Guru Luthfi: Klaim Yahudi Beriman kepada Taurat dan Injil Hanya Kebohongan dan Dusta Belaka
Tinta Media - Pengasuh Majelis Baitul Qur’an, Tapin, Guru Luthfi menyatakan renungan dari Firman Allah SWT dalam Surat al-Baqarah ayat 91 bahwa klaim orang-orang Yahudi beriman kepada Taurat dan Injil saja adalah hanya kebohongan dan dusta belaka.
“ Ayat ini mengkritisi dan menghinakan orang-orang Yahudi yang mereka mengaku cukup beriman kepada Taurat dan Injil saja dan apa yang mereka klaim adalah hanya kebohongan dan dusta belaka,” tuturnya dalam Program Bulan Ramadhan Bersama al-Qur’an 1443 H-#12, Rabu (14/4/2022) di kanal Youtube Majelis Baitul Qur’an.
Menurutnya, jika orang-orang Yahudi betul-betul beriman kepada Taurat dan Injil, maka mereka akan mengimani al-Qur’an dan Rasulullah SAW.
“Jika mereka (orang-orang Yahudi) betul-betul beriman kepada Taurat dan Injil pasti mereka akan mengimani al-Qur’an dan Rasulullah SAW,” ujarnya.
Firman Allah SWT:
Wa idzā qīla lahum āminuu bimā anzalallāhu qālu nu ‘minu bimā unzila `alainā wa yakfuruuna bimā warā `ahuu wa huwal-haqqu mussaddiqal limā ma’ahum, qul fa lima taqtuluuna ambiyā `allaihi ming qablu ing kuntum mu’minīn.
Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kepada al-Qur’an yang diturunkan Allah,” mereka berkata: “Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”. Dan mereka kafir kepada al-Qur’an yang diturunkan sesudahnya, sedang al-Qur’an itu adalah kitab yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang beriman?” (TQS al-Baqarah, 2: 91).
Ia memaparkan penjelasan dari Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Firman Allah: Wa idzā qīla lahum.
“Dan apabila dikatakan kepada mereka”. Artinya Allah menunjuk orang-orang Yahudi dan semisal mereka dari kalangan Ahlul Kitab untuk beriman kepada Muhammad SAW.
“Firman Allah yang menyatakan apabila dikatakan kepada mereka. Mereka di sini adalah orang-orang Yahudi dan semisal mereka dari kalangan Ahlul Kitab, yakni beriman kepada Muhammad SAW; Benarkanlah ia oleh kalian dan ikutilah Rasul tersebut,” paparnya.
Kemudian ia pun menerangkan penjelasan dari Imam Asy’ari.
Firman Allah: Wa idzā qīla lahum āminuu bimā anzalallāhu. “Artinya dari ayat di atas itu, apabila Rasulullah SAW menyuruh mereka untuk beriman kepada Islam, beriman kepada al-Qur’an”. Lantas mereka menolaknya,” ucapnya.
Lalu ia meneruskan Firman Allah Ta ’ala: “Mereka berkata, kami hanya beriman atas apa yang diturunkan kepada kami.”
“Artinya menurut Imam Asy’ari, cukup bagi orang-orang Yahudi mengimani kepada yang diturunkan kepada mereka berupa Taurat dan Injil. Mereka tidak mengakui kecuali kitab demikian,” terangnya.
Selanjutnya, ia pun menuturkan pendapat dari Imam al-Qurthubi sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-far’u. Kalimat: wa yakfuruuna bimā warā `ahuu. Dan mereka kafir kepada al-Qur’an yang diturunkan sesudahnya. “Artinya mereka kafir kepada selainnya, selain Taurat dan Injil,” tuturnya.
Ia mengatakan Imam Muhammad Ali Ash Shabuni menjelaskan Firman Allah Ta`ala: “Dan mereka kafir kepada al-Qur’an yang diturunkan sesudahnya, sedang al-Qur’an itu adalah kitab yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka”.
“Artinya menurut Imam Muhammad Ali Ash Shabuni, mereka mengingkari al-Qur’an padahal Ia (al-Qur’an) adalah sesuatu yang hak, sama benarnya dengan Taurat yang sebelumnya diturunkan kepada nenek moyang mereka,” katanya.
Kemudian ia pun menambahkan penjelasan dari Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa hujjah telah tegak atas orang-orang Yahudi.
“Maka hujjah telah tegak atas mereka, jelas Imam Ibnu Katsir,” ujarnya.
Sebagaimana dalam Tafsir Surat al-Baqarah ayat ke 146. “Artinya: Orang yang telah Kami turunkan kepada mereka Alkitab yakni Yahudi dan Nasrani, mereka mengenal Muhammad itu seperti mengenal anak mereka sendiri”.
Ia mengungkapkan komentar atas ayat ini dari Imam al-Qurthubi bahwa Allah SWT menurunkan ayat ini untuk mengecam orang-orang Yahudi.
“Komentar Imam al-Qurthubi, yakni Itu disebabkan tidak boleh dikatakan kepada mereka, berimanlah kalian kepada apa yang telah Allah turunkan. Sementara mereka tidak memiliki sesuatu yang dapat memberikan petunjuk kepada mereka bahwa sesuatu itu diturunkan di sisi Allah SWT. Jika tidak maka itu merupakan taklif bagi mereka atas sesuatu yang tidak mampu mereka laksanakan. Tapi jika mereka mempunyai sesuatu yang dapat memberikan perunjuk kepada mereka bahwa sesuatu itu diturunkan dari sisi Allah SWT maka beriman kepada sesuatu itu merupakan hal yang wajib,” ungkapnya.
Dengan demikian, menurutnya, dapat ditetapkan bahwa iman kepada sebagian hal yang diturunkan Allah tapi tidak kepada sebagian yang lain merupakan sesuatu yang kontradiksi. “Maka dapat ditetapkan bahwa iman kepada sebagian hal yang diturunkan Allah tapi tidak kepada sebagian yang lain merupakan sesuatu yang kontradiksi,” ucapnya.
Ia pun menegaskan bahwa Allah kembali menguji keseriusan keimanan orang-orang Yahudi melalui ayat ini melalui penjelasan dari Imam Ibnu Katsir. Katakanlah: “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang beriman?”.
“Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa jika kalian mengaku benar-benar beriman kepada yang diturunkan kepada kalian. Mengapa kalian membunuh para nabi yang datang kepada kalian. Ia membenarkan Taurat yang ada pada kalian, berhukum dengannya dan tidak menghapusnya. Sedang kalian mengetahui akan kebenaran mereka,” jelasnya.
Ia pun mengakhirinya dengan meneruskan penjelasan dari Imam Ibnu Katsir terkait ayat tersebut. “Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kalian membunuh mereka (para nabi) dikarenakan kalian melampaui batas, keras kepala, dan sombong kepada utusan-utusan Allah. Tidaklah yang kalian ikuti itu melainkan hawa nafsu pendapat dan keinginan-keinginan kalian sendiri,” pungkasnya. [] Ageng Kartika