Tinta Media: Allah
Tampilkan postingan dengan label Allah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Allah. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 September 2024

Gempa, Teguran agar Manusia Kembali pada Aturan Allah



Tinta Media - Gempa bumi kembali mengguncang wilayah Kabupaten Bandung pada hari kamis (5/9/2024). Sebagaimana dijelaskan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika bahwa gempa terjadi sebanyak dua kali, yaitu pada pukul 14.16 WIB dan  kedua kalinya pukul 14.20 WIB dengan kekuatan 3,1 magnitudo.
Menurut analisa BMKG, gempa bumi tektonik berkekuatan 3,2 terjadi di darat pada jarak 21 km Tenggara Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada kedalaman 13 km.

Kepala BMKG Wilqyqh II Tangerang Hartanto mengungkapkan bahwa gempa yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif di wilayah setempat. Daerah yang terdampak yaitu Kecamatan Cimaung, Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Kertasari, Kecamatan Ciwidey Kabupaten bandung dengan Skala Intensitas II - III MMI. Getarannya dirasakan warga dengan melihat benda-benda yang bergoyang. Namun, hingga pukul 15.15 WIB belum ada aktivitas gempa bumi susulan. 

Adanya berbagai macam bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan lain-lain biasanya selalu dihubungkan dengan fenomena alam. Hal seperti itu sudah dianggap biasa oleh masyarakat pada umumnya. Memang, kita sebagai hamba Allah yang beriman diwajibkan untuk meyakini dan menerima ketetapan Allah Swt. Dzat Yang Maha Mengatur seluruh alam. 
Namun, apakah kita pernah berpikir bahwa semua bencana yang terjadi bertubi-tubi adalah sebuah teguran dari Allah untuk manusia? 

Tentunya kita harus menyadari dulu bahwa kita diciptakan oleh Allah Swt. ke dunia ini sejatinya hanya untuk beribadah kepada Allah. Lalu, apa hubungannya dengan gempa bumi? Tentang hal ini, ternyata  Al-Qur'an telah memberi penjelasan dalam surah. Al-A'raf 7 ayat 96. 

Sesungguhnya, Allah Swt. menciptakan manusia beserta aturannya sebagai jalan untuk meraih kemenangan di akhirat, yaitu dengan tunduk patuh dan mentaati-Nya. Namun, kebanyakan manusia lalai akibat memperturutkan hawa nafsu sehingga banyak aturan Allah yang akhirnya dilanggar. 
Itu pertanda bahwa berbagai bencana, seperti gempa bumi dan yang lainya sangat berkaitan dengan perbuatan manusia di muka bumi ini. 

Lihat saja kemaksiatan yang semakin merajalela saat ini. Begitulah ketika masyarakat menganggap hal itu hanya fenomena alam semata, maka tukang maksiat sama sekali tidak menyadari bahkan merasa biasa-biasa saja ketika melakukan kemaksiatan.

Semua ini tidak lepas dari pengaruh sistem kehidupan yang sekuler seperti sekarang. Masifnya arus pemikiran kufur ini mengakibatkan masyarakat jauh dari agamanya sendiri. Inilah andil besar yang membentuk masyarakat menjadi hedon, berbuat bebas tanpa batas. Masyarakat tidak peka dalam memahami realita yang ada sehingga tidak sadar bahwa terjadinya gempa bumi sangat berkaitan dengan perbuatan manusia itu sendiri. 

Negara pun sama saja. Kejadian itu dianggap sebuah fenomena alam belaka, sehingga cara penanganannya pun hanya cenderung pragmatis, tidak paham akar masalahnya. 

Oleh karena itu, diperlukan sebuah kesadaran individu pada masyarakat bahwa segala perbuatan dosa manusia itu akan mengundang murka Allah Swt. yang bisa terjadi kapan saja. Azab Allah tidak harus terjadi ketika di akhirat, tetapi juga ketika masih di dunia.

Karena itu kita harus sadar bahwa semua itu merupakan sebuah peringatan agar manusia kembali ke jalan Allah. Jalan ini akan menyelamatkan manusia di dunia dan diakhirat. Semua bisa terwujud dengan adanya  ketakwaan individu, masyarakat, dan negara. 

Dengan individu yang bertakwa, adanya kontrol masyarakat dengan amar ma'ruf nahi mungkar, serta negara yang menjaga akidah umat dengan penerapan syariat Islam secara menyeluruh, maka akan tercipta kehidupan yang sejahtera, tenteram karena mendapat rida Allah Swt. Wallahu a'lam bishawab.



Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 06 April 2024

Ziswaf: Bentuk Ketaatan kepada Allah, Bukan Penguasa



Tinta Media - Bulan Ramadan adalah bulan penuh keutamaan. Salah satunya adalah dilipatgandakan pahala. Oleh karena itu, setiap umat Islam berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan dengan mengharap rida dari Allah Swt. Umat mempersembahkan amal terbaik mereka dengan berbagi kepada sesama, misalnya dengan zakat, infak, sedekah dan wakaf (ziswaf).

Momen inilah yang membuat Bupati Bandung, Dadang Supriatna mengajak dan mendorong masyarakat terutama kalangan ASN dan non-ASN untuk mengeluarkan ziswaf. Beliau yakin bahwa ziswaf punya potensi besar dan menjadi sumber daya besar untuk meningkatkan kesejahteraan umat.

Hal ini disampaikan saat sosialisasi Instruksi Bupati Bandung 2/2024 tentang optimalisasi zakat, infak dan sedekah profesi ASN dan non-ASN di lingkungan Pemkab Bandung, melalui Badan Amil Zakat (Baznas) di Gedung Korpri, Senin (18/03/2024). Beliau juga mengungkapkan bahwa saat ini rendahnya kesadaran masyarakat untuk zakat dan pengelolaan zakat yang belum optimal menjadi kendala.

Tingginya ruhiyah umat Islam di bulan Ramadan tentu menjadi momen tepat untuk meluncurkan program ziswaf ini. Namun, jangan sampai antusiasme umat untuk memaksimalkan ketaatan di bulan suci ini malah dimanfaatkan oleh penguasa. Khawatirnya, dorongan ziswaf kepada masyarakat terkhusus ASN dan Non-ASN menjadikan pemerintah berleha-leha dan abai terhadap kewajibannya untuk menyejahterakan umat. Ini karena sesungguhnya yang harus menanggung beban kesulitan masyarakat yang tidak mampu adalah tugas negara atau penguasa, bukan ASN dan non-ASN.

Negara tidak boleh mengandalkan zisfaw dari masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan umat. Apalagi, faktanya sebagian besar masyarakat negeri ini berada dalam garis kemiskinan. Bukan karena rendahnya kesadaran mereka untuk berzakat dan sedekah, tetapi karena impitan ekonomi yang membuat sebagian masyarakat muslim tidak mampu mengeluarkan zakat dan sedekah. Jangankan untuk membayar zakat dan sedekah, untuk mengisi perut pun susahnya setengah mati. 

Mirisnya, permasalahan kemiskinan ini terus berlarut-larut dan merembet ke mana-mana tanpa ada solusi pasti dari penguasa. Seharusnya negara mampu menyejahterakan umat dengan hasil kekayaan sumber daya alam yang luar biasa, bukan hanya mengandalkan ziswaf dari masyarakat. 

Sayangnya, sistem demokrasi kapitalisme yang diemban negeri ini membuat negara menyerahkan pengelolaan SDA ke tangan asing dan aseng, sehingga tidak mampu membiayai kebutuhan rakyat. Alih-alih membuat program ziswaf untuk menyejahterakan rakyat, padahal rencana ini sarat akan asas manfaat, bukan untuk kemaslahatan bersama. 

Jika negara benar-benar peduli terhadap rakyat, harusnya melakukan pengelolaan maksimal terhadap SDA secara mandiri sehingga lapangan kerja terbuka lebar untuk rakyat. Alhasil, tidak akan ada rakyat yang kesulitan untuk mengeluarkan zakat dan sedekahnya.

Inilah bukti ketika sistem demokrasi kapitalisme dijadikan landasan untuk mengelola suatu negara. Maka, yang terjadi dalam sistem ini adalah tidak adanya keseriusan negara atau penguasa dalam meriayah (mengurusi) rakyat. Penguasa memilih para pemilik modal yang jelas-jelas memberikan keuntungan materi secara langsung. 

Penguasa membiarkan masyarakat berjuang sendiri menghadapi kesulitan, karena mereka hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator saja. Jadi, sampai kapan pun kesejahteraan rakyat hanya sebatas angan-angan saja, jika sistem ini masih bercokol di negeri ini.

Selain itu, mengenai pengelolaan zakat yang belum optimal, pemerintah harus segera berbenah. Ini karena pengelolaan zakat harus betul-betul dilakukan dengan amanah, tepat sasaran, dan transparan, tanpa meninggalkan celah tindak korupsi, agar kesejahteraan masyarakat bisa terwujud. Tentunya dengan mengambil aturan yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Berbeda dengan sistem Islam, negara bertanggung jawab penuh terhadap kebutuhan rakyat, termasuk mengatur masalah ziswaf. Masyarakat yang hidup dalam Daulah Islam tentu paham betul dengan perintah dan larangan Allah Swt. Salah satunya dalam hal membayar zakat dan bersedekah. Masyarakat akan memiliki kesadaran penuh bahwa dengan mengeluarkan zakat bagi yang mampu tidak akan membuat harta berkurang, justru akan membawa keberkahan bagi si pemberi dan penerimanya.

Allah Swt. berfirman yang artinya, 

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang mengeluarkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebulir yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa pun yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (TQS. Al Baqarah 2: 261)

Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu lagi didorong untuk beramal saleh, karena penerapan syariat Islam secara kaffah membuat setiap umat Islam dengan penuh keikhlasan menyisihkan sebagian harta untuk membantu saudara yang tidak mampu sebagai bentuk ketaatan dan mengharap rida Allah Swt. bukan karena keterpaksaan atas dorongan penguasa.

Apalagi pada bulan Ramadan, seluruh umat Islam berlomba-lomba dan melakukan kebaikan, memberikan amal terbaiknya untuk berbagi kepada sesama, seperti zakat, infak, dan sedekah. Oleh sebab itu, agar pengelolaan zakat ini bisa optimal, maka harus dikelola oleh negara agar tepat sasaran dan merata, sehingga bisa meringankan kesulitan masyarakat yang tidak mampu.

Tentunya pengelolaan zakat ini harus sesuai hukum syara', tidak boleh dilakukan asal-asalan karena zakat adalah amanah yang harus dilakukan secara transparan, tidak boleh ada manipulasi data demi meraup keuntungan, seperti dalam sistem kapitalisme. 

Dalam Islam, zakat dikumpulkan di baitul mal, termasuk juga hasil SDA, ghanimah, dan jizyah yang dipungut dari kafir zimmi. Seluruh pendapatan negara digunakan untuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyat.

Proses pengelolaan zakat pun harus dilakukan dengan cara yang sigap dan disiplin, seperti yang Rasulullah contohkan, tidak pernah menunda penyaluran zakat. Misalnya, setiap kali zakat diterima pagi, maka sebelum siang sudah disalurkan kepada masyarakat. Jika zakat diterima siang hari, maka sebelum malam sudah disalurkan. Tidak ada zakat yang tersisa dan dilakukan secara transparan.

Begitu pula amil yang diberi tugas harus amanah, jujur, dan akuntabel. Maka, hanya dalam Islam, pengelolaan zakat bisa dilakukan dengan optimal sehingga perekonomian negara menjadi stabil, kesenjangan sosial antara orang kaya dan miskin bisa teratasi. 

Maka dari itu, negara harus menerapkan sistem Islam sehingga mampu mewujudkan kesejahteraan untuk rakyat. Saatnya kita kubur sistem demokrasi kapitalisme yang menyengsarakan rakyat dan menggantinya dengan sistem sahih, yaitu Islam.
Wallahualam.

Oleh: Neng Mae
Sahabat Tinta Media

Selasa, 02 April 2024

Ustadz Hendri: Al-Qur’an Itu Hudallinnaas

Tinta Media - Mubaligh Ustadz Hendri mengatakan Al-Qur’an itu yang diturunkan oleh Allah SWT pada malam lailatul qadar merupakan hudallinnas. 

"Al-Qur’an itu yang diturunkan oleh Allah SWT pada malam lailatul qadar merupakan hudallinnas," ujarnya dalam tayangan Mutiara Ramadan: Al-Qur'an Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat di kanal Youtube One Ummah, Jumat (29/3/2024). 

Ustadz Hendri menyebutkan Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi seluruh manusia. Oleh karena itu ujarnya, siapa pun yang ingin selamat mendapatkan keselamatan, baik selamat di dunia maupun di akhirat maka hendaklah mengikuti petunjuk yang telah Allah berikan. 

"Semua petunjuk itu ada di dalam Al-Qur'an dan jaminan keselamatan itu ada pada saat kita mengikuti Al-Qur'an menjalankan semua perintah Allah subhanahu wa taala dan menjauhi segala larangan Allah subhanahu wa taala," imbuhnya. 

Ketika ini dilakukan, ucapnya, maka sesungguhnya inilah yang diharapkan agar nantinya menjadi orang-orang yang bertakwa di akhir Ramadan. 

Menurut Mubaligh ini, Al-Qur’an yang hari ini ada, tidak selayaknya sekedar dibaca tetapi Alquran yang hari ini ada seyogianya betul-betul menjadi petunjuk, menjadi sesuatu yang dijadikan Imam, petunjuk dan sekaligus dia menjadi rahmat. 

"Supaya Al-Qur’an itu menjadi rahmat maka kewajiban selaku orang beriman adalah menerapkan apa yang diperintahkan Allah menerapkan seluruh syariat Allah dari mulai hal yang terkecil sampai hal-hal yang terbesar," ungkapnya. 

Ustadz Hendri mengutip firman Allah "Wahai orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan rasulnya tatkala Allah dan rasulnya mengajak kepada kalian kepada yang bisa membuat kalian hidup lebih baik. 

"Sungguh dalam penerapan syariat Islam, sungguh dalam penerapan aturan Allah SWT terdapat banyak kebaikan dan kehidupan ketika hukum Al-Qur’an diterapkan sesungguhnya  akan menyelamatkan banyak nyawa manusia," pungkasnya.[] Muhammad Nur

Jumat, 16 Februari 2024

Perintah Allah Agar Kita Berpikir



“Pilih yang mudharatnya paling sedikit” 

Tinta Media - Kalimat di atas sering kali muncul ketika menjelang Pemilihan Umum, baik DPR, Kepala Daerah sampai dengan Pemilihan Presiden. 

Lalu muncul kekhawatiran selanjutnya apabila orang tidak memilih yang mudharatnya paling sedikit, maka yang mudharatnya banyak yang akan ⁴mudharat nya sedikit atau tidak memilih dan kemungkinan besar kita akan di pimpin oleh orang yang mudharat nya besar. 

Kita sebagai manusia yang memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan, tentu memiliki kebebasan pula dalam hal berpikir. Sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an yang berbunyi: 

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ 

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,” (QS Ali Imran: 190). 

Allah sudah memerintahkan kepada kita agar kita menggunakan akal untuk berpikir, karena dengan berpikir maka akan timbul pemahaman dalam diri manusia, setelah memiliki pemahaman manusia tersebut akan mengambil langkah sesuai pemahamannya. 

Lalu bagaimana ketika kita menghadapi fenomena di atas? Kita sebagai umat Islam tentu harus menyandarkan pemikiran kita kepada Islam, karena kita yakini bahwa Islam itu agama yang akan menjaga kita di dunia dan  di akhirat kelak. 

Islam dengan kesempurnaan nya sudah membuat aturan ( syariat islam ) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dalam perkara Aqidah dan Ibadah, hubungan manusia dengan dirinya sendiri berupa makanan, minuman, pakaian dan akhlak , serta hubungan Manusia dengan Manusia lainnya berupa Sistem Pemerintahan , Sistem Ekonomi, Sistem Sosial, Sistem Uqubat ( Persangsian ), Politik Pendidikan, dan Politik Luar Negeri. 

Rasulullah SAW telah berpesan kepada kita agar kita berpegang kepada dua pusaka peninggalan beliau yang apabila kita berpegang pada dua pusaka tersebut kita akan selamat dunia dan akhirat, pusaka tersebut Al-Qur’an dan Hadis. 

Rasulullah telah mencontohkan bagaimana menjalankan roda pemerintahan ketika beliau mendirikan Daulah Islamiah yang pertama di Madinah, yang di lanjutkan oleh para khalifah setelah sampai ke Khalifahan Utsmaniyah. 

Bagaimana kemajuan di semua aspek di rasakan, mulai dari ilmu pengetahuan sampai kekuatan pasukan negara It sangat di perhitungkan. 

Bahkan ada pernyataan dari seorang Mark Zuckerberg pemilik Facebook beliau menyampaikan “Saya heran ada orang-orang yang terlalu mengidolakan saya, padahal saya sangat mengidolakan ilmuwan Muslim Al-Khawarizmi karena tanpa Algoritma dan Aljabar, maka jangan pernah bermimpi ada Facebook, Whats App, BBM, Line, games bahkan komputer,” 

Tentu perkataan di atas lebih kepada memotivasi kita sebagai umat muslim agar lebih meningkatkan taraf berpikir lebih tinggi lagi. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ilmuwan ilmuwan muslim terdahulu. 

Lalu, bagaimana agar kita tidak memilih pemimpin yang masih ada mudharat nya. Maka yang pertama harus di pikirkan adalah apakah Allah dan Rasul nya tidak memberikan atau mencontohkan cara dalam mengurusi urusan umat ini? 

Dalam hal ini Allah SWT telah memberikan kemudahan untuk kita semua, karena Allah SWT telah mengutus Rasulullah SAW sebagai suri teladan yang harus kita jadikan contoh. Baik dalam kehidupan beliau yang berhubungan dengan Aqidah dan Ibadah, kehidupan beliau dalam hal hubungan dengan diri beliau sendiri, serta hubungan dengan sesama manusia yang mana termasuk di dalamnya ketika beliau menjadi seorang Rasul sekaligus Pemimpin sebuah Negara. 

Wallahua’lam bisawab


Oleh: Rizal Rosadi 
Sahabat Tinta Media 


Jumat, 22 Desember 2023

Mengapa Allah Biarkan Musuh Mengalahkan Kita?


Tinta Media - Sobat, mengapa kita mesti harus menghadapi musuh segala? Bukankah Allah sudah menjanjikan kemenangan? Dan bukankah amat mudah bagi Allah untuk menghancurkan musuh Islam? Menghancurkan musuh Allah, Rasul dan kaum mukmin? 

Benar. Dan pasti bahwa memenangkan kaum mukmin dan menghancurkan musuh bukanlah perkara sulit bagi Allah. Itu amatlah mudah. Karena bagi Allah tidak ada yang sulit. Bahkan menciptakan seluruh makhluk-Nya. Seluruh alam semesta. Dan mengurus semuanya dengan sedetail-detailnya adalah perkara mudah. 

Lantas, mengapa Allah membiarkan musuh menguasai kita? Mengapa  musuh punya kekuatan untuk menghancurkan kita? Mengapa mereka bisa membunuh dan membantai kita? 

Di samping karena ada sunnatullah. Ada sababiyah yang mengikat makhluk-Nya. Bahwa baik kaum mukmin maupun musuhnya mesti terikat dengan sebab musabab menang dan kalah. Maka Allah pun sudah menjelaskan hikmahnya. 

Yakni sebagai ujian untuk membedakan antara mukmin dan kafir. Juga agar sebagian mukmin itu mendapatkan kemuliaan agung yakni mati syahid. Betapa Allah Maha Agung Maha Pengasih dan Maha Penyayang. 

Karena itulah Sobat, yuk maju terus pantang mundur. Untuk akhirnya kita menjemput kemenangan ataupun kita syahid karenanya. 

Allah berfirman dalam Surat Ali ‘Imran Ayat 140 

إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ ٱلْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُۥ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَآءَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ 

"Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim" 

Selamat berjuang Sobat,  hasbunallah wani'mal wakil. Wallahu a'lam.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Ingatlah Allah dan Bertauhidlah kepada-Nya



Tinta Media - Sobat. Siapa saja yang berpegang teguh pada ketakwaan dengan menjauhi larangan-larangan Allah SWT dan meninggalkan maksiat serta melakukan sesuatu berdasarkan syariat, baginya kebaikan yang tak terhingga. Namun, sebaliknya siapa yang keras kepala menjalankan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan syariat, baginya keburukan yang tak terhingga.

Allah SWT berfirman :

مَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِهِۦٓ إِلَّآ أَسۡمَآءٗ سَمَّيۡتُمُوهَآ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُم مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلۡطَٰنٍۚ إِنِ ٱلۡحُكۡمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ  

“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". ( QS. Yusuf (12) : 40 )

Sobat. Penjelasan tafsir ayat di atas. Kelanjutan dari seruan Yusuf adalah semua yang mereka sembah selain Allah itu adalah tuhan-tuhan palsu yang sengaja diberi nama bermacam-macam oleh mereka sendiri, bapak-bapak dan nenek-moyang mereka. Yusuf berkata, "Kamu yang membuatnya, kamu yang memberinya nama dan kamu pula yang menyembahnya sebagai Tuhan. Padahal dia adalah benda yang lemah yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa dan tidak ada pula keterangan dari Allah kepada rasul-rasul-Nya untuk membenarkan tuhan yang kamu buat-buat itu. 

Bahwa ketentuan yang benar tentang ketuhanan dan pengabdian ialah yang diatur oleh Allah yang telah diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya. Allah telah memerintahkan, bahwa janganlah kamu menyembah selain Allah. Kepada-Nyalah kamu berdoa dan minta tolong, kepada-Nyalah kamu sujud bersimpuh. Itulah agama yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia belum mengetahuinya."

Sobat. Orang yang menjaga diri dari syirik dalam tauhid dan menjaga mahabbah dalam hatinya, maka Allah akan menguatkannya dengan anugerah yang agung di kehidupannya. Orang yang menyembah Allah dengan rasa takut, karena keagungan-Nya, maka dia  aman dari cobaan-Nya yang besar. Rasulullah SAW bersabda,” Barangsiapa mengingat Allah di waktu lapang, maka Allah bersamanya di waktu susah.” ( HR. Ahmad, Thabrani dan Tirmidzi )

Sobat. Orang yang beruntung adalah orang menguntungkan dirinya sendiri dengan cara membersihkan diri dari kesyirikan dan kekufuran. Yahya bin Mu’adz ra berkata,” Orang mulia tidak akan berbuat maksiat kepada Allah SWT dan orang bijak tidak akan mengutamakan dunia daripada akherat. “  

Sobat. Orang mulia adalah orang yang selalu memuliakan dirinya  dengan ketakwaan dan menjaga dirinya dari perbuatan maksiat. Adapun orang bijak adalah orang yang selalu menahan hawa nafsu untuk tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan akal sehat.

Imam Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Nashaihul ‘Ibad  sebagian ulama zuhud berkata, “ Siapa yang berbuat dosa dan dia tertawa ( bangga terhadap dosanya) maka Allah akan memasukkan dia ke neraka dalam keadaan menangis. Siapa yang taat kepada Allah dan dia menangis ( karena malu dan takut kepada-Nya) maka Allah akan memasukkan dia ke surga dalam keadaan tertawa bahagia.

Allah SWT berfirman :

قُلۡ إِنِّيٓ أُمِرۡتُ أَنۡ أَعۡبُدَ ٱللَّهَ مُخۡلِصٗا لَّهُ ٱلدِّينَ  

“Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” ( QS. Az-Zumar (39) :11 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada rasul-Nya agar mengatakan kepada kaum musyrikin Mekah bahwa dia diperintahkan untuk menyembah Allah dan menaati perintah-Nya dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan urusan agama. Dari keterangan ini dapat dipahami bahwa sembahan-sembahan selain Allah harus dibasmi sampai ke akar-akarnya. Begitu pula mengenai urusan-urusan keagamaan, pedomannya adalah perintah yang datang dari Allah, tidak boleh berdasarkan pendapat orang.

Sobat. Orang yang rugi adalah orang yang menyekutukan Allah dan keesaan-Nya. Sebagaimana firman-Nya :

وَلَقَدۡ أُوحِيَ إِلَيۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ لَئِنۡ أَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ  

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” ( QS. Az-Zumar (39) : 65 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad saw bahwa Dia telah mewahyukan kepadanya dan nabi-nabi sebelumnya, bahwa sesungguhnya apabila dia mempersekutukan Allah, maka terhapuslah segala amal baiknya yang telah lalu. Inilah suatu peringatan keras dari Allah kepada manusia agar jangan sekali-kali mempersekutukan Allah dengan yang lain, karena perbuatan itu adalah syirik dan dosa syirik itu adalah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah. Bila seseorang mati dalam keadaan syirik akan terhapuslah pahala semua amal baiknya dan dia akan dijerumuskan ke dalam neraka Jahanam sebagaimana tersebut dalam ayat ini:

وَمَن يَرۡتَدِدۡ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتۡ وَهُوَ كَافِرٞ فَأُوْلَٰٓئِكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ  

“Barang siapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (al-Baqarah/2: 217)

Kepada Nabi Muhammad sendiri, Allah memberi peringatan sedangkan dia adalah rasul yang diutus-Nya. Rasul kesayangan-Nya yang tidak mungkin akan mempersekutukan-Nya. Kendati demikian, Allah memberi peringatan juga kepadanya agar jangan sekali-kali terlintas dalam pikirannya untuk menganut agama syirik. 

Apalagi kepada manusia lainnya tentu peringatan ini harus mendapat perhatian yang serius. Sungguh tidaklah pantas seseorang yang mengetahui betapa besar nikmat Allah terhadapnya, terhadap manusia seluruhnya, akan mengingkari nikmat itu dan melanggar perintah pemberi nikmat itu dengan mempersekutukan-Nya, dengan memohonkan pertolongan kepada berhala, kuburan, pohon, dan sebagainya. 

Sobat. Allah lalu mempertegas perintah-Nya dengan mengeluarkan suatu perintah lagi yaitu hanya Allah sajalah yang harus disembah, hanya kepada-Nya manusia harus mempersembahkan semua amal ibadahnya, dan kepada Allah juga manusia memanjatkan doa dan mengucapkan syukur karena Dialah pemberi nikmat yang sebenarnya, sebagaimana yang dibaca setiap Muslim dalam shalat:

 قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  

Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. (al-An'am/6: 162)

Sobat. Dalam ayat ini Nabi Muhammad, diperintahkan agar mengatakan bahwa sesungguhnya salatnya, ibadahnya, serta semua pekerjaan yang dilakukannya, hidup dan matinya adalah semata-mata untuk Allah Tuhan semesta alam yang tiada sekutu bagi-Nya. Itulah yang diperintahkan kepadanya. Rasul adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah dalam mengikuti dan mematuhi semua perintah dan larangan-Nya. 

Dua ayat ini mengandung ajaran Allah kepada Muhammad, yang harus disampaikan kepada umatnya, bagaimana seharusnya hidup dan kehidupan seorang muslim di dalam dunia ini. Semua pekerjaan shalat dan ibadah lainnya harus dilaksanakan dengan tekun sepenuh hati karena Allah, ikhlas tanpa pamrih. Seorang muslim harus yakin kepada kodrat dan iradat Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah-lah yang menentukan hidup mati seseorang. 

Oleh karena itu seorang muslim tidak perlu takut mati dalam berjihad di jalan Allah dan tidak perlu takut hilang kedudukan dalam menyampaikan dakwah Islam, amar ma'ruf nahi munkar. Ayat ini selalu dibaca dalam shalat sesudah takbiratul ihram sebagai doa iftitah. 

قُلۡ أَغَيۡرَ ٱللَّهِ أَبۡغِي رَبّٗا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيۡءٖۚ وَلَا تَكۡسِبُ كُلُّ نَفۡسٍ إِلَّا عَلَيۡهَاۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٞ وِزۡرَ أُخۡرَىٰۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُم مَّرۡجِعُكُمۡ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ

“Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan". ( QS. Al- An’am (6) : 164 )

Dalam ayat ini terdapat perintah kepada Nabi Muhammad agar mengatakan kepada kaumnya, bahwa mengapa ia akan mencari Allah yang lain dengan mempersekutukan-Nya dalam ibadah, berdoa untuk keperluan hidupnya agar Dia menolongnya atau melindunginya dari kesusahan dan bahaya? Mahasuci Allah dari persekutuan itu. Dialah Tuhan bagi segala sesuatu, Dialah yang menciptakan semesta alam. Selanjutnya pada ayat ini diterangkan, bahwa semua perbuatan manusia akan dipertangungjawabkan- nya sendiri, dan orang yang berbuat dosa akan menanggung sendiri dosanya itu, karena dosa seseorang tidak akan dipikul oleh orang lain. Masing-masing menerima pahala amal baiknya dan memikul dosa amal buruknya. Hal ini berulang-ulang disebutkan dalam Al-Qur'an.

Firman Allah: 

(Yaitu) bahwa seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. (an-Najm/53: 38-39)

Ayat ini cukup memberi petunjuk dan jalan hidup yang bermutu tinggi dan praktis, karena di samping harus beramal dan bekerja harus pula diperhitungkan dengan cermat dan teliti setiap amal perbuatan yang dikerjakannya. Sebab amal pekerjaan atau perbuatan itu sangat besar pengaruhnya dalam membawa nasib keberuntungan dan keruntuhan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat. Di akhirat, perselisihan manusia dalam beragama akan diselesaikan.

Sobat. Seseorang akan mendapatkan kebaikan melimpah jika ia mampu menawan hawa nafsunya dari gejolak melakukan hal yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat. Sebaliknya, seseorang akan celaka jika dia membiarkan dirinya untuk mengikuti  hawa nafsu melampiaskan kehendaknya hingga lupa mensyukuri  nikmat Allah SWT dan memikirkan keagungan-Nya.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Rabu, 13 Desember 2023

Ulama Aswaja: Allah Melarang untuk Menyukai Orang Zalim




Tinta Media - Ulama Aswaja KH Rokhmat S. Labib menjelaskan firman Allah dalam surat Hud ayat 113 bahwa Allah SWT melarang untuk menyukai orang yang berbuat zalim. 

“Janganlah kamu condong kepada mereka (orang zalim) dengan kecondongan paling rendah. Jadi ibarat gini, jangankan seneng berat atau memfavoritkan, itu ringan saja, ada rasa simpati dikit saja, itu dilarang oleh Allah pada ayat ini (Surat Hud ayat 113),” ujarnya dalam acara kajian Tafsir QS. Hud: 113 dengan tema Pilih Pemimpin yang Benar! Jangan Asal Gemoi, merakyat Apalagi Zalim, Bisa Berbahaya! di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn  Kamis (7/12/2023). 

Adapun zalim itu sendiri, menurut KH Rokhmat S. Labib, mengutip penjelasan Rahib Al-Ashfahani, bahwa kata zalim itu bisa mencakup seperti halnya zalim kepada Allah atau zalim dengan menyekutukan Allah. 

“Dalam segi bahasa, zalim itu maknanya meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya,” tuturnya. 

Melanggar Aturan Allah

KH Rokhmat S. Labib juga menambahkan di dalam forum yang sama, bahwa suka ataupun condong kepada orang kafir ataupun orang yang suka melanggar aturan Allah termasuk dilarang dalam ayat ini dan di ayat lain termasuk orang yang zalim. 

“Kepada orang kafir saja kita tidak boleh seneng, condong, apalagi seneng berat, mengikuti mereka, begitu juga bukan hanya kepada mereka yang kafir saja, melainkan juga melanggar aturan Allah SWT,” tambahnya. 

Maka, menurutnya, zalim itu juga dapat diartikan sebagai orang yang melanggar batasan-batasan ataupun hukum-hukum Allah. “Misalnya makan, Anda boleh makan namun ada makanan yang diharamkan. Nah makanan yang haram itulah termasuk batasan. Janganlah kamu menabrak. Janganlah kamu melanggar,” ungkapnya. 

Bukan hanya dalam ranah aspek pribadi saja, bebernya, namun juga dalam segala aspek kehidupan seperti aspek pemerintahan, kekuasaan, ataupun dalam rumah tangga tidak boleh melanggar ataupun menabrak batasan-batasan ataupun hukum-hukum Allah karena itu termasuk orang-orang yang zalim. 

“Maka barang siapa yang melanggar batasan-batasan Allah itu termasuk orang-orang yang zalim,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi

Minggu, 03 Desember 2023

Hakikat Kasih Sayang Allah



Tinta Media - Banyak orang mengukur kemuliaan dari rezeki yang ia dapatkan. Banyak yang mengira, seseorang yang bergelimang rezeki atau kaya berarti dimuliakan dan disayang Allah SWT. Tak sedikit pula yang menduga, seseorang yang sedikit rezekinya atau miskin berarti tak dimuliakan dan disayang Allah SWT.

Padahal kaya bukan ukuran kemuliaan. Miskin bukan ukuran kehinaan. Orang kaya belum tentu disayang Allah SWT. Orang miskin belum tentu tak disayang Allah SWT. 

Sebabnya, Allah Maha Pengasih (Ar-Rahmân). Dengan sifat yang Allah miliki ini, semua makhluk Allah kasih, tanpa pilih kasih. Mukmin atau kafir, Allah beri rezeki. Orang bertakwa atau para pendosa, Allah beri nikmat yang beraneka. Orang taat atau tukang maksiat, Allah kasih sehat. Karena itu saat Anda diberi banyak rezeki, dikasih ragam nikmat dan selalu dalam keadaan sehat, tak berarti Anda otomatis disayang Allah SWT, kecuali jika semua itu menjadikan Anda makin taat kepada-Nya. 

Di sisi lain, Allah Maha Penyayang (Ar-Rahîm). Semua makhluk memang Allah kasihi hatta kaum kafir dan para pendosa. Semua diberi rezeki, tanpa kecuali. Semua diberi nikmat, tanpa diskriminasi. Namun, hanya kaum Mukmin yang layak Allah sayangi (QS al-Ahzab [33]: 43). Merekalah yang layak mendapatkan surga-Nya yang abadi. Mengapa? Karena hanya orang Mukmin yang sanggup menjadikan seluruh rezeki dan nikmat Allah SWT sebagai sarana untuk selalu taat dan ber-taqarrub kepada Allah SWT. Mereka gunakan rezeki dan nikmat Allah SWT untuk beribadah kepada-Nya, menafkahi keluarganya, berinfak di jalan-Nya, menolong orang-orang yang kesulitan, bersedekah dan berwakaf untuk kepentingan Islam dan kaum Muslim, dsb. Merekalah Mukmin yang sebenarnya, sebagaimana firman-Nya:

الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ – أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

Orang-orang yang menegakkan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka, mereka itulah kaum Mukmin yang sebenarnya; mereka memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka, mendapatkan ampunan-Nya dan rezeki yang mulia (QS al-Anfal [8]: 3-4).

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. 

Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor)

Kamis, 19 Oktober 2023

Allah Maha Pemberi Rezeki (Ar-Razzaaq)


Tinta Media - Sobat. Apabila kau melihat orang yang ragu atau risau karena rezeki, ketahuilah bahwa ia jauh dari Allah. Ragu terhadap rezeki termasuk hal yang tersembunyi dalam jiwa meskipun secara lahiriah kau memperlihatkan keadaan yang sebaliknya. Buktinya, manusia lebih memperhatikan urusan hidup dibanding urusan agama. Ia begitu semangat mencari sesuatu yang telah Allah jamin, tetapi malas mengerjakan urusan yang semestinya membutuhkan tekad dan semangat.  Allah SWT berfirman :

إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلرَّزَّاقُ ذُو ٱلۡقُوَّةِ ٱلۡمَتِينُ  

“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” ( QS. Adz-Dzariyat (51) : 58 ).

Sobat. Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa sesungguhnya Dia tidak akan minta bantuan mereka untuk sesuatu kemanfaatan atau kemudaratan dan tidak pula menghendaki rezeki dan memberikan makan seperti apa yang dikerjakan oleh para majikan terhadap buruhnya, karena Allah tidak perlu kepada mereka, bahkan merekalah yang memerlukan-Nya dalam segala urusan mereka, Allah adalah pencipta mereka dan pemberi rezeki mereka. Dialah yang mempunyai kekuasaan, kemampuan dan kekuatan yang tak terhingga. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti. 

Abu Hurairah meriwayatkan dan berkata: 
Rasulullah bersabda: "Allah berfirman:"Wahai anak Adam, luangkanlah waktu untuk beribadat kepada-Ku niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Ku-tutupi kefakiranmu, dan jika engkau tidak berbuat (menyediakan waktu untuk beribadat kepadaKu) niscaya akan Ku-penuhi dadamu dengan kesibukan (keruwetan) dan tak akan Ku-tutupi keperluanmu (kefakiran)." (Riwayat Ahmad dari Abu Hurairah)

Bukankah Allah  juga  telah berfirman :

۞وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ كُلّٞ فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ  

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” ( QS. Hud (11) : 6 )

Sobat. Binatang-binatang yang melata, yang hidup di bumi yang meliputi binatang yang merayap, merangkak, atau pun yang berjalan dengan kedua kakinya, semuanya dijamin rezekinya oleh Allah. Binatang-binatang itu diberi naluri dan kemampuan untuk mencari rezekinya sesuai dengan fitrah kejadiannya, semuanya diatur Allah dengan hikmat dan kebijaksanaan-Nya sehingga selalu ada keserasian. Jika tidak diatur demikian, mungkin pada suatu saat ada binatang yang berkembang-biak terlalu cepat, sehingga mengancam kelangsungan hidup binatang-binatang yang lain, atau ada yang mati terlalu banyak, sehingga mengganggu keseimbangan lingkungan. Jika ada sebagian binatang memangsa binatang lainnya, hal itu adalah dalam rangka keseimbangan alam, sehingga kehidupan yang harmonis selalu dapat dipertahankan.

Sobat. Allah mengetahui tempat berdiam binatang-binatang itu dan tempat persembunyiannya, bahkan ketika masih berada dalam perut induknya. Pada kedua tempat itu, Allah senantiasa menjamin rezekinya dan semua itu telah tercatat dan diatur serapi-rapinya di Lauh Mahfudh, yang berisi semua perencanaan dan pelaksanaan dari seluruh ciptaan Allah secara menyeluruh dan sempurna.

Sobat. Allah sebenarnya  telah mengistirahatkan manusia dalam urusan rezeki dan membebani mereka untuk beribadah. Namun kenyataannya, mereka justru mempersulit diri dan bersusah payah mengais rezeki, tetapi bersikap santai dan abai dalam urusan ibadah.

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًاۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” ( QS. Thaha (20) : 132 )

Sobat. Ayat ini menjelaskan amanat berikutnya yang tidak kurang pen-tingnya dari perintah sebelumnya ialah perintah Allah kepada Nabi saw menyuruh untuk keluarganya mengerjakan salat dan sabar dalam melaksanakan salat dengan menjaga waktu dan kesinambungannya. Perintah itu diiringi dengan perintah yang kedua yaitu dengan peringatan bahwa Allah tidak minta rezeki kepada Nabi, sebaliknya Allah yang akan memberi rezeki kepadanya, sehingga Nabi tidak perlu memikirkan soal rezeki keluarganya. Oleh sebab itu keluarganya agar jangan terpengaruh atau menjadi silau matanya melihat kekayaan dan kenikmatan yang dimiliki oleh istri-istri orang kafir itu. 

Demikianlah amanat Allah kepada Rasul-Nya sebagai bekal untuk menghadapi perjuangan berat, yang patut menjadi contoh teladan bagi setiap pejuang yang ingin menegakkan kebenaran di muka bumi. Mereka harus lebih dahulu menjalin hubungan yang erat dengan Khaliknya yaitu dengan tetap mengerjakan salat dan memperkokoh batinnya dengan sifat tabah dan sabar. Di samping itu haruslah seisi rumah tangganya mempunyai sifat seperti yang dimilikinya. Dengan demikian ia akan tabah berjuang tidak diombangambingkan oleh perhiasan kehidupan dunia seperti kekayaan, pangkat dan kedudukan. 

Amanat-amanat inilah yang dipraktekkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya sehingga mereka benar-benar sukses dalam perjuangan mereka sehingga dalam masa kurang lebih 23 tahun saja Islam telah berkembang dengan pesatnya di seluruh jazirah Arab dan jadilah kalimah Allah kalimah yang paling tinggi dan mulia.

Jika Rasul dan keluarganya menghadapi berbagai kesulitan, beliau mengajak keluarganya untuk salat, sebagaimana diriwayatkan dari sabit, ia berkata : 
Apabila keluarga Nabi ditimpa kesusahan, beliau memerintahkan mereka, "Ayo sholatlah, sholatlah," sabit berkata, "Para nabi jika tertimpa kesusahan mereka segera menunaikan sholat." (Riwayat Ibnu Abi hatim)

Sobat. Banyak manusia berleha-leha dalam urusan yang seharusnya mereka bersemangat dan penuh perhatian. Sebaliknya, mereka justru bersemangat, tekun, dan penuh perhatian terhadap urusan rezeki yang sebenarnya berada dekat dengan jari-jari tangan mereka.Perlakuan terhadap Allah semacam ini menjadi bukti betapa matahati kebanyakan manusia telah padam dan kotor.
Ibnu Athailah menegaskan, “ Kesungguhanmu meraih apa yang telah dijamin untukmu dan kelalaianmu  mengerjakan apa yang dituntut darimu merupakan bukti padamnya hati.” 

Doa Allahummar-Zuqni artinya  “Karuniakanlah  aku ilmu, hidayah, dan makrifat yang bisa membenahi hatiku, serta keimanan yang memuat seluruh kebajikan dan perilaku terpuji; juga berilah aku rezeki yang halal dan lezat bagi tubuhku, yang mudah diperoleh dan tidak melelahkan.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
( Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Rabu, 18 Oktober 2023

Allah Maha Terpuji (Al Hamid)

Tinta Media - Sobat. Seluruh makhluk menyanjungkan pujian kepada Allah. Segala pujian berasal dari penghuni langit dan bumi, dulu maupun yang akan datang, di dunia maupun di akherat. Allah berhak menerima pujian dari makhluk karena beberapa alasan. Diantaranya karena Allah lah yang menciptakan mereka, memberi rezeki, mengaruniakan nikmat yang dzahir dan batin, duniawi maupun ukhrawi kepada mereka, mencegah segala kesusahan dan ketidaknyamanan dari mereka.

Allah SWT berfirman :

۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ  

“Hai manusia, kamulah yang memerlukan kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. “ ( QS. Fathir (35) : 15 )

Sobat. Pada ayat ini diterangkan bahwa manusia sangat berkepentingan kepada Penciptanya yaitu Allah karena semua manusia membutuhkan pertolongan-Nya dalam seluruh aspek kehidupan, seperti kekuatan, rezeki, menolak bahaya, mendapat kenikmatan, ilmu dan sebagainya, baik urusan dunia maupun akhirat. Semua itu tidak akan terjadi kecuali dengan rahmat dan taufik Allah. 

Hanya Allah yang wajib disembah dan diharapkan rida-Nya. Ia Mahakaya, tidak memerlukan sesuatu. Maha Terpuji atas nikmat yang telah dianugerahkan kepada para hamba-Nya. Setiap nikmat yang dimiliki oleh manusia berasal dari sisi-Nya. Dialah yang seharusnya dipuji dan disyukuri dalam segala hal. Di ayat lain Allah menegaskan:

لَّهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَهُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ  

Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Allah benar-benar Mahakaya, Maha Terpuji. (al-hajj/22: 64)

Sobat. Hanya Allah yang memiliki segala apa yang di langit dan segala apa yang di bumi, tidak ada sesuatu pun yang berserikat dengan-Nya dalam pemilikan itu. Karena itu hanya Dia pulalah yang menentukan apa yang dilakukan-Nya terhadap makhluk-Nya itu, tidak ada sesuatu pun yang menghalangi kehendak-Nya. Dia tidak memerlukan sesuatu, hanya makhluk-Nyalah yang memerlukan-Nya. Dia Maha Terpuji karena kebaikan dan nikmat yang tiada terhingga yang telah diberikan kepada makhluk-Nya.

Allah SWT berfirman :

ٱلَّذِي يَرَىٰكَ حِينَ تَقُومُ وَتَقَلُّبَكَ فِي ٱلسَّٰجِدِينَ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ  

“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Asy-Syu’ara’ (26) : 218-220)

Sobat. Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad jika ia telah melaksanakan perintah Allah menyampaikan agama-Nya kepada orang-orang Mekah, tetapi mereka tidak mengindahkan seruan, maka hendaklah ia bertawakal dan menyerahkan semua urusan kepada-Nya. Hanya Allah yang sanggup membela Nabi dari segala tipu daya musuh, dan menolongnya dari segala macam bencana yang akan menimpa. 

Sobat. Hanya Allah yang melimpahkan rahmat, dan mengetahui segala perbuatan dan gerak-gerik hamba-Nya. Allah melihat Nabi ketika melakukan salat Tahajud, rukuk, sujud, dan mengimami orang-orang yang sujud." Kata "sujud" dalam ayat ini maksudnya ialah orang-orang yang salat. Allah menyebut orang-orang yang salat dengan orang-orang yang sujud adalah untuk menunjukkan bahwa pada waktu sujud itulah seorang hamba paling dekat dengan Tuhannya.

Sobat. Allah menerangkan kepada Nabi Muhammad bahwa Dia Maha Mendengar segala tutur dan percakapan beliau, dan Maha Mengetahui perbuatan Nabi, baik yang beliau nyatakan ataupun yang tidak, dan Dia mengetahui segala isi hati beliau. Allah Mahakuasa memberi pembalasan kepada beliau dengan seadil-adilnya.

Allah SWT berfirman :

وَهُوَ ٱلَّذِي يَبۡدَؤُاْ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥ وَهُوَ أَهۡوَنُ عَلَيۡهِۚ وَلَهُ ٱلۡمَثَلُ ٱلۡأَعۡلَىٰ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ 

“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nya-lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”  (QS. Ar-Rum (30) : 27)

Sobat. Ayat ini juga merupakan kesimpulan dari ayat terdahulu. Ayat ini menetapkan bahwa siapa yang memiliki semua langit dan bumi, Dialah yang memulai kejadiannya, dan Dia pula yang akan mengembalikannya sesudah mati seperti semula.

Pada ayat 11 di atas telah disebutkan mengenai permulaan kejadian manusia dan pengembaliannya pada kehidupan setelah mati. Hal itu diulang lagi di sini untuk menguatkan pernyataan itu setelah diterangkan bukti kebesaran Allah tersebut di atas. Di sini ditambahkan dengan pernyataan bahwa menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dalam ayat ini ada kata-kata "lebih mudah" yakni menghidupkan adalah lebih mudah bagi Allah daripada penciptaannya semula. Akan tetapi, lebih mudahnya menghidupkan kembali daripada menciptakan semua itu adalah dengan membandingkannya kepada kebiasaan yang berlaku pada manusia, bukan dihubungkan kepada Allah, sebab bagi Allah semuanya adalah mudah. Allah tidak akan merasa berat mengadakan sesuatu apa pun. Allah berfirman:

Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (Yasin/36: 82)

Bagi manusia, menciptakan sesuatu lebih sukar daripada mengulangi segala daya upaya, kesungguhan, dan lain sebagainya. Dalam usahanya itu, mereka melakukan kesalahan berulang kali, baru sampai kepada yang dimaksud. Setelah sampai kepada yang dicita-citakan, tentu mengulang membuatnya kembali lebih mudah baginya, tidak membutuhkan tenaga seperti saat memulainya, sebab segala sesuatu telah terbayang dalam benaknya bagaimana cara membuatnya. Adapun bagi Allah tidak ada yang lebih mudah atau lebih sukar. Semuanya mudah bagi-Nya.

Sobat. Allah swt berfirman, "Anak Adam telah berbohong kepadaku dan mencelaku, padahal kebohongan dan celaan itu tidak pernah ada. Adapun kebohongan mereka terhadapku adalah perkataan mereka, 'Allah tidak bisa mengembalikanku sebagaimana Dia menciptakanku. Dan tidak ada permulaan ciptaan itu lebih mudah bagiku daripada mengembalikannya. Adapun celaan mereka terhadapku adalah ucapan mereka, 'Allah mengambil (mempunyai) anak. Dan Aku adalah satu, tempat bergantung segala sesuatu, Aku tidak melahirkan dan Aku tidak dilahirkan, dan juga tidak ada satu pun yang setara dengan-Ku." (Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah)

Kata-kata "lebih mudah" ini diberi komentar pula dengan kalimat "Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi." Allah itu tunggal di segala langit dan bumi dengan segala sifat-sifat-Nya, tidak ada suatu apa pun yang berserikat dengan-Nya. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya. Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kata-kata "perkasa" di sini berarti "yang menang, atau yang dapat membuat apa yang dikehendaki." "Bijaksana" berarti mengendalikan segala makhluk dengan teliti dan dengan batas-batasnya.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Selasa, 03 Oktober 2023

Meng-Esakan Allah

Tinta Media - Sobat. Sesungguhnya jika manusia tidak meng-esakan Allah maka ia akan jatuh dalam kesengsaraan tanpa akhir. Tauhid berarti anda tidak melihat yang lain di sisi Allah SWT dan meyakini bahwa segala sesuatu berakhir dalam kebaikan. “ Di tangan-Mu segala kebaikan.” Tauhid berarti Anda berdoa kepada Allah SWT agar Dia merahmati anda di dunia dan akhirat serta memberikan kebaikan di dunia dan di akhirat.

Allah SWT berfirman :

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ

“Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.”

Sobat. Wahai Nabi Muhammad, Katakanlah kepada kaum musyrik yang menanyakan sifat dan nasab Allah dengan tujuan mengejek, “Dia lah Allah, Yang Maha Esa. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia tidak berbilang dalam nama, sifat, dan ketuhanan-Nya. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia Maha Pencipta, Mahakaya, dan Mahakuasa. Dia tidak memerlukan yang lain, sedangkan semua makhluk bergantung kepada-Nya.

Pada ayat ini, Allah menyuruh Nabi Muhammad menjawab pertanyaan orang-orang yang menanyakan tentang sifat Tuhannya, bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Esa, tidak tersusun dan tidak berbilang, karena berbilang dalam susunan zat berarti bahwa bagian kumpulan itu memerlukan bagian yang lain, sedang Allah sama sekali tidak memerlukan suatu apa pun. Keesaan Allah itu meliputi tiga hal: Dia Maha Esa pada Zat-Nya, Maha Esa pada sifat-Nya dan Maha Esa pada perbuatan-Nya.

Maha Esa pada zat-Nya berarti zat-Nya tidak tersusun dari beberapa zat atau bagian. Maha Esa pada sifat-Nya berarti tidak ada satu sifat makhluk pun yang menyamai-Nya dan Maha Esa pada perbuatan-Nya berarti Dialah yang membuat semua perbuatan sesuai dengan firman-Nya:

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (Yasin/36 : 82)

Sobat. Allah menerangkan betapa mudah bagi-Nya menciptakan sesuatu. Apabila Ia menghendaki untuk menciptakan suatu makhluk, cukuplah Allah berfirman, "Jadilah," maka dengan serta-merta terwujudlah makhluk itu.

Mengingat kekuasaan-Nya yang demikian besar, maka adanya hari kebangkitan itu, di mana manusia dihidupkan-Nya kembali sesudah terjadinya kehancuran di hari Kiamat, bukanlah suatu hal yang mustahil, dan tidak patut diingkari.

Sobat. Allah menambahkan dalam ayat 2 Al-Ikhlas penjelasan tentang sifat Tuhan Yang Maha Esa itu, yaitu Dia adalah Tuhan tempat meminta dan memohon.

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (QS. Al-Baqarah (2) : 201 )

Sobat. Di dalam ayat ini, Allah menyebutkan manusia yang memperoleh keuntungan dunia akhirat, yaitu orang-orang yang di dalam doanya selalu minta agar mendapat kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat, dan terjauh dari siksaan api neraka.
Untuk mencapai hidup bahagia di dunia harus melalui beberapa persyaratan, di antaranya harus sabar dalam berusaha, patuh kepada peraturan dan disiplin, pandai bergaul dan dipercaya serta mempunyai maksud baik dalam usahanya.

Untuk mencapai hidup bahagia di akhirat haruslah mempunyai iman yang murni dan kuat, serta mengerjakan amal yang saleh dan mempunyai akhlak yang mulia. Maka untuk terlepas dari siksa neraka hendaklah selalu meninggalkan pekerjaan-pekerjaan maksiat, menjauhkan diri dari yang keji serta memelihara diri jangan sampai berbuat hal-hal yang diharamkan Allah karena pengaruh syahwat dan hawa nafsu.

مَّا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا

“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa’ (4) 147 )

Sobat. Allah tidak akan menyiksa seseorang secara semena-mena. Allah menyiksa orang-orang munafik, hanyalah karena perbuatan mereka sendiri. Kepada mereka telah diberi akal, panca indera dan perasaan tetapi tidak mereka pergunakan sebagaimana mestinya sehingga mereka tidak mau menerima petunjuk-petunjuk Allah, dan jiwa mereka menjadi kotor serta penyakit kemunafikan bersemi di dalam diri mereka.

Apabila Allah memberikan pahala kepada mereka, sesudah mereka bertobat adalah karena kesadaran dan keikhlasan yang timbul dari hati mereka sendiri, dan telah melakukan amal saleh yang didasarkan kepada iman yang benar. Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia Maha Pembalas jasa kepada hamba-Nya yang mau bersyukur dan Maha Mengetahui setiap amal perbuatan yang dilakukannya, dengan memberikan pahala yang tidak terhingga.

Allah berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Ibrahim/14:7).

Sobat. Dalam ayat ini Allah swt kembali mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Bila mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya. Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.

Sobat. Mensyukuri rahmat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan ucapan yang setulus hati; kedua, diiringi dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridai-Nya.

Sobat. Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara.

Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat, dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam pergaulan.

Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut. Di samping itu, ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, dan di akhirat memperoleh hukuman yang berat.

Sobat. Allah SWT menciptakan anda untuk akhirat. Karena itu, Dia mungkin mengorbankan kehidupan dunia anda, demi kepentingan akhirat Anda. Namun, jika Anda menang, diridhai maka mintalah dari-Nya, bersandarlah kepada-Nya agar Dia memberi Anda dunia dan akhirat. Datangilah Dia dengan ketaatan, cintai apa yang ada di sisi-Nya sehingga dia memenangkan anda di dunia dan akhirat.

Oleh : Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Selasa, 06 Desember 2022

Cinta dan Benci Karena Allah

Tinta Media - Sobat. Cinta karena Allah berarti mencintai kekasih karena dia menjalankan metode yang ditetapkan oleh Allah. Sedangkan benci karena Allah terjadi karena orang yang dicintainya itu menjauhi dari metode yang ditetapkan Allah, lalu menjadikan keduanya sebagai ukuran keimanan. Cinta karena Allah merupakan tanda mendapatkan taufik di dunia dan keridhaan Allah di akherat.

وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ  
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” ( QS. At-Taubah (9): 71)

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa orang mukmin, pria maupun wanita saling menjadi pembela di antara mereka. Selaku mukmin ia membela mukmin lainnya karena hubungan agama. Wanita pun selaku mukminah turut membela saudara-saudaranya dari kalangan laki-laki mukmin karena hubungan seagama sesuai dengan fitrah kewanitaannya. Istri-istri Rasulullah dan istri-istri para sahabat turut ke medan perang bersama-sama tentara Islam untuk menyediakan air minum dan menyiapkan makanan karena orang-orang mukmin itu sesama mereka terikat oleh tali keimanan yang membangkitkan rasa persaudaraan, kesatuan, saling mengasihi dan saling tolong-menolong. Kesemuanya itu didorong oleh semangat setia kawan yang menjadikan mereka sebagai satu tubuh atau satu bangunan yang saling menguatkan dalam menegakkan keadilan dan meninggikan kalimah Allah. Sifat mukmin yang seperti itu banyak dinyatakan oleh hadis-hadis Nabi Muhammad antara lain, seperti sabdanya:

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, saling menyantuni dan saling membantu seperti satu jasad, apabila salah satu anggota menderita, seluruh anggota jasad itu merasakan demam dan tidak tidur. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Numan bin Basyir).

Sobat. Sifat saling membela tidak terdapat pada orang-orang munafik karena mereka diliputi oleh keraguan dan sifat pengecut. Persaudaraan ini di kalangan mereka sekadar ucapan permainan lidah sebagaimana diutarakan di dalam firman Allah:

Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudaranya yang kafir di antara Ahli Kitab, "Sungguh, jika kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapa pun demi kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantumu." Dan Allah menyaksikan, bahwa mereka benar-benar pendusta. Sungguh, jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar bersama mereka, dan jika mereka diperangi; mereka (juga) tidak akan menolongnya; dan kalau pun mereka menolongnya pastilah mereka akan berpaling lari ke belakang, kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan. (al-hasyr/59: 11 - 12)

Sobat. Sifat-sifat yang dimiliki orang mukmin berbeda dari sifat-sifat orang munafik pada hal-hal berikut:

a. Orang mukmin selalu mengajak berbuat baik dan melarang perbuatan mungkar, sedang orang munafik selalu menyuruh berbuat mungkar dan melarang berbuat baik.
b. Orang mukmin mengerjakan salat dengan khusyuk dengan hati yang ikhlas sedang orang munafik mengerjakan salat dalam keadaan terpaksa dan riya.
c. Orang mukmin selain mengeluarkan zakat, tangan mereka selalu terbuka untuk menciptakan kesejahteraan umat dan memberikan sumbangan sosial, sedang orang munafik kikir, jika mereka mengeluarkan zakat atau derma adalah karena ria bukan karena ikhlas kepada Allah, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah:

Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena mereka kafir (ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan salat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan (terpaksa). (at-Taubah/9: 54)

d. Orang mukmin selalu taat kepada Allah dengan cara meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat dan mengerjakan segala perintah menurut kesanggupan mereka sedang orang munafik terus-menerus berbuat maksiat.

Akhir ayat ini menegaskan bahwa Allah pasti akan melimpahkan rahmat-Nya baik di dunia maupun di akhirat kepada orang-orang mukmin sedang ayat-ayat yang lalu Allah melaknati orang-orang munafik dan mengancam mereka dengan api neraka. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa, tidak seorang pun yang dapat menolak siksaan-Nya. Dia Mahabijaksana melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada orang-orang yang dikehendaki sesuai dengan amalan-amalan yang telah dikerjakannya.

Sobat. Rasulullah bersabda,” Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka dia telah mencintaiku. Barangsiapa yang mencintaiku, maka dia bersamaku pada hari kiamat di dalam surga. “ 
Junaid al-Baghdadi berkata, “ Tiada seorang pun bisa sampai kepada Allah kecuali dengan pertolongan Allah. Jalan untuk sampai kepada Allah adalah mengikuti manusia pilihan; Nabi Muhammad SAW.”

Sufyan Ats-Tsauri berkata, “ Barangsiapa mencintai orang yang mencintai Allah, sesungguhnya dia telah mencintai Allah. Barangsiapa yang memuliakan orang yang memuliakan Allah, berarti dia memuliakan Allah.”

Sobat. Fudhail bin Iyadh ketika ditanya,” Wahai Abu Ali, kapan seseorang itu menjadi orang sholeh? Dia menjawab, “ Jika nasehat berada di di dalam niatnya, rasa takut berada di hatinya, kejujuran berada di lidahnya, dan amal sholeh berada di dalam anggota tubuhnya.”

Allah SWT berfirman :
۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ ٱلۡيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوۡلِيَآءَۘ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمۡ فَإِنَّهُۥ مِنۡهُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” ( QS. Al-Maidah (5) : 51 )

Sobat. Ayat ini melarang orang-orang yang beriman agar jangan menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrab yang akan memberikan pertolongan dan perlindungan, apalagi untuk dipercayai sebagai pemimpin. Selain dari ayat ini masih banyak ayat yang lain dalam Al-Qur'an yang menyatakan larangan seperti ini terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani. Diulangnya berkali-kali larangan ini dalam beberapa ayat dalam Al-Qur'an, menunjukkan bahwa persoalannya sangat penting dan bila dilanggar akan mendatangkan bahaya yang besar.

Sobat. Larangan ini berlaku atas diri pribadi. Orang mukmin dilarang menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman yang akrab, tempat menumpahkan rahasia dan kepercayaan seperti halnya dengan sesama mukmin. Begitu juga, berlaku terhadap jamaah dan masyarakat mukmin, bahwa mereka dilarang untuk menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pembela, pelindung dan penolong, lebih-lebih dalam urusan yang berhubungan dengan agama. Kalau hanya untuk berteman biasa dalam pergaulan, apalagi dalam urusan-urusan keduniaan, Allah tidak melarangnya, asal saja berhati-hati dalam pergaulan, sebab bagi mereka sifat melanggar janji dan berbohong untuk mencari keuntungan duniawi adalah biasa saja. Hal yang seperti ini sudah diperlihatkan oleh Rasulullah ketika beliau berada di Medinah. Beliau mengadakan hubungan kerja sama dengan orang Yahudi dan Nasrani dan kadang-kadang mengadakan perjanjian pertahanan dengan mereka, bila hal itu dipandang ada maslahatnya bagi orang-orang yang beriman.

Sobat. Orang Yahudi dan Nasrani itu rasa golongan dan kesukuan mereka sangat tebal. Karena itu walau bagaimanapun baiknya hubungan mereka dengan orang mukmin, sehingga suka mengadakan perjanjian untuk kerja sama dengan mereka tapi kalau akan merugikan golongan dan bangsanya, mereka tidak akan segan-segan berbalik ke belakang, mengkhianati janji dan memusuhi orang mukmin. Sesama mereka senantiasa tolong menolong, bersatu dalam menghadapi orang mukmin. Lahirnya baik, tapi batinnya selalu mencari kesempatan untuk menghancurkan orang-orang mukmin.

Sobat. Akhir ayat ini menegaskan, bahwa barang siapa di antara orang-orang mukmin yang menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrabnya, maka orang itu termasuk golongan mereka, tanpa sadar, lambat laun orang itu akan terpengaruh, bukan akan membantu Islam, tetapi akan menjadi musuh Islam. Kalau dia telah menjadi musuh Islam, berarti dia telah menganiaya dirinya sendiri. Ketahuilah, bahwa Allah tidak akan memberi petunjuk orang-orang yang aniaya, kepada jalan yang benar untuk mencapai hidup bahagia di dunia dan akhirat.

Sobat. Umur adalah berlian berharga yang tiada duanya. Sepatutnya engkau mengisinya dengan perbendaharaan yang kekal di akherat. Ketahuilah, bahwa seorang pencari akherat harus zuhud di dalam kehidupan dunia agar bisa berkonsentrasi pada satu titik dan antara batin dan dzahirnya tidak berbeda. Karena kondisi spiritual tidak mungkin bisa dipelihara jika aspek dzahir dan batin tidak sinkron.

(Dr. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab