6)

Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (al-An'am/6: 60) 

2. Orang yang melaksanakan sholat dua rakaat sunnah sebelum shubuh maka pahalanya jauh lebih baik dari dunia seisinya. ( HR. Tirmidzi dan An-Nasaí ). 

3. Dua kalimat yang enteng diucapkan namun sangat disenangi Allah, dan jika ditimbang dalam timbangan amalan, akan sangat berat : Subhaanallah wabihamdih, Subhaanallah al-‘Azhim  ( HR Bukhari dan Muslim ) 

4. Membaca Subhaanallah walhamdulillah walaa  ilaaha illallah wallahu akbar, lebih baik dari hari ketika matahari yang muncul menyinari bumi ( HR Muslim dan Tirmidzi ) 

5. Pada saat mendapat wahyu berupa surat al-Fath , Nabi sangat bahagia dan mengatakan bahwa surat ini lebih aku sukai daripada hari ketika matahari bersinar. ( HR Muslim dan Tirmidzi ) 

Sobat. Dari penjelasan di atas nyatalah bahwa ketauhidan , keimanan, dan hal-hal yang ukhrawi atau berorientasi ukhrawi jauh lebih baik dan lebih berharga  daripada materi duniawi. Hal itu, karena materi duniawi bersifat sementara dan akan habis, sedangkan pahala akhirat akan kekal. 

Sobat. Orang cerdas adalah orang yang selalu memilih keabadian dan kelanggengan daripada yang bersifat  sementara dan akan habis. Orang yang bijak akan memilih nilai-nilai keabadian daripada yang bersifat  materi.

Sobat. Dengan melihat itu semua, Al-Qur’an sebagai kalamullah yang berisi tuntunan hidup dan pencerahan jauh lebih baik dan lebih besar anugerahnya daripada seluruh alam semesta. Semoga kita bisa menikmati kehadiran Al-Qur’an dalam kehidupan ini. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Rabu, 25 Oktober 2023

Amal Terbaik adalah yang Paling Ikhlas dan Paling Benar

Tinta Media - Pengasuh Kajian Bulanan Komunitas Muslimah Batam, Ustazah Nur Kasih, S.Ag. menjelaskan maksud amalan yang baik dalam Al-Qur'an surah Al Mulk ayat dua.

"Dalam Al-Qur'an surat Al-Mulk ayat dua dijelaskan bahwa amalan yang baik adalah amalan yang paling ikhlas dan paling benar," tuturnya saat mengawali kajian, Komunitas Muslimah Batam: Persembahan Amal Terbaik, Jumat (20/10/2023) di Batam.

Menurutnya, amal tidak akan diterima sampai amal itu ikhlas dan benar. "Ikhlas itu hanya untuk Allah. Benar yaitu jika sesuai dengan Sunnah," ungkapnya. 

Apabila amal dilakukan dengan ikhlas, namun tidak sesuai dengan ajaran Nabi SAW, amalan tersebut tidak akan diterima. "Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran Beliau SAW, namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan diterima. Sehingga bisa disimpulkan syarat diterimanya amal adalah ikhlas dan benar," terangnya. 

Selanjutnya, ia menjelaskan ciri-ciri orang yang ikhlas. "Ciri-ciri orang yang ikhlas, pertama adalah menjadikan Allah satu-satunya tujuan dalam menjalankan ketaatan. Kedua, membersihkan perbuatan dari mencari pandangan manusia. Ketiga, Membersihkan amalan dari setiap noda (penyakit hati)," terangnya.

Sehingga, ujarnya, ketika beramal tetapi tidak mendapat respon, atau bahkan direspon negatif oleh manusia, maka kita tidak mudah kecewa.

Buk Nur, sapaan akrabnya juga menyampaikan bahwa ulama salafush saleh ketika beramal bukan sekadar kualitas tetapi juga memberikan kuantitas terbaik. 

"Ulama salafush saleh mencontohkan bukan hanya beramal dengan memberikan kualitas terbaik tapi juga kuantitas terbaik," tukasnya.

Terakhir, ia menekankan bahwa agar amalan yang dilakukan tidak hilang atau terhapus harus menjauhi penyakit hati berupa riyq dan sum'ah.

"Nah, agar amal tidak terhapus, maka harus menjauhi riya dan sum'ah. Beramal sesuai tuntunan Rasulullah SAW adalah kewajiban dan jaminan keselamatan," pungkasnya.[] Retno

Selasa, 13 Desember 2022

Dunia Ladang Amal Shalih, Bekal Hidup setelah Mati

Tinta Media - Sobat. Berbekallah selagi di dunia karena engkau akan pergi. Bersegeralah karena kematian pasti akan tiba. Katakanlah kepada orang yang terpedaya dengan panjang umurnya dan yang tertipu dengan kekayaan dunia. Sadarlah, lihatlah dunia dengan mata hati, niscaya engkau temukan bahwa segala yang ada di dalamnya hanyalah titipan yang harus dikembalikan, harta dan keluarga hanyalah titipan, suatu hari titipan itu harus dikembalikan.

Sobat. Di dalam hadits dikatakan, “Berbahagialah orang yang menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan. Celakalah orang yang menjadi pembuka pintu keburukan dan penutup pintu kebaikan.”
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
“ Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” ( QS. An-Nahl (16) : 97 )

Sobat. Kemudian Allah SWT dalam ayat ini berjanji bahwa Allah SWT benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.

Rasulullah bersabda:
Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah. (Riwayat Ahmad)

Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.

Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.

Sobat. Orang yang beriman kepada Allah dan Ikhlas kepada-Nya adalah manusia yang paling baik hidupnya, paling nikmat batinnya, paling lapang dadanya, dan paling bahagia hatinya. Ini adalah surga yang cepat didapat atau yang bersifat segera, sebelum nanti masih mendapatkan surga abadi.

أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ لَهُمُ ٱلۡبُشۡرَىٰ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۚ لَا تَبۡدِيلَ لِكَلِمَٰتِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ  

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. ( QS. Yunus (10) : 62-64 )

Sobat. Di ayat ini, Allah mengarahkan perhatian kaum Muslimin agar mereka mempunyai kesadaran penuh, bahwa sesungguhnya wali-wali Allah, tidak akan merasakan kekhawatiran dan gundah hati.

Wali-wali Allah dalam ayat ini ialah orang-orang yang beriman dan bertakwa, sebagai sebutan bagi orang-orang yang membela agama Allah dan orang-orang yang menegakkan hukum-hukum-Nya di tengah-tengah masyarakat, dan sebagai lawan kata dari orang-orang yang memusuhi agama-Nya, seperti orang-orang musyrik dan orang kafir (lihat tafsir Surah al-Anam/6: 51-55).

Dikatakan tidak ada rasa takut bagi mereka, karena mereka yakin bahwa janji Allah pasti akan datang, dan pertolongan-Nya tentu akan tiba, serta petunjuk-Nya tentu membimbing mereka ke jalan yang lurus. Dan apabila ada bencana menimpa mereka, mereka tetap sabar menghadapi dan mengatasinya dengan penuh ketabahan dan tawakal kepada Allah. (lihat tafsir Surah al-Baqarah/2: 249).

Hati mereka tidak pula gundah, karena mereka telah meyakini dan rela bahwa segala sesuatu yang terjadi di bawah hukum-hukum Allah berada dalam genggaman-Nya. Mereka tidak gundah hati lantaran berpisah dengan dunia, dengan semua kenikmatan yang besar. Mereka tidak takut akan menerima azab Allah di hari pembalasan karena mereka dan seluruh sanubarinya telah dipasrahkan kepada kepentingan agama. Mereka tidak merasa kehilangan sesuatu apapun, karena telah mendapatkan petunjuk yang tak ternilai besarnya (lihat tafsir Surah al-Baqarah/2: 2 dan al-Anfal/8: 29).

Sobat. Allah menjelaskan bahwa mereka mendapat kabar gembira, yang mereka rasakan dalam kehidupan mereka di dunia dan di akhirat. Kabar gembira yang mereka dapati ini ialah kabar gembira yang telah dijanjikan Allah melalui Rasul-Nya. Di dunia, kabar gembira itu antara lain berbentuk kemenangan yang mereka peroleh dalam menegakkan kalimah Allah, kesuksesan hidup karena menempuh jalan yang benar, dan harapan yang diperoleh sebagai khalifah di dunia. Selama mereka tetap berpegang kepada hukum Allah dan membela kebenaran agama Allah, mereka akan mendapat husnul khatimah. Adapun kabar gembira yang akan mereka dapati di akhirat yaitu, selamat dari siksa kubur, dari sentuhan api neraka dan kekalnya mereka di dalam surga Adn (lihat tafsir Surah al-Anfal/8: 10).

Allah menegaskan bahwa tidak ada perubahan dari janji-janji Allah. Maksudnya bahwa kabar gembira yang telah dijanjikan Allah di dalam kitab-Nya dan ditetapkan oleh sabda Rasul-Nya, baik janji Allah yang mereka dapati di dunia dan yang akan mereka dapati di akhirat, tidak akan berubah karena hal itu adalah buah dari iman yang benar, yang mereka hayati dan dari takwa yang mereka jalankan.

Di akhir ayat ini Allah menyatakan bahwa apa yang mereka peroleh adalah kemenangan yang gilang gemilang yang tak ada tandingannya di dunia, yaitu kebahagiaan hidup di surga dan terlepas dari siksa neraka.
Allah SWT Berfirman :

۞لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلۡكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۧنَ وَءَاتَى ٱلۡمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِي ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلۡمُوفُونَ بِعَهۡدِهِمۡ إِذَا عَٰهَدُواْۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِي ٱلۡبَأۡسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلۡبَأۡسِۗ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ 

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” ( QS. Al-Baqarah (2) : 177 )

Sobat. Ayat ini bukan saja ditujukan kepada umat Yahudi dan Nasrani, tetapi mencakup juga semua umat yang menganut agama-agama yang diturunkan dari langit, termasuk umat Islam.

Pada ayat 177 al-Baqarah ini Allah menjelaskan kepada semua umat manusia, bahwa kebajikan itu bukanlah sekadar menghadapkan muka kepada suatu arah yang tertentu, baik ke arah timur maupun ke arah barat, tetapi kebajikan yang sebenarnya ialah beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, iman yang bersemayam di lubuk hati yang dapat menenteramkan jiwa, yang dapat menunjukkan kebenaran dan mencegah diri dari segala macam dorongan hawa nafsu dan kejahatan. Beriman kepada hari akhirat sebagai tujuan terakhir dari kehidupan dunia yang serba kurang dan fana. Beriman kepada malaikat yang di antara tugasnya menjadi perantara dan pembawa wahyu dari Allah kepada para nabi dan rasul. Beriman kepada semua kitab-kitab yang diturunkan Allah, baik Taurat, Injil maupun Al-Qur'an dan lain-lainnya, jangan seperti Ahli Kitab yang percaya pada sebagian kitab yang diturunkan Allah, tetapi tidak percaya kepada sebagian lainnya, atau percaya kepada sebagian ayat-ayat yang mereka sukai, tetapi tidak percaya kepada ayat-ayat yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Beriman kepada semua nabi tanpa membedakan antara seorang nabi dengan nabi yang lain.

Sobat. Iman tersebut harus disertai dan ditandai dengan amal perbuatan yang nyata, sebagaimana yang diuraikan dalam ayat ini, yaitu:

1. a. memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat yang membutuhkannya. Anggota keluarga yang mampu hendaklah lebih mengutamakan memberi nafkah kepada keluarga yang lebih dekat.
b. memberikan bantuan harta kepada anak-anak yatim dan orang-orang yang tidak berdaya. Mereka membutuhkan pertolongan dan bantuan untuk menyambung hidup dan meneruskan pendidikannya, sehingga mereka bisa hidup tenteram sebagai manusia yang bermanfaat dalam lingkungan masyarakatnya.
c. memberikan harta kepada musafir yang membutuhkan, sehingga mereka tidak terlantar dalam perjalanan dan terhindar dari pelbagai kesulitan.
d. memberikan harta kepada orang yang terpaksa meminta minta karena tidak ada jalan lain baginya untuk menutupi kebutuhannya.
e. memberikan harta untuk menghapus perbudakan, sehingga ia dapat memperoleh kemerdekaan dan kebebasan dirinya yang sudah hilang.

2. Mendirikan salat, artinya melaksanakannya pada waktunya dengan khusyuk lengkap dengan rukun-rukun dan syarat-syaratnya. 

3. Menunaikan zakat kepada yang berhak menerimanya sebagaimana yang tersebut dalam surah at-Taubah ayat 60. Di dalam Al-Qur'an apabila disebutkan perintah: "mendirikan salat", selalu pula diiringi dengan perintah: "menunaikan zakat", karena antara salat dan zakat terjalin hubungan yang sangat erat dalam melaksanakan ibadah dan kebajikan. Sebab salat pembersih jiwa sedang zakat pembersih harta. Mengeluarkan zakat bagi manusia memang sukar, karena zakat suatu pengeluaran harta sendiri yang sangat disayangi. Oleh karena itu apabila ada perintah salat, selalu diiringi dengan perintah zakat, karena kebajikan itu tidak cukup dengan jiwa saja tetapi harus pula disertai dengan harta. Oleh karena itulah, sesudah Nabi Muhammad saw wafat, para sahabat sepakat tentang wajib memerangi orang yang tidak mau menunaikan zakat hartanya.

4. Menepati janji bagi mereka yang telah mengadakan perjanjian. Segala macam janji yang telah dijanjikan wajib ditepati, baik janji kepada Allah seperti sumpah dan nazar dan sebagiannya, maupun janji kepada manusia, terkecuali janji yang bertentangan dengan hukum Allah (syariat Islam) seperti janji berbuat maksiat, maka tidak boleh (haram) dilakukan, hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah saw:

Tanda munafik ada tiga: yaitu apabila ia berkata, maka ia selalu berbohong, apabila ia berjanji, maka ia selalu tidak menepati janjinya, apabila ia dipercayai, maka ia selalu berkhianat. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a.).

5. Sabar dalam arti tabah, menahan diri dan berjuang dalam mengatasi kesempitan, yakni kesulitan hidup seperti krisis ekonomi; penderitaan, seperti penyakit atau cobaan ; dan dalam peperangan, yaitu ketika perang sedang berkecamuk. 

Mereka itulah orang-orang yang benar dalam arti sesuai dengan sikap, ucapan dan perbuatannya dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

( DR. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Minggu, 04 Desember 2022

Inilah Amal Besar untuk Meraih Surga Allah


Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Noval Tawang mengungkap amal besar yang dicari setiap muslim untuk meraih surga Allah.

"Ternyata amal besar yang dimaksud adalah amal dakwah dan jihad," tuturnya dalam One Minute Booster Extra: Jangan Menyia-nyiakan Amal Dakwah pada Selasa (29/11/2022) di kanal Youtube Muslimah Media Center. 


Bagi setiap muslim, katanya, pasti ingin beramal besar yang bisa menghantarkan dirinya pada surga tertinggi. Demikian juga  para pengemban dakwah pasti sangat menginginkannya.

“Sudah pasti setiap muslim ingin beramal besar agar bisa masuk surga. Apalagi para pengemban dakwah pasti juga akan senantiasa mencari tahu amal besar apa yang bisa mengantarkan mereka dengan mudah pada surga Allah SWT,” ungkapnya. 

Namun sayangnya, kata Ustazah Nawang, jihad belum bisa dilakukan pada hari ini karena belum ada penerapan hukum Islam serta seorang khalifah yang memiliki wewenang memberikan komando jihad. 

"Karena jihad belum bisa dilakukan, maka amal dakwah adalah kesempatan yang tidak boleh kita sia-siakan,” tegasnya.

“Dakwah yang kita kerjakan tentu bukan sembarang dakwah. Namun dakwah Islam kaffah yang akan mengantarkan pada diterapkannya hukum-hukum Islam secara Kaffah di bawah institusi Khilafah,” tambahnya.

 Ustazah Tawang melihat begitu istimewanya dakwah Islam kaffah ini bahkan hingga Allah menjadikan bersabar di dalam mengemban dakwah sebagai sabar yang paling utama. Apa yang ia sampaikan sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. yang dikutipnya dari terjemahan hadis riwayat Sunan at-Tirmidzi. 

“Jika seorang muslim berinteraksi dengan masyarakat, lalu ia bersabar dari perlakuan buruk masyarakat terhadapnya karena dia melakukan dakwah, hal itu adalah lebih baik daripada seorang muslim yang tidak mau berinteraksi dan tidak bersabar dari perlakuan buruk masyarakat.”

Ia menambahkan penjelasan Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulus as salam V/245 bahwa hadits tersebut menjelaskan keutamaan bagi orang yang berinteraksi atau berdakwah, menyeru masyarakat kepada kemakrufan, mencegah dari kemungkaran, dan memperbaiki sistem sosial mereka. Hal demikian itu lebih baik ketimbang orang yang menyendiri dan tidak mau bersabar di dalam berinteraksi. 

“Begitu pula dengan Al Hafiz Al munawi pernah mengatakan dalam bukunya Faidhul Qadir halaman 332 bahwa kesabaran yang paling besar adalah sabar berinteraksi dengan masyarakat dan menahan semua perlakuan buruk mereka,” tambahnya.

Ada ulama lain yaitu Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani yang juga menyampaikan terkait sabar ini. Ustazah Tawang mengutipnya dari kitab beliau yaitu kitab Fathul Bariy halaman 74. Dalam kitab tersebut, Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani berkata : “Orang sabar mendapat pahala lebih besar dari orang yang suka berinfak, karena kebaikan orang yang sabar dilipatgandakan menjadi 700 kebaikan.” 

 Ustazah Tawang memberi semangat kebaikan dengan berkata, “Berbahagialah jika perilaku atau respon masyarakat terhadap dakwah kita menuntut kita bersabar di dalam menghadapinya, sebab jika kita bersabar dan tetap menyampaikan kebenaran kepada mereka, maka pahala yang berlipat ganda akan menanti.”

Di akhir, ia menegaskan bahwa inilah keutamaan dakwah sehingga menyarakan agar para pengemban dakwah jangan berhenti beramal dakwah meskipun banyak sekali ujian berat menghadang mereka. 

“Semua ujian itu adalah hal yang alamiah bagi dakwah dan para penggembannya. Semoga para penggemban dakwah tetap bersabar di dalam melakukan amal dakwah hingga Allah memberikan kemenangan dan kita menjadi orang-orang yang menegakkan agama Allah. Allahumma Aamiin,” pungkasnya penuh harap.[] Erlina

Kamis, 24 November 2022

Isilah Waktu dengan Amal Sholeh

Tinta Media - Sobat. Waktu paling mulia yang digunakan manusia adalah waktu yang diisi dengan ketaatan kepada Allah. Siapa yang ingin menjaga waktunya, hendaklah ia menjadikan ucapannya sebagai dzikir dan diamnya sebagai tafakur; menjadikan pandangannya sebagai pelajaran dan menjadikan amalnya sebagai kebajikan.

Sobat. Ahli Hikmah mengatakan, “Apabila engkau melihat hatimu keras, maka perbanyaklah membaca kitab Allah dengan tadabbur dan tafakkur. Temanilah orang yang rajin berdzikir kepada Allah, dan bergaullah dengan orang-orang yang zuhud. Hendaklah engkau mengamalkan Sunnah dan meneladani jalan ( shirah ) hidup Rasulullah SAW dan para sahabatnya, semoga Allah meridhoi mereka semua.”
وَٱلۡعَصۡرِ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ  
“ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” ( QS. Al-ashr (103) : 1-3 )

Sobat. Dalam ayat 1 al-ashr ini, Allah bersumpah dengan masa yang terjadi di dalamnya bermacam-macam kejadian dan pengalaman yang menjadi bukti atas kekuasaan Allah yang mutlak, hikmah-Nya yang tinggi, dan Ilmu-Nya yang sangat luas. Perubahan-perubahan besar yang terjadi pada masa itu sendiri, seperti pergantian siang dengan malam yang terus-menerus, habisnya umur manusia, dan sebagainya merupakan tanda keagungan Allah.
Dalam ayat lain, Allah berfirman:
 
Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. (Fussilat/41: 37)

Apa yang dialami manusia dalam masa itu dari senang dan susah, miskin dan kaya, senggang dan sibuk, suka dan duka, dan lain-lain menunjukkan secara gamblang bahwa bagi alam semesta ini ada pencipta dan pengaturnya. Dialah Tuhan yang harus disembah dan hanya kepada-Nya kita memohon untuk menolak bahaya dan menarik manfaat. Adapun orang-orang kafir menghubungkan peristiwa-peristiwa tersebut hanya kepada suatu masa saja, sehingga mereka beranggapan bahwa bila ditimpa oleh sesuatu bencana, hal itu hanya kemauan alam saja. Allah menjelaskan bahwa masa (waktu) adalah salah satu makhluk-Nya dan di dalamnya terjadi bermacam-macam kejadian, kejahatan, dan kebaikan. Bila seseorang ditimpa musibah, hal itu merupakan akibat tindakannya. Masa (waktu) tidak campur tangan dengan terjadinya musibah itu.

Sobat. Dalam al-ashr ayat 2 , Allah mengungkapkan bahwa manusia sebagai makhluk Allah sungguh secara keseluruhan berada dalam kerugian bila tidak menggunakan waktu dengan baik atau dipakai untuk melakukan keburukan. Perbuatan buruk manusia merupakan sumber kecelakaan yang menjerumuskannya ke dalam kebinasaan. Dosa seseorang terhadap Tuhannya yang memberi nikmat tidak terkira kepadanya adalah suatu pelanggaran yang tidak ada bandingannya sehingga merugikan dirinya.

Sobat. Dalam ayat 3 al-Ashr ini, Allah menjelaskan bahwa jika manusia tidak mau hidupnya merugi, maka ia harus beriman kepada-Nya, melaksanakan ibadah sebagaimana yang diperintahkannya, berbuat baik untuk dirinya sendiri, dan berusaha menimbulkan manfaat kepada orang lain.

Di samping beriman dan beramal saleh, mereka harus saling nasihat-menasihati untuk menaati kebenaran dan tetap berlaku sabar, menjauhi perbuatan maksiat yang setiap orang cenderung kepadanya, karena dorongan hawa nafsunya.

Sobat. Hawa nafsu adalah pangkal segala bencana dan sumber kekejian. Ia adalah perbendaharaan Iblis dan tempat tinggal segala keburukan. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatnya selain Penciptanya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatannya.

۞وَمَآ أُبَرِّئُ نَفۡسِيٓۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٞ رَّحِيمٞ  
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” ( QS. Yusuf (12) : 53 )
Sobat. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Yusuf sebagai manusia mengakui bahwa setiap nafsu cenderung dan mudah disuruh untuk berbuat jahat kecuali jika diberi rahmat dan mendapat perlindungan dari Allah. Yusuf selamat dari godaan istri al-Aziz karena limpahan rahmat Allah dan perlindungan-Nya, meskipun sebagai manusia Yusuf juga tertarik pada istri al-Aziz sebagaimana perempuan itu tertarik kepadanya seperti diterangkan pada ayat 24:

Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. (Yusuf/12: 24)

Tetapi ada pendapat lain yang menyatakan bahwa ayat 53 ini menerang-kan pengakuan istri al-Aziz dengan terharu dan rasa penyesalan yang mendalam bahwa dia tidak dapat membersihkan dirinya dari kesalahan dan ketelanjuran. Dia juga mengakui bahwa memang dia yang hampir meng-khianati suaminya dengan merayu Yusuf ketika suaminya tidak di rumah. Untuk menjaga nama baik diri, suami, dan keluarganya, dia menganjurkan supaya Yusuf dipenjarakan, atau ditimpakan kepadanya siksaan yang pedih. Istri al-Aziz telah melakukan kesalahan ganda, yaitu berdusta dan menuduh orang yang jujur dan bersih serta menjebloskannya ke penjara.

Pada akhir ayat ini dijelaskan bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Sobat. Segeralah bertaubat sebelum pintu taubat tertutup dan sebelum lembaran catatan amal sebagai bekal dilipat. Segala amal yang menurutmu bermanfaat bagimu ketika masuk kubur kerjakanlah niscaya engkau akan berbahagia.

Sobat. Sahabat Nabi Ali Ra pernah berkata, “ Barangsiapa yang menghimpun enam perkara, maka ia tidak menyisakan satupun cara untuk meraih surge dan tidak menyisakan satupun cara untuk lari ari Neraka ( melainkan ia telah menempuhnya) yaitu : Orang yang mengenal Allah lalu menaati-Nya, mengenal syetan lalu mendurhakainya, mengenal kebenaran lalu mengikutinya, mengenal kebatilan lalu menjauhinya, mengenal dunia lalu menolaknya, mengenal akherat lalu mencarinya.”

Abdullah ibn Masúd berkata, “ Tak seorang pun menyongsong pagi melainkan ia adalah tamu. Hartanya hanyalah titipan. Seorang tamu kelak akan pulang, sedangkan titipan akan dikembalikan.

Lukman al hakim berkata kepada anaknya,” Hai Anakku, juallah duniamu dengan akheratmu, niscaya engkau akan meraih untung dengan mendapatkan kedua-duanya, jangan engkau jual akheratmu dengan duniamu, niscaya engkau akan rugi dan tidak mendapatkan kedua-duanya.”

Sobat. Taubat yang melepaskan atau menghentikan kebiasaan berbuat dosa, takut (khauf) yang menghilangkan keteperdayaan, dan harapan (raja’) yang membuka pintu-pintu kebaikan. Kemudian selalu merasa diawasi Allah (muraqabah) dalam segala ide yang terlintas di hati. 

(DR. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Rabu, 23 November 2022

Amal-amal yang Mendatangkan Kecintaan Allah

Sobat. Dikatakan bahwa di antara tanda-tanda taufik adalah masuknya amal kebajikan kepadamu tanpa sengaja, terpalingkannya atau terhindarnya engkau dari perbuatan maksiat, meskipun engkau mengupayakannya, terbukanya pintu permohonan perlindungan dan permohonan kebutuhan kepada Allah dalam setiap keadaan, diiringinya amal keburukan dengan amal kebaikan, merasa dosamu besar di dalamhatimu meskipun sebenarnya termasuk dosa kecil, memperbanyak dzikir kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya serta bertahmid dan beristighfar kepada-Nya.

Sobat. Berikut di antaranya faktor-faktor yang mendatangkan kecintaan Allah kepada hamba-Nya yang mukmin :

1. Membaca Al-Qurán dengan tadabbur dan memahami maknanya, serta maksud Allah darinya.

2. Beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya dan berbuat baik kepada hamba-hamba Allah. Allah SWT berfirman :

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” ( QS. Ali Imran (3) : 134 )
Sobat. Mereka adalah orang yang terus-menerus berinfak di jalan Allah, baik di waktu lapang, mempunyai kelebihan harta setelah kebutuhannya terpenuhi, maupun sempit, yaitu tidak memiliki kelebihan, dan orang-orang yang menahan amarahnya akibat faktor apa pun yang memancing kemarahan dan memaafkan kesalahan orang lain. 

Dan akan sangat terpuji orang yang mampu berbuat baik terhadap orang yang pernah berbuat salah atau jahat kepadanya, karena Allah mencintai, melimpahkan rahmat-Nya tiada henti kepada orang yang berbuat kebaikan. Pesan-pesan yang mirip dengan kandungan ayat ini disampaikan pula melalui Surah an-Nahl/16: 126; asy-Syura /42: 40 dan 43. 

Setelah Allah menjelaskan sikap penghuni surga ketika menghadapi orang lain, maka Dia menjelaskan sikap mereka terhadap diri sendiri. Mereka adalah orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji, yaitu dosa besar yang akibatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, pembunuhan, dan riba, atau menzalimi diri sendiri dalam bentuk pelanggaran apa pun yang akibatnya hanya pada pelaku saja, baik dosa tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak, maka segera mengingat Allah dan bertobat, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Sungguh Allah Maha Pengampun, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan setelah bertobat mereka tidak meneruskan atau mengulangi perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui dan menyadari akibat buruk dari perbuatan dosa dan menyadarkan mereka untuk segera bertobat.

3. Bertakwa kepada Allah SWT. Allah berfirman :

كَيۡفَ يَكُونُ لِلۡمُشۡرِكِينَ عَهۡدٌ عِندَ ٱللَّهِ وَعِندَ رَسُولِهِۦٓ إِلَّا ٱلَّذِينَ عَٰهَدتُّمۡ عِندَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۖ فَمَا ٱسۡتَقَٰمُواْ لَكُمۡ فَٱسۡتَقِيمُواْ لَهُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَّقِينَ 

“Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil haraam? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” ( QS. At-Taubah (9) : 7)

Sobat. Setelah ayat sebelumnya menjelaskan tentang pemutusan perjanjian dengan kaum musyrik Mekah juga Yahudi Bani Quraidhah dan seruan untuk memerangi mereka setelah lewat masa tenggang empat bulan, maka ayat ini menunjukkan alasan mengapa pemutusan perjanjian itu harus dilakukan. 

Bagaimana mungkin ada perjanjian yang dimuliakan di sisi Allah dan Rasul-Nya bagi orang-orang musyrik yang telah sedemikian meresapnya kemusyrikan tersebut sehingga mereka tidak merasa bersalah setiap kali merusak perjanjian? Jika demikian, perjanjian damai tidak boleh dilanjutkan lagi, kecuali dengan orang-orang musyrik yang kamu telah mengadakan perjanjian dengan mereka di dekat Masjidilharam, yakni dalam perjanjian Hudaibiyah, maka selama mereka berlaku jujur dengan tetap memegang perjanjian atau tidak khianat terhadapmu, hendaklah kamu berlaku jujur pula terhadap mereka. 

Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang bertakwa, yang memiliki sifat-sifat terpuji, antara lain dengan senantiasa jujur dan memegang perjanjian dengan siapa pun, bahkan dengan mereka yang berkhianat sekalipun. Ayat berikut ini memberikan alasan lain mengapa harus dilakukan pemutusan perjanjian dengan kaum musyrik. Bagaimana mungkin kamu tetap melakukan perjanjian damai dengan kaum musyrik Mekah yang jelas-jelas memusuhimu dan merusak perjanjian, padahal, di samping memusuhimu, mereka juga selalu menyembunyikan sikap khianat kepada kalian. 

Hal ini bisa dilihat dari sikap mereka. Jika mereka memperoleh kemenangan atas kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan denganmu dan tidak pula mengindahkan perjanjian. Di samping itu, ketika mereka masih lemah, mereka juga senantiasa menunjukkan sikap menipu dengan cara menyenangkan hatimu baik dengan mulut maupun sikapnya, sedang hatinya menolak. Demikian ini, karena kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik, yaitu mereka yang keluar dari ketaatan kepada Allah.

4. Senantiasa membersihkan hati mereka sehingga suci lahir dan batin. Allah berfirman:

لَا تَقُمۡ فِيهِ أَبَدٗاۚ لَّمَسۡجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقۡوَىٰ مِنۡ أَوَّلِ يَوۡمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِۚ فِيهِ رِجَالٞ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُواْۚ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُطَّهِّرِينَ  

“Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” ( QS. At-Taubah (9) : 108 )

Sobat. Karena masjid tersebut dibangun dengan niat jahat, maka Allah melarang Nabi Muhammad, janganlah engkau melaksanakan salat dan kegiatan apa pun di dalam masjid yang dibangun oleh orang-orang munafik itu untuk selama-lamanya. 

Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, yakni ketulusan semata-mata karena Allah, sejak hari pertama dimulai pembangunannya, adalah lebih pantas, yakni wajar engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin, yakni senang membersihkan diri, jasmani dengan cara berwudu maupun rohani dengan cara bertobat dari dosa dan maksiat. Allah menyukai, melimpahkan karunia-Nya kepada orang-orang yang bersih di manapun mereka berada. 

Setelah dijelaskan perbandingan masjid yang di bangun Rasulullah dengan masjid yang dibangun orang-orang munafik, lalu dijelaskan akhir riwayat kedua masjid tersebut dan orang-orang yang membangunnya. Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya atas dasar takwa kepada Allah dan keridaan-Nya itu yang lebih baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya atas dasar kedurhakaan kepada Allah, sehingga laksana mendirikan bangunan di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunan itu roboh bersama-sama dengan dia, pembangunnya masuk ke dalam neraka Jahanam? Allah tidak memberi petunjuk, tidak memberi bimbingan kepada orang-orang yang zalim, karena mereka tidak mau menerima petunjuk.

5. Meneladani dan mengikuti Nabi Muhammad SAW. Allah SWT Berfirman :
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS. Ali Imran (3) : 31)

Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mereka yang merasa mencintai Allah, Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, dengan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larang-an-Nya yang disyariatkan melalui aku, juga ditambah dengan melaksanakan sunahsunahku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. 

Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang terhadap siapa pun yang mengikuti perintah Rasul-Nya dan meninggalkan larangannya. Sebagai bukti kecintaan kepada Allah, maka katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mereka yang telah mencintai Allah, Taatilah Allah dan Rasul baik dalam perintah maupun larangan-Nya. Sebab, jika kalian berpaling dari menaati Allah dan Rasul-Nya sementara kalian mengaku telah mencintai-Nya, maka ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir, baik dari segi akidah maupun mereka yang bergelimang dalam kedurhakaan.

6. Selalu melakukan amal ketaatan kepada Allah, bersyukur kepada-Nya atas taufik-Nya. Karena itu ia selalu berdzikir kepada Allah siang dan malam, sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Akan tetapi kondisi ini tidak mudah diraih kecuali oleh orang yang mengosongkan hatinya dari hari esok dan segala apa yang akan terjadi esok hari, kosong dari dunia dan kesibukan-kesibukannya, perhiasan-perhiasannya serta segala hal yang terkait dengannya. Kecuali hal-hal yang dapat membantu dalam urusan akherat dan menunaikan hak-hak yang wajib ditunaikannya. 

Sobat. Taufik itu adalah jika seseorang menjadikan kematian itu berada di depan matanya setiap waktu. Ia tidak pernah lalai terhadap kematian selamanya. Di Pagi hari ia menganggap bahwa dirinya tidak akan mengalami petang, dan di waktu petang ia menganggap bahwa dirinya tidak akan mengalami pagi. 

Sobat. Waktu paling mulia yang digunakan manusia adalah waktu yang diisi dengan ketaatan kepada Allah. Siapa yang ingin menjaga waktunya, hendaklah ia menjadikan ucapannya sebagai dzikir dan diamnya sebagai tafakur ; menjadikan pandangannya sebagai pelajaran dan menjadikan amalnya sebagai kebajikan.

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan taufik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

(Dr. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Rabu, 13 Juli 2022

Menyembunyikan Amal Ibadah

Tinta Media - Hendaklah kita memiliki amal yang disembunyikan dan amal yang ditampakkan. 

Amal yang disembunyikan seperti amal ibadah mahdhah yang mengharuskan kekhusyuan antara hamba denga Rabbnya. 

Amal yang ditampakkan adalah amal yang berkaitan dengan syiar, seperti menyebarkan salam, shalat berjamaah, amar makruf nahi munkar dan menasihati penguasa. 

Ahli Hikmah mengatakan:

إخفاء العلم هلكة وإخفاء العمل نجاة
"Menyembunyikan ilmu adalah kehancuran, sedangkan menyembunyikan amal adalah keselamatan." (Ibnu Abdil Barr dalam Jami' Bayan al-Ilm wa Fadhlih).

Berkaitan dengan amal yang disembunyikan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka menyembunyikan amalnya." (HR. Muslim)

Az-Zubair bin Al ‘Awwam mengatakan, “Barangsiapa yang mampu menyembunyikan amalan shalihnya, maka lakukanlah.”

Ibrahim An Nakha’i mengatakan, “Kami tidak suka menampakkan amalan shalih yang seharusnya disembunyikan.”

Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan bahwa Abu Hazim berkata, “Sembunyikanlah amalan kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan amalan kejelekanmu.”

Hari ini kita ada di era digital yang semuanya serba nampak dan terdorong untuk ditampakkan. Semoga kita masih mawas diri. Masih mampu merawat rakaat-rakaat kecil di keheningan malam dan munajat saat berkhalwat dengan Allah, karena boleh jadi itu yang akan menyelamatkan kita nanti. 

Oleh: Ajengan Yuana Ryan Tresna
Mudir Ma'had Khadimus Sunnah Bandung 

https://t.me/yuanaryantresna
...

Rabu, 04 Mei 2022

Inilah Tips agar Amal Shalih Tetap Terjaga Setelah Ramadhan


Tinta Media  - Jurnalis Joko Prasetyo, yang akrab disapa Om Joy memberikan beberapa tips agar amal shalih tetap terjaga setelah Ramadhan.

"Meski pahala yang Allah SWT berikan di luar Ramadhan pahalanya kembali normal, amal shalih jangan dikendurkan. Berikut beberapa tipsnya agar amal shalih tetap terjaga. Semoga bermanfaat," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (4/5/2022).

Pertama, sadarilah, ibadah tidak hanya diwajibkan di bulan Ramadhan saja. "Kapan saja dan di mana saja, dari bangun tidur hingga tidur lagi, kita wajib beramal shalih. Inilah tugas utama kita di dunia sebagai makhluk. Allah SWT berfirman dalam TQS az-Zariyat ayat 56: Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. Bahkan kita diperintahkan untuk berlomba berbuat kebaikan setiap saat, bukan hanya pada bulan Ramadhan. Dalam TQS Al-Baqarah ayat 148, Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan," ujarnya.

Kedua, menjaga diri dari maksiat. "Selama Ramadhan kita mampu menahan diri dari makan, minum dan hubungan suami istri di siang hari. Karena, Allah melarangnya. Meski kehausan tidak mau menelan air wudhu. Makanan di dapur pun tidak disentuh padahal perut keroncongan dan sedang sendirian. Meski hanya berdua dengan istri di rumah, tidak melakukan hubungan padahal libido sedang memuncak. Mengapa? Karena kita sadar meski orang lain tidak tahu, Allah Maha Tahu, Maha Melihat dan Maha Mendengar," jelasnya.

Om Joy menegaskan, Kesadaran melanggar perintah Allah adalah maksiat. Itu harus tetap dijaga di luar Ramadhan juga karena di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya Allah tetap Mahatahu, Maha Melihat dan Maha Mendengar.

Ketiga, menjaga shalat fardhu berjamaah. "Jangankan shalat fardhu, shalat Tarawih yang hukumnya sunnah saja kita semangat melakukannya selama Ramadhan. Nah, di luar Ramadhan tidak ada Tarawih. Tugas jadi lebih ringan kan? Karena hanya shalat berjamaah fardhu saja," ungkapnya.

Keempat, kebiasaan bangun malam harus terus dibiasakan. "Di luar Ramadhan, kita sering tiba-tiba bangun di sepertiga malam terakhir atau satu jam menjelang adzan Shubuh karena tubuh sudah terbiasa dengan waktu makan sahur. Jangan sia-siakan kesempatan itu, gunakan untuk shalat Tahajjud, atau gunakan untuk sahur puasa sunnah. Puasa 6 hari Syawal, puasa Senin-Kamis, puasa Daud, atau puasa Ayyamul Bidh (puasa tiga hari di tengah bulan Hijriah)," bebernya.

Kelima, meneruskan kebiasaan tadarus Al-Qur’an. "Selama Ramadhan kita terbiasa tadarus hingga khatam satu, dua bahkan tiga kali. Di luar Ramadhan jangan tinggalkan kebiasaan tadarus meski baru khatam dalam tiga bulan, yang penting istiqamah," tegasnya.

Keenam, tetap rajin berwakaf. "Bagi Anda yang berwakaf di bulan Ramadhan, biasakan pula berwakaf di luar Ramadhan. Dan bagi yang Ramadhan lalu belum sempat berwakaf, sekaranglah kesempatannya untuk memulai kebiasaan baik ini. Karena pahalanya terus mengalir selama benda yang kita wakafkan digunakan meski kita sudah berpulang," pungkasnya.[] Willy Waliah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab