Tinta Media: Allah
Tampilkan postingan dengan label Allah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Allah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 November 2022

ISLAM DATANG DARI ALLAH, BUKAN DARI ARAB

Tinta Media - Ucapan menteri agama yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang berasal dari Arab tentu saja ucapan itu tidak benar sama sekali, sebab Islam itu agama dari Allah, bukan buatan manusia apalagi berasal dari wilayah tertentu. Yaqut harusnya paham itu. Sebab masalah ini sangatlah mudah, semua orang tahu, bahkan mungkin anak kecilpun tahu bahwa Islam adalah agama yang datang dari Allah, dibawakan oleh Rasulullah Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia di dunia dalam rangka menebar rahmat bagi alam semesta.

 

Benar bahwa Nabi Muhammad adalah orang Arab, tapi agama Islam datang dari Allah, bukan datang dari Arab. Tidak ada istilah Islam itu sebagai agama pendatang, sebab bumi ini milik Allah, diciptakan oleh Allah, bahkan seluruh manusia dan alam semesta juga diciptakan oleh Allah.

 

Ucapan ini tentu saja sangat disayangkan, beda kalau karena tidak paham. Jika tak paham, maka tulisan ini semoga bisa memahamkannya. Sebab ucapan seperti justru akan memantik masalah di kalangan umat Islam. Ucapan seperti ini jika sengaja dilakukan, maka akan semakin memunjulkan kegaduhan yang tidak produktif. Semestinya sebagai menteri agama sangat paham soal yang sederhana ini.

 

Menteri agama juga mestinya menebarkan kesejukan, bukan malah membuat kegaduhan. Katanya umat ini harus menebar perdamaian, nyatanya dia sendiri justru menebar kegaduhan dengan ucapan yang salah itu. Sebaiknya menteri agama meminta maaf kepada seluruh umat Islam di negeri ini.

 

Apakah ini termasuk penistaan agama ?. Tentu saja yang paling tahu adalah yang mengucapkan, adakah motif dibalik ucapan yang salah itu. Jika karena tidak tahu, maka hanya perlu minta maaf. Namun jika sengaja membuat kegaduhan, maka sangat disayangkan. Seorang menteri agama mestinya tidak mengucapkan hal tersebut.

 

Agama Islam adalah agama sempurna yang berasal dari Allah dan sangat memberikan penghargaan kepada manusia dan kemanusiaan. Islam adalah agama yang sangat toleran atas perbedaan, terbukti saat Rasulullah memimpin Daulah Madinah yang sangat plural. Semua agama bisa hidup damai di Madinah.

 

Mungkin ahli hukum dan pihak kepolisian yang lebih tahu apakah ucapan ini termasuk penistaan agama Islam atau tidak sesuai dengan UU yang berlaku di negeri ini. Yang pasti ucapan Yaqut adalah ucapan yang menyalahi ajaran Islam. Namun, jika ucapan ini memang diniatkan untuk merendahkan ajaran Islam yang sumpurna ini, maka tentu saja bisa saja ada delik penistaan agama. Apalagi jika niatnya adalah mempermainkan agama Allah, maka termasuk dosa besar

 

Allah berfirman : Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS At Taubah : 65-66)

 

Bagaimana menanggapi hal ini sebagai masyarakat ?. Masyarakat semestinya tidak terpancing secara emosional, namun harus tetap meluruskan ucapan-ucapan yang salah dan berpotensi menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Masyarakat harus memberikan edukasi dan dakwah kepada siapa saja yang telah melakukan kesalahan soal agama Islam. Dakwah adalah bagian dari kewajiban setiap muslim. Dakwah adalah tanda cinta umat kepada bangsa ini. Masyarakat harus diberikan pembelajaran yang benar soal agama ini, terlebih kepada para pejabat dan pemimpin yang salah paham dan pahamnya salah atas Islam dan ajarannya.

 

Apa yang seharusnya dilakukan umat Islam dalam menanggapi hal tersebut ?. Umat Islam harus menyadari bahwa selama demokrasi sekuler yang diterapkan di negeri ini, maka Islam hanya akan menjadi obyek dan sasaran berbagai stigmatisasi. Sebab sekulerisme adalah paham yang memisahkan antara agama dan kehidupan, termasuk politik.

 

Dengan kondisi ini, maka setiap kali ada usaha-usaha mendakwahkan Islam, akan dihadapkan dengan berbagai label yang negatif atas Islam. Ucapan yang menyudutkan Islam tentu saja sudah tidak terhitung jumlahnya di negeri mayoritas muslim ini. Bahkan sering berasal dari para pejabar dan pemimpin di negeri ini yang seharusnya justru memberikan edukasi yang benar tentang Islam.

 

Peristiwa seperti ini mungkin tidak akan pernah berhenti selama Islam dan ajarannya hanya dijadikan sebagai obyek. Lain lagi jika ajaran Islam menjadi penentu kebijakan dan perundang-undangan di negeri ini. Orang yang memiliki paham sekuler liberal akan terus memberikan stigma negatif atas Islam dan ajarannya. Umat Islam harus terus mencermati setiap perkembangan keagamaan Islam di negeri ini, terus mendakwahkan dan terus melakukan pembelaan atas agama ini dari orang-orang yang berupaya memadahkan cahaya agama ini.

 

Hal ini sejalan dengan firman Allah : Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad 47: Ayat 7).

 

Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya (QS Ali Imran : 19)

 

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya. (QS. As-Saff Ayat 8).

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 31/10/22 : 15.18 WIB)

Dr. Ahmad Sastra 
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Rabu, 12 Oktober 2022

Tanda-tanda Cinta Hamba Kepada Allah

Tinta Media - Sobat. Allah mencintai kita karena kita mencintai Nabi-Nya dan mengikutinya. Sesungguhnya Allah SWT mencintai para kekasih-Nya (auliya’) karena mereka beriman kepada Nabi-Nya, membenarkannya, mengikutinya, meneladaninya, mencintainya.

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ  

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS. Ali Imran (3) : 31 )

Sobat. Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi untuk mengatakan kepada orang Yahudi, jika mereka benar menaati Allah maka hendaklah mereka mengakui kerasulan Nabi Muhammad, yaitu dengan melaksanakan segala yang terkandung dalam wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. Jika mereka telah berbuat demikian niscaya Allah meridai mereka dan memaafkan segala kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan serta mengampuni dosa-dosa mereka. Mengikuti Rasul dengan sungguh-sungguh baik dalam itikad maupun amal saleh akan menghilangkan dampak maksiat dan kekejian jiwa mereka serta menghapuskan kezaliman yang mereka lakukan sebelumnya.

Ayat ini memberikan keterangan yang kuat untuk mematahkan pengakuan orang-orang yang mengaku mencintai Allah pada setiap saat, sedang amal perbuatannya berlawanan dengan ucapan-ucapan itu. Bagaimana mungkin dapat berkumpul pada diri seseorang cinta kepada Allah dan pada saat yang sama membelakangi perintah-Nya. Siapa yang mencintai Allah, tapi tidak mengikuti jalan dan petunjuk Rasulullah, maka pengakuan cinta itu adalah palsu dan dusta. Rasulullah bersabda:
"Siapa melakukan perbuatan tidak berdasarkan perintah kami maka perbuatan itu ditolak". (Riwayat al-Bukhari).

Barang siapa mencintai Allah dengan penuh ketaatan, serta mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengikuti perintah Nabi-Nya, serta membersihkan dirinya dengan amal saleh, maka Allah mengampuni dosa-dosanya.

Sobat. Bagaimana mungkin kita tidak mencintai Rasulullah SAW padahal beliau telah menghalalkan bagi kita hal-hal yang baik, serta mengharamkan hal-hal yang kotor?! Beliau telah memudahkan syariat bagi kita, membukakan pintu rahmat bagi kita, serta menunjukkan jalan taubat bagi kita. Beliau telah mengabarkan kepada kita cara meraih ridha Allah SWT, memperingati kita agar menghindari setiap hal yang dapat  membahayakan diri dan mewaspadai jalur yang menyesatkan, serta mengarahkan  kita  menuju hidayah.

Sobat. Bagaimana mungkin kita tidak mencintai Rasulullah SAW padahal beliau telah mencurahkan seluruh hidupnya untuk membimbing dan menunjukkan kita pada kebaikan, serta mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya? Beliau telah mengajari kita segala hal dalam kehidupan, yang paling agung dan paling luhur ialah Laa ilaaha illallah, sedangkan yang paling kecil ialah menyingkirkan bahaya dari jalan. Beliau telah menjelaskan kepada kita berbagai pembahasan ilmu pengetahuan secara bertahap.

Allah SWT berfirman :

لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ 

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah (9) : 128 )

Sobat. Ayat ini sekalipun khusus ditujukan kepada bangsa Arab di masa Nabi, tetapi juga ditujukan kepada seluruh umat manusia. Semula ditujukan kepada orang Arab di masa Nabi, karena kepada merekalah Al-Qur'an pertama kali disampaikan, karena Al-Qur'an itu dalam bahasa Arab, tentulah orang Arab yang paling dapat memahami dan merasakan ketinggian sastra Al-Qur'an. Dengan demikian mereka mudah pula menyampaikan kepada orang-orang selain bangsa Arab. Jika orang-orang Arab sendiri tidak mempercayai Muhammad dan Al-Qur'an, tentu orang-orang selain Arab lebih sukar mempercayainya.

Ayat ini seakan-akan mengingatkan orang-orang Arab, sebagaimana isinya yang berbunyi, "Hai orang-orang Arab, telah diutus seorang Rasul dari bangsamu sendiri yang kamu ketahui sepenuhnya asal-usul dan kepribadian-nya, serta kamu lebih mengetahuinya dari orang-orang lain."

Sebagian mufassir menafsirkan perkataan "Rasulun min anfusikum" dengan hadis:

Bersabda Rasulullah saw, "Sesungguhnya Allah telah memilih Bani Kinanah dari keturunan Ismail, dan memilih suku Quraisy dari Bani Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari suku Quraisy, dan Allah telah memilihku dari Bani Hasyim." (Riwayat Muslim dan at-Tirmidzi dari Wasilah bin Asqa)

Dari ayat dan hadis di atas dapat dipahami tentang kesucian keturunan Nabi Muhammad saw, yang berasal dari suku-suku pilihan dari bangsa Arab. Dan orang-orang Arab mengetahui benar tentang hal ini.

Nabi Muhammad saw yang berasal dari keturunan yang baik dan terhormat mempunyai sifat-sifat yang mulia dan agung, yaitu:

1.  Nabi merasa tidak senang jika umatnya ditimpa sesuatu yang tidak diinginkan, seperti dihinakan karena dijajah dan diperhamba oleh musuh-musuh kaum Muslimin, sebagaimana ia tidak senang pula melihat umatnya ditimpa azab yang pedih di akhirat nanti.

2.  Nabi sangat menginginkan agar umatnya mendapat taufik dari Allah, bertambah kuat imannya, dan bertambah baik keadaannya. Keinginan beliau ini dilukiskan oleh Allah dalam firman-Nya:

Jika engkau (Muhammad) sangat mengharapkan agar mereka mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan mereka tidak mempunyai penolong. (an-Nahl/16: 37)

Dan Allah berfirman:

Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. (Yusuf/12: 103)

3.  Nabi selalu belas kasihan dan amat penyayang kepada kaum Muslimin. Keinginannya ini tampak pada tujuan risalah yang disampaikannya, yaitu agar manusia hidup berbahagia di dunia dan akhirat nanti.
 Dalam ayat ini Allah memberikan dua macam sifat kepada Nabi Muhammad, kedua sifat itu juga merupakan sifat Allah sendiri, yang termasuk di antara "asmaul husna", yaitu sifat "rauf" (amat belas kasihan) dan sifat "rahim" (penyayang) sebagai tersebut dalam firman-Nya:

...Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (al-Baqarah/2: 143)

 Pemberian kedua sifat itu kepada Muhammad menunjukkan bahwa Allah menjadikan Muhammad sebagai Rasul yang dimuliakan-Nya.

Sobat. Diantara bukti cinta kepada Allah dan Rasul-Nya ialah merawat sunnahnya, membela agamanya, berjuang untuk syariat-Nya. Anda mengharapkan ridha Allah SWT dengan diri, nafas, ahwal dan harta Anda sebagai bentuk taqarub kepada-Nya, demi membela Nabi Muhammad SAW hendaklah Anda mengambil peran dalam menyebarkan sunnahnya di berbagai majelis, serta mendakwahkan ajarannya di berbagai kesempatan dan wilayah. Hendaklah Anda mengambil peran dalam mengajarkan syariat Nabi Muhammad SAW yang suci kepada manusia dengan lisan, pena, pengajian, pengajaran, khutbah, dan muktamar. Semua itu disesuaikan dengan kemampuan diri.

Sobat. Orang yang dicintai oleh Rasulullah SAW maka dicintai juga oleh Allah SWT. Dia dijaga di dunia dan akherat. Doanya mustajab, amalnya dikabulkan, dan kesudahannya yang baik.

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰٓئِكَ رَفِيقٗا  

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” ( QS. An-Nisa’ (4) : 69)

Sobat. Ayat ini mengajak dan mendorong setiap orang agar taat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya. Allah berjanji akan membalas ketaatan dengan pahala yang sangat besar, yaitu bukan saja sekedar masuk surga, tetapi akan ditempatkan bersama-sama dengan orang-orang yang paling tinggi derajatnya di sisi Tuhan, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan orang-orang yang saleh.

Berdasarkan ayat ini para ahli tafsir secara garis besarnya membagi orang-orang yang memperoleh anugerah Allah yang paling besar di dalam surga kepada empat macam yaitu:

1. Para rasul dan nabi, yaitu mereka yang menerima wahyu dari Allah.

2. Para shiddiqin, yaitu orang-orang yang teguh keimanannya kepada kebenaran nabi dan rasul.

3. Para syuhada mempunyai kriteria sebagai berikut:

a. Orang beriman yang berjuang di jalan Allah dan mati syahid dalam peperangan melawan orang kafir.

b. Orang yang menghabiskan usianya berjuang di jalan Allah dengan harta dan dengan segala macam jalan yang dapat dilaksanakannya.

c. Orang beriman yang mati ditimpa musibah mendadak atau teraniaya, seperti mati bersalin, tenggelam, terbunuh dengan aniaya. Bagian (a) disebut syahid dunia dan akhirat yang lebih tinggi pahalanya dari bagian (b) dan (c) yang keduanya hanya dinamakan syahid akhirat. Ada satu bagian lagi yang disebut namanya syahid dunia, yaitu orang-orang yang mati berperang melawan kafir, hanya untuk mencari keuntungan duniawi, seperti untuk mendapatkan harta rampasan, untuk mencari nama dan sebagainya. Syahid yang serupa ini tidak dimasukkan pembagian syahid di atas, karena syahid dunia tersebut tidak termaksud sama sekali dalam kedua ayat ini.

4.  Orang-orang saleh, yaitu orang-orang yang selalu berbuat amal baik yang bermanfaat untuk umum, termasuk dirinya dan keluarganya baik untuk kebahagiaan hidup duniawi maupun untuk kebahagiaan hidup ukhrawi yang sesuai dengan ajaran Allah.

Orang yang benar-benar taat kepada Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang tersebut dalam ayat ini akan masuk surga dan ditempatkan bersama-sama dengan semua golongan yang empat itu.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Rabu, 28 September 2022

Yakinlah Akan Janji Allah


Tinta Media - Sobat. Yakin janji Allah, yakin Al-Qurán adalah petunjuk Allah membuat hati menjadi tenang dan tak perlu takut kelaparan. Ternyata terhambatnya rezeki, sejatinya adalah sedang diujinya  terhadap keyakinan  diri kita kepada Allah. Diuji terhadap keyakinan akan janji Allah sesuai ayat-Nya di dalam Al-Qurán. Jika kita bisa melalui itu, Insya Allah kita akan semakin dekat kepada Allah. Bertabah Iman? Bukankah Iman dan Islam adalah keberuntungan hakiki atau rezeki yang baik? Rezeki yang Insya Allah langsung rezeki nyata di akherat?

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡمُشۡرِكُونَ نَجَسٞ فَلَا يَقۡرَبُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ٱلۡحَرَامَ بَعۡدَ عَامِهِمۡ هَٰذَاۚ وَإِنۡ خِفۡتُمۡ عَيۡلَةٗ فَسَوۡفَ يُغۡنِيكُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦٓ إِن شَآءَۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٞ 
“  Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” ( QS. At-Tawbah (9) :28 )

Sobat. Setelah Rasulullah saw menunjuk Abu Bakar menjadi amirul hajj, Rasulullah memberi tugas kepada Ali bin Abi thalib agar mendampingi Abu Bakar membacakan ayat-ayat permulaan surah at-Taubah di hadapan orang banyak. Timbullah kecemasan di kalangan kaum Muslimin karena khawatir akan menghadapi kesulitan makanan akibat orang-orang musyrik tidak dibolehkan masuk ke Mekah untuk melakukan ibadah haji.

Pada akhir ayat ini, Allah menjamin orang-orang mukmin dari kemelaratan. Mereka tidak perlu khawatir akan kekurangan makanan dan barang-barang dagangan akibat larangan Allah terhadap kaum musyrik tersebut yang biasanya datang ke tanah suci membawa barang dagangan. Jaminan Allah kepada orang mukmin untuk mendapat kehidupan yang baik tergantung kepada kegiatan usaha dan ikhtiar seseorang. Namun demikian, tidak terlepas dari kehendak Allah, kepada siapa Allah memberikan karunia-Nya.

Oleh karena itu, orang mukmin hendaklah mempertebal keimanan dan tawakalnya kepada Allah di samping melakukan usaha dan ikhtiar. Allah mengetahui urusan yang akan datang, baik mengenai kemakmuran atau kemelaratan yang menimpa penduduk suatu negeri. Allah Mahabijaksana dalam segala hal terutama mengenai ketentuannya, baik berupa perintah maupun larangan.

Allah telah memenuhi janji-Nya karena kenyataannya penduduk Mekah tidak mengalami kesulitan kehidupan. Setelah tersiar larangan tersebut, semakin banyak orang musyrik masuk Islam, bukan saja mereka yang berada di sekitar Jazirah Arab, malahan hampir sampai ke segenap penjuru.

Mereka tentulah berkewajiban menunaikan ibadah haji di samping mereka bebas mengunjungi tanah suci. Hal ini merupakan salah satu jalan bagi penduduk Mekah untuk memperoleh kemakmuran hidup. Dengan adanya larangan Allah terhadap orang-orang musyrik memasuki Masjidilharam, terjadilah perselisihan pendapat antara ulama fiqih sebagai berikut:

1.  Orang musyrik dan Ahli Kitab tidak dibolehkan memasuki Masjidilharam, sedang mesjid lainnya dibolehkan terhadap Ahli Kitab. Demikian menurut mazhab Imam Syafii.
2.  Orang-orang musyrik termasuk Ahli Kitab tidak dibolehkan memasuki semua mesjid. Demikian menurut mazhab Maliki.
3.  Yang dilarang memasuki Masjidilharam adalah orang musyrik saja, (tidak termasuk Ahli Kitab). Demikian menurut mazhab Hanafi.
4.  Sebagian Ulama berpendapat bahwa orang musyrik dilarang memasuki tanah haram dan jika dia datang secara diam-diam (menyamar) kemudian ia mati dan dikuburkan maka setelah diketahui, wajiblah digali kuburnya dan dikuburkan di luar tanah haram.

Sobat. Rahasia agar kita memperoleh  keberuntungan dan keajaiban rezeki yang datangnya tidak disangka-sangka :

1. Menyadari betul bahwa kita orang yang penuh dosa sehingga layak terus bertaubat dan memperbanyak istighfar.
2. Meminta ampunan dengan penuh kesadaran tinggi atas dosa-dosanya. Sungguh sadar diri pendosa dan taubat tak mau melakukannya lagi. Mintalah Ampunan kepada Allah SWT.

وَأَنِ ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِ يُمَتِّعۡكُم مَّتَٰعًا حَسَنًا إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗى وَيُؤۡتِ كُلَّ ذِي فَضۡلٖ فَضۡلَهُۥۖ وَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٖ كَبِيرٍ 

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” ( QS. Hud :3).
3. Jangan mengingkari nikmat-nikmat Allah. Mereka selalu mencari rupa rezeki untuk disyukuri. Mereka mengembalikan rezeki Allah dengan rajin sedekah, berbagi, dan melakukan hal yang bermanfaat , baik dan halal.
4. Yakin Allah Maha pemberi rezeki. Jika yakin Allah, yakin ayat-ayat Al-Qurán dari-Nya. Kita akan percaya bahwa semua yang hidup di dunia ini dijamin rezekinya oleh Allah kita bisa baca lagi QS Hud ayat 6. Ingat pula cerita cicak di dinding yang makanannya nyamuk. Allah Maha Pemberi rezeki. Percaya Allah, kita juga jadi percaya ayat-ayat ini. Jadi tugas kita dalam lingkaran di mana manusia menguasai ( Mukhayyar) adalah berdoa atau meminta, ikhtiar dan tawakkal sebagai lading amal sholeh kita. Selebihnya, percaya kuasa Allah mengatur rezeki kita.

إِنَّمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوۡثَٰنٗا وَتَخۡلُقُونَ إِفۡكًاۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَمۡلِكُونَ لَكُمۡ رِزۡقٗا فَٱبۡتَغُواْ عِندَ ٱللَّهِ ٱلرِّزۡقَ وَٱعۡبُدُوهُ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥٓۖ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ
“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan.” ( QS. Al-Ánkabut (29) : 17 ).

Sobat. Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa sesembahan selain Dia sudah jelas merupakan hasil ciptaan tangan manusia sendiri, tetapi mereka berdusta dengan menganggapnya tuhan yang sebenarnya. Mereka menganggap hasil ciptaan mereka yang berbentuk patung dan berhala itu sanggup memberi manfaat atau keuntungan kepada mereka. Ibrahim mencela dan mengecam anggapan mereka karena patung-patung itu sedikit pun tidak sanggup memberi rezeki kepada mereka. Rezeki itu adalah wewenang mutlak yang hanya dimiliki oleh Allah. Oleh karena itu, dianjurkan kepada mereka supaya memohon rezeki dan penghasilan hanya kepada Allah, kemudian mensyukuri jika yang diminta itu telah dikabulkan-Nya. Hanya Allah yang mendatangkan rezeki bagi manusia serta semua kenikmatan hamba-Nya. Manusia dianjurkan untuk mencari keridaan-Nya dengan jalan mendekatkan diri kepada-Nya.

Ayat ini ditutup dengan lafal "kepada-Nyalah kamu dikembalikan" artinya manusia harus bersiap-siap menemui Allah dengan beribadah dan bersyukur. Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala amal perbuatannya dan semua kenikmatan yang mereka terima.

5. Tidak menambah dosa lagi terlihat atau tidak terlihat.
أَمَّنۡ هَٰذَا ٱلَّذِي يَرۡزُقُكُمۡ إِنۡ أَمۡسَكَ رِزۡقَهُۥۚ بَل لَّجُّواْ فِي عُتُوّٖ وَنُفُورٍ 
“Atau siapakah dia yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?” (QS. Al-Mulk (67) : 21 ).

6. Ikhtiar, tawakal dan terus ingat Allah. Silahkan baca QS At-talaq ayat 3,4,dan 5.  Allah  akan memberi jalan keluar, rezeki yang datangnya tidak disangka-sangka, memberi kecukupan, dan memudahkan segala urusan
Dan mengampuni segala dosa dan kesalahan serta dimasukkan ke dalam surga-Nya.

7. Selalu melakukan amal sholeh dan perbuatan baik dengan membantu  orang menghilangkan lapar dan melindungi mereka dari ketakutan.

Sobat. Sejatinya  semua rezeki berasal dari Allah yang patut kita syukuri dengan memperbanyak ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Benar sekali kata Allah, makin banyak  bersyukur, makin banyak rezekinya, makin banyak kebruntungan hakiki. Semoga ini menjadi pengingat pada kita semua kembali ke jalan yang lurus.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Kamis, 15 September 2022

Jika Cinta Allah, Maka Cintailah Khilafah

Tinta Media - Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center mengungkapkan bahwa salah satu bukti seseorang mencintai Allah SWT adalah mencintai ajaran Islam khilafah.

“Maka mencintai khilafah adalah termasuk bukti mencintai Allah dan Rasul-Nya,” ujarnya kepada Tinta Media, Selasa (13/9/2022)

Memperjuangkan khilafah, tambahnya, juga adalah bagian dari konsekuensi pengakuan cinta kita kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya. Ia juga mengatakan, yang terpenting bukanlah pengakuan mencintai. Namun yang lebih penting adalah kelayakan untuk dicintai.

 Ustaz Zaid menuturkan, “seorang ulama mengatakan: لَيْسَ الشَّأْنُ أَنْ تُحِبَّ وَلَكِن الشَّأْنُ أَنْ تُحَب. Yang terpenting bukanlah engkau mencintai-Nya. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintaiNya.”

Yang terpenting, sambungnya, bukanlah engkau mencintai nabimu. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa mendapatkan cinta nabimu. 

“Begitu pula, yang terpenting bukanlah engkau mencintai Allah. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintai-Nya,” pungkasnya.[] Wafi

Senin, 05 September 2022

Tanda Mencintai Allah

Tinta Media - Sobat. Tanda mencintai Allah adalah mencintai Al-Quran. Tanda mencintai Allah dan mencintai Al-Quran adalah mencintai Rasulullah Muhammad SAW. Tanda mencintai Rasulullah SAW adalah mencintai sunnahnya. Tanda mencintai sunnah adalah mencintai akherat. Tanda mencintai akherat adalah membenci dunia. Tanda membenci dunia adalah tidak mengambil dunia kecuali sebatas bekal untuk sampai ke akherat. Maka teruslah memantaskan diri menjadi umat Rasulullah yang layak mendapatkan syafaátnya. 

Sobat. Ada tiga pilar penopang ibadah yaitu mata, hati dan lisan. Mata untuk mengambil pelajaran, hati untuk berpikir, lidah untuk berkata benar, bertasbih, dan berdzikir.

أَفَلَمۡ يَنظُرُوٓاْ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَوۡقَهُمۡ كَيۡفَ بَنَيۡنَٰهَا وَزَيَّنَّٰهَا وَمَا لَهَا مِن فُرُوجٖ وَٱلۡأَرۡضَ مَدَدۡنَٰهَا وَأَلۡقَيۡنَا فِيهَا رَوَٰسِيَ وَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوۡجِۢ بَهِيجٖ تَبۡصِرَةٗ وَذِكۡرَىٰ لِكُلِّ عَبۡدٖ مُّنِيبٖ 

“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).”( QS. Qaf (50) : 6-8 )

Sobat. Allah memerintahkan kepada orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan supaya mereka memandang ke langit yang ada di atas mereka untuk dijadikan bahan pemikiran, bagaimana Allah telah meninggikan langit itu tanpa tiang dan menghiasnya dengan berbagai bintang yang gemerlapan, sedangkan langit itu tidak retak sedikit pun. 

Dari segi ilmu pengetahuan, menurut penemuan terakhir dinyatakan bahwa langit itu merupakan benda kolosal yang homogen yang tidak dilapisi dengan benda-benda yang retak dan kosong, akan tetapi padat diisi dengan sejenis benda halus yang bernama ether (al-atsir) dan benda yang halus ini diketahui karena menjadi tempat lalu lintasnya nur atau cahaya. Di antara bintang-bintang itu, ada yang jauhnya dari bumi dengan jarak kecepatan cahaya dalam masa lebih dari sejuta setengah tahun, sedangkan matahari kita sendiri jauhnya dari bumi hanya dengan jarak kecepatan cahaya selama delapan menit dan delapan belas detik. Silakan membayangkan betapa jauhnya sebagian bintang yang ada di cakrawala itu. Cahaya yang dipancarkan oleh bintang itu ke bumi melalui ether itu dan seandainya benda halus itu tidak ada, tentu cahayanya akan terputus. Oleh karena itu, dalam ayat ini dinyatakan bahwa langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun.

Sobat. Syeikh Fudhail bin Iyadh ketika ditanya, “Wahai abu Ali, kapan seseorang itu menjadi orang sholeh?” Dia menjawab, “Jika nasehat berada di dalam niatnya, rasa takut berada di hatinya, kejujuran berada di lidahnya, dan amal sholeh berada di dalam anggota tubuhnya.”

Sufyan Tsauri berkata, “ Barangsiapa mencintai orang yang mencintai Allah, sesungguhnya dia telah mencintai Allah. Barangsiapa memuliakan orang yang memuliakan Allah, berarti dia memuliakan Allah.

Rasulullah SAW bersabda, “ Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka dia telah mencintaiku. Barangsiapa yang mencintaiku, maka dia bersamaku pada hari kiamat di dalam surga.”

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ 

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS. Ali Imran (3) : 31 )

Sobat. Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi untuk mengatakan kepada orang Yahudi, jika mereka benar menaati Allah maka hendaklah mereka mengakui kerasulan Nabi Muhammad, yaitu dengan melaksanakan segala yang terkandung dalam wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. Jika mereka telah berbuat demikian niscaya Allah meridai mereka dan memaafkan segala kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan serta mengampuni dosa-dosa mereka. Mengikuti Rasul dengan sungguh-sungguh baik dalam itikad maupun amal saleh akan menghilangkan dampak maksiat dan kekejian jiwa mereka serta menghapuskan kezaliman yang mereka lakukan sebelumnya.

Ayat ini memberikan keterangan yang kuat untuk mematahkan pengakuan orang-orang yang mengaku mencintai Allah pada setiap saat, sedang amal perbuatannya berlawanan dengan ucapan-ucapan itu. Bagaimana mungkin dapat berkumpul pada diri seseorang cinta kepada Allah dan pada saat yang sama membelakangi perintah-Nya. Siapa yang mencintai Allah, tapi tidak mengikuti jalan dan petunjuk Rasulullah, maka pengakuan cinta itu adalah palsu dan dusta. Rasulullah bersabda:
"Siapa melakukan perbuatan tidak berdasarkan perintah kami maka perbuatan itu ditolak". (Riwayat al-Bukhari).

Barang siapa mencintai Allah dengan penuh ketaatan, serta mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengikuti perintah Nabi-Nya, serta membersihkan dirinya dengan amal saleh, maka Allah mengampuni dosa-dosanya.

Sobat. Cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah ketaatannya kepada keduanya dan mengikuti perintah keduanya. Sedangkan cinta Allah kepada para hamba-Nya adalah pemberian nikmat-Nya kepada mereka dengan disertai ampunan.

Rasulullah SAW bersabda, “ Semua umatku masuk surga kecuali orang yang enggan.” Para sahabat bertanya, “ Siapakah orang yang enggan itu?” Nabi bersabda,” Barangsiapa yang taat kepadaku, ia masuk surga. Barangsiapa yang durhaka kepadaku, maka dia telah enggan (masuk surga). Setiap perbuatan yang tidak berlandaskan sunnahku adalah kedurhakaan.”

Junaid al-Baghdadi berkata,” Tiada seorang pun bisa sampai kepada Allah kecuali dengan pertolongan Allah. Jalan untuk sampai kepada Allah adalah mengikuti manusia pilihan yakni Nabi Muhammad SAW.”

Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku The Power of Spirituality. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Senin, 29 Agustus 2022

Ustazah Noval Tawang: Kemenangan dan Pertolongan Adalah Hak Prerogatif Allah SWT

Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustadzah Noval Tawang mengingatkan bahwa kemenangan dan pertolongan adalah hak prerogatif Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Kita sangat tahu bahwa kemenangan dan pertolongan adalah hak prerogatif Allah Subhanahu wa Ta'ala," tuturnya dalam One Minute Booster Extra: Saatnya Bekerja Keras Membina Umat Dengan Islam Kaffah, Kamis (25/8/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Ustazah Tawang kembali mengingatkan bahwa tugas seorang muslim sebagai bagian umat terbaik ini adalah terus berusaha memantapkan diri agar layak mendapatkan kemenangan dan pertolongan-Nya. "Sebagaimana layaknya Muhammad Al Fatih dan generasinya dalam mendapatkan bisyarah Rasul-Nya," imbuhnya.

Ia menambahkan bahwa ketika negara-negara penjajah dan antek-anteknya berusaha mati-matian menjauhkan kembali umat terbaik ini dari agamanya maka para pengemban dakwah harus bekerja keras membina dan mendidik umat. "Umat harus dibina dan dididik dengan tsaqofah Islam sebagai sistem kehidupan mereka," ujarnya.

"Kitab-kitab ulama yang menjadi khazanah intelektual mereka sudah lebih dari cukup," tukasnya.

Selain itu, lanjutnya, para pengemban dakwah harus menyadarkan umat agar turut berjuang mengembalikan kehidupan Islam. Sebagaimana yang telah dibangun Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam di Madinah.

"Pada saatnya, kemenangan itu pasti akan diberikan oleh Allah kepada siapapun yang memperjuangkannya dengan sungguh-sungguh," tandasnya.[] Ajira

Jumat, 29 Juli 2022

Wujud Takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Takut pada Kemurkaan-Nya

Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Noval Tawang menyampaikan bahwa salah satu wujud takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah takut pada kemurkaan-Nya.

"Salah satu wujud takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah takut pada kemurkaan-Nya," tuturnya dalam One Minute Booster Extra: Teguh Dalam Dakwah, Tanda Takut kepada Allah di kanal YouTube Muslimah Media Center, Selasa (26/7/2022).

"Salah satunya adalah dengan tidak mengabaikan dakwah, termasuk yang paling utama adalah dakwah mengoreksi penguasa yang zalim," bebernya.

"Rasa takut inilah yang mendorong Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan para sahabat untuk teguh di jalan dakwah dan tegar berjihad fisabilillah meski musuh berkali-kali lipat jumlahnya," terangnya.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Qur'an surah Fatir ayat 28 yang artinya "Sungguh yang takut kepada Allah diantara hamba-hambanya hanyalah para ulama," ucapnya.

Ia mengatakan, Imam Abu Bakar al Jashshash menegaskan di dalam Ahkam Al Qur'an bahwa di dalam ayat tersebut terdapat pujian terhadap keutamaan ilmu, dan bahwa ilmu membuahkan rasa takut kepada Allah dan ketaqwaan kepadanya.

"Ini merupakan buah dari pengetahuan atas kemahaesaan Allah dan keadilannya berdasarkan petunjuk-petunjuknya," ungkapnya.

Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam Al-Qur'an surah Al-Maidah ayat 54 yang artinya, "Mereka berjihad di jalan Allah dan mereka tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang dia diberikan kepada yang dia kehendaki. Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi maha Tahu," ucapnya.

Ia menyampaikan juga bahwa salah satu tanda takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah teguh berdakwah memperjuangkan agama-Nya meskipun dihadapkan ancaman para penguasa tiran yang sangat mencintai dunia.

"Bukankah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam dan para sahabat telah mencontohkan sikap teguh menghadapi berbagai tantangan dakwah," paparnya.

Ia pun menyeru para pengemban dakwah ada agar jangan terperdaya oleh kehidupan dunia yang fana ini. Sehingga termasuk mereka yang disabdakan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bahwa "Siapa saja yang mencari keridhaan Allah meskipun mendatangkan kemurkaan manusia, Allah akan mencukupkan dia dari bantuan manusia. Siapa saja yang mencari keridhaan manusia dengan mendatangkan kemurkaan Allah, Allah akan menyerahkan dia kepada manusia. Terjemahan hadist riwayat At Tirmidzi," tandasnya.[] Ajirah

Selasa, 10 Mei 2022

Ajengan YRT: Tempatkan Cinta Dan Benci Karena Allah Semata


Tinta Media  - Mudir Ma'had Khadimus Sunnah Bandung Ajengan Yuana Ryan Tresna (YRT) mengingatkan kepada umat Islam agar menempatkan cinta dan benci karena Allah SWT semata.

"Kita harus menempatkan cinta dan benci semata karena Allah SWT," tuturnya kepada Tinta Media, Selasa (10/5/2022).

Ajengan menyatakan bahwa sebagaimana sabda Rasulullah Saw dalam riwayat Imam Ahmad dan abu Dawud bahwa cinta dan benci karena Allah adalah visualisasi manisnya keimanan seorang mukmin.

Ia melanjutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Jika sebuah dosa dilakukan di muka bumi, maka siapa saja yang menyaksikannya lalu membencinya, dia seperti orang yang tidak menyaksikannya, sedangkan orang yang tidak menyaksikannya namun meridhainya maka dia seperti orang yang menyaksikannya, (Al l-Jami' Al-Shaghir, no. 689)," bebernya.

"Meridhai sebuah dosa sama dengan menjadi saksi atas kemungkaran tersebut," ujarnya.

Menurutnya, penolakan dan kebencian kepada kemungkaran seperti kezaliman penguasa, penjualan aset negara, korupsi dalam bidang politik, ketidakpastian dan ketidakadilan hukum, penistaan pada ajaran Islam, dan rusaknya tatanan sosial seperti LG8T, "Adalah karena dorongan iman," paparnya.

"Para pengemban dakwah harus berada di garda terdepan dalam memerintahkan kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar," tegasnya.

"Jadi kemarahan umat pada promosi kemungkaran seperti podcast tutorial kaum sodom baru-baru ini adalah hal yang sudah semestinya," ungkapnya.

"Dimana dorongannya adalah keimanan," tandasnya.[] Ajirah

Rabu, 04 Mei 2022

KEMBALI KEPADA FITRAH, KEMBALI KEPADA HUKUM ALLAH SWT


Tinta Media  - Anda, Iya anda yang membaca tulisan ini pasti tidak ridlo saya perintah dan saya larang. Apalagi, saya berikan sanksi kepada Anda karena telah melanggar larangan yang saya berikan atau mengabaikan perintah yang saya sampaikan.

Enak saja, siapa saya ? kok seenaknya memberikan perintah dan larangan kepada anda ? wong statusnya sama-sama makhluk.

Anda tidak mau diatur saya, sebaliknya saya juga demikian ogah diatur dan diperintah Anda, yang demikian itu adalah sifat yang fitrah. Fitrah manusia ogah diatur manusia lainnya. 

Saat ini, sistem demokrasi telah memberikan wewenang kepada manusia untuk mengatur manusia lainnya. mengatur, memerintah, melarang dan memberikan sanksi kepada manusia berdasarkan aturan manusia.

Saya alihkan, perintah itu bukan dari saya, tapi dari manusia yang ada di DPR.

Pertanyaannya, siapa mereka ? DPR itu apa ? kok seenaknya, memerintah, melarang dan memberikan sanksi bagi manusia lainnya melalui produk legislasi yang mereka buat ?

Tunduk pada aturan manusia bukanlah Fitrahnya manusia. Fitrah manusia, itu diatur dengan hukum pencipta manusia, Dia lah Allah SWT.

Di Hari Idul Fitri ini, saya mengajak kepada Anda, siapapun yang berpredikat sebagai manusia, untuk kembali kepada fitrah, kembali kepada aturan Allah SWT selaku pencipta manusia, kehidupan dan pencipta alam semesta.

Saat kekuasaan diatur dengan hukum Allah SWT, penguasa mewajibkan sholat, mewajibkan zakat, mengharamkan tambang dikuasai asing dan aseng, saat kita taat kepada penguasa seperti ini hakekatnya kita sedang mentaati hukum Allah SWT. Sebab, kewajiban sholat itu dari Allah SWT, penguasa mendapatkan wewenang untuk memberikan sanksi (ta'jier) bagi yang meninggalkan sholat, berasal dari Allah SWT.

Singkatnya, kembali kepada fitrah, kembali kepada Allah SWT, hakekatnya kembali kepada hukum Allah SWT dengan menegakkan Khilafah. Institusi Khilafah lah, yang kelak akan mengadopsi aturan dari Allah SWT untuk mengatur manusia.

Di momen idul Fitri ini saya maafkan seluruh kesalahan Anda, lahir batin. Adapun jika anda masih percaya aturan manusia, memperbudak diri untuk mentaati manusia lainnya melalui sistem demokrasi, saya hanya prihatin. Semoga, Anda tersadar dan segera bertaubat agar status manusia Anda kembali menjadi mulia dengan mengambil aturan dari Allah SWT. []

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik


Kamis, 24 Maret 2022

Ustaz Azizi: Mukmin Sejati Dilarang Menolak Seruan kepada Hukum Allah

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1sXhrVAiYvpyU3pHn1JKahTgtLOogb4o_

Tinta Media - Ulama Fiqih Ustaz  Azizi Fathoni menegaskan bahwa mukmin sejati dilarang menolak seruan kepada hukum Allah. “Jadi, Mukmin yang sejati itu dilarang menolak seruan kepada hukum Allah,” tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (23/3/2022).

Menurutnya, respon Mukmin yang sejati ketika diseru kepada hukum Allah harus positif mengiyakan, menyetujui, menerima seruan, dan yang semacamnya dengan penuh rasa tunduk dan patuh.

“Imam Nawawi dalam Kitab Adzkâr min Kalam Sayyidil Abrâr, al-Imam an-Nawawi Asy-Syafi’i  yang menjelaskan bahwa ucapan yang diucapkan oleh orang yang diseru atau diajak untuk berhukum dengan hukum syari’at adalah ‘…hendaknya orang tersebut menjawab dengan ucapan kami dengar dan taati atau kami patuh dan taat atau ya, dengan segala hormat atau yang semacamnya’,” ujarnya.

“Imam an-Nawawi sekaligus mencantumkan ayat berkenaan dengan itu. ‘Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, "kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.’ (An Nuur: 51),” imbuhnya.

Masih mengutip pendapat  Imam Nawawi, Ustaz Azizi mengatakan bahwa hendaknya seorang mukmin sangat berhati-hati dari memandang remeh perkataannya pada saat merespon ajakan untuk berhukum dengan hukum Allah, karena banyak di antara manusia mengucapkan ucapan tak layak saat ada pada kondisi tersebut. “Bahkan boleh jadi di antara mereka mengucapkan perkataan yang menyebabkan kekafiran,” tegasnya.
 
“Bagaimana contoh ungkapan tidak layak dan bahkan sebagian dapat menyebabkan kekafiran itu? ‘Emang negara mana yang sudah berhasil menerapkan? (dengan nada sinis menolak), penerapan hukum Allah dapat membahayakan umat Islam, seruan itu perkataan benar tapi untuk tujuan batil, penerapan syari’ah dan khilafah melanggar kesepakatan founding fathers negara ini, penerapan syari’at sudah tidak relevan, penerapan syari’ah dan khilafah di negeri ini hukumnya haram!, tidak mau kalau yang menyeru dari kelompokmu’, yang terakhir ini tak ubahnya kaum Yahudi yang tidak menerima risalah Islam lantaran dibawakan oleh Nabi dan Rasul yang bukan dari golongan mereka. ‘Ashobiyah telah menjadikan mereka buta dari melihat kebenaran,” jelasnya.

Ustaz Azizi menilai bersama ayat-ayat sebelumnya (an-Nur 48-51), akan didapati ayat-ayat itu menjelaskan macam-macam karakter manusia saat merespon seruan tersebut.

“Ada yang mau menerima ajakan tersebut hanya apabila itu mendatangkan keuntungan atau kemaslahatan bagi mereka. Ada yang menolak, dan itu tidak lepas dari adanya penyakit hati, ragu-ragu terhadap risalah Islam, dan takut kalau-kalau ketetapan Allah dan Rasul-Nya itu tidak adil,” terangnya.

Ustaz Azizi kembali menegaskan, agar jangan main-main saat ada seruan untuk berhukum dengan hukum Allah atau seruan untuk menerapkan Syari’ah dan Khilafah, yang dilakukan oleh siapapun orangnya dan apapun organisasinya.

“Sikap kita hanya satu, menerimanya dengan segala rasa hormat, tunduk dan patuh. Tidak berkelit menolak dengan berbagai macam alasan,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun.


Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab