Tinta Media: Al-Qur'an Dibakar
Tampilkan postingan dengan label Al-Qur'an Dibakar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Al-Qur'an Dibakar. Tampilkan semua postingan

Minggu, 26 Februari 2023

Al-Qur’an Dibakar, FIWS: Umat Islam Membutuhkan Negara Global

Tinta Media - Merespon pembakaran Al-Qur'an yang kembali dilakukan oleh politikus anti Islam Swedia Rasmus Paludan, Direktur Forum Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi mengatakan, 1umat Islam membutuhkan negara global.

“Umat Islam membutuhkan negara global yang menyatukan negeri-negeri Islam,” katanya di Tabloid Media Umat edisi 329 (3-16/2/2023).

Ia menjelaskan bahwa negara global yang akan mempresentasikan ideologi Islam, kepentingan umat Islam dan aspirasi umat Islam. 

“Inilah yang akan memberikan pelajaran nyata dan menghentikan penghinaan yang berulang-ulang seperti ini,” ungkapnya.

Ia menuturkan bahwa berdasarkan syariat Islam, penghinaan seperti ini jika di dalam negara khilafah akan ditindak tegas. Dan ini mencerminkan islamofobia yang menguat dan mendarah daging di negara Eropa dan Barat lainnya.

“Apa yang dilakukan oleh politisi sayap kanan swedia ini jelas mencerminkan kebencian mereka mereka yang sangat luar biasa terhadap islam,” tuturnya.

Ia menyayangkan sikap pemerintah Indonesia yang hanya sekedar mengecam, yang seharusnya memberikan pelajaran yang keras dengan memutus hubungan diplomatik karena telah menyinggung perkara yang sangat penting dalam Islam yaitu Al-qur’an.

Karena itu, menurutnya, kebutuhan umat akan keberadaan khilafah ala minhajinnubuwwah adalah sangat jelas. “Tentu saja perkara yang paling penting karena kewajiban menegakkan khilafah adalah bagian dari syariah Islam,yang diperintahkan dalam Islam,” tutupnya.[] Azzaky Ali

Selasa, 21 Februari 2023

Al-Qur'an Dibakar, UIY: Kebencian Tidak Berdasar

Tinta Media - Peristiwa pembakaran Al-quran yang dilakukan oleh Rasmus Paludan dinilai Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto sebagai kebencian yang tidak berdasar sama sekali. 

"Pertama, yang tidak bisa ditutup-tutupi dan itu tampak sangat nyata adalah kebencian yang tak berdasar sama sekali terhadap Islam, khususnya terhadap Al-Qur'an," bebernya dalam Khutbah Reminder: Al-Qur'an sebagai Sahabat Sejati yang ditayangkan di kanal YouTube UIY official Jumat, (10/2/2023). 

"Apa salah Al-Qur'an? Sehingga dengan ringannya dia merobek-robek lalu membakar Al-Qur'an itu" sesalnya. 

Kalau dikatakan bahwa kitab inilah yang telah menimbulkan kerusakan, lanjut UIY, maka kerusakan seperti apa yang telah ditimbulkan oleh Al-Qur'an. "Tunjukan," tegasnya. 

Menurut UIY, saat ini dunia mengalami ketimpangan ekonomi yang luar biasa. Orang kaya makin kaya. Orang miskin makin miskin. Bahkan UIY melihat negara kapitalis Amerika sekalipun,  rakyatnya melakukan protes. "Mereka melakukan demo besar dan beropini bahwa kapitalisme telah gagal. Kapitalisme hanya untuk satu orang, 99 % warganya tidak diurus oleh kapitalis. Jadi yang menimbulkan kerusakan itu ya kapitalisme," bebernya. 

"Jadi yang menimbulkan kerusakan itu kapitalisme, kenapa marah pada Al-Qur'an?" tegasnya.[] Teti Rostika

Al-Qur'an Dibakar, UIY: Kebencian Tidak Berdasar

Tinta Media - Peristiwa pembakaran Al-quran yang dilakukan oleh Rasmus Paludan dinilai Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto sebagai kebencian yang tidak berdasar sama sekali. 

"Pertama, yang tidak bisa ditutup-tutupi dan itu tampak sangat nyata adalah kebencian yang tak berdasar sama sekali terhadap Islam, khususnya terhadap Al-Qur'an," bebernya dalam Khutbah Reminder: Al-Qur'an sebagai Sahabat Sejati yang ditayangkan di kanal YouTube UIY official Jumat, (10/2/2023). 

"Apa salah Al-Qur'an? Sehingga dengan ringannya dia merobek-robek lalu membakar Al-Qur'an itu" sesalnya. 

Kalau dikatakan bahwa kitab inilah yang telah menimbulkan kerusakan, lanjut UIY, maka kerusakan seperti apa yang telah ditimbulkan oleh Al-Qur'an. "Tunjukan," tegasnya. 

Menurut UIY, saat ini dunia mengalami ketimpangan ekonomi yang luar biasa. Orang kaya makin kaya. Orang miskin makin miskin. Bahkan UIY melihat negara kapitalis Amerika sekalipun,  rakyatnya melakukan protes. "Mereka melakukan demo besar dan beropini bahwa kapitalisme telah gagal. Kapitalisme hanya untuk satu orang, 99 % warganya tidak diurus oleh kapitalis. Jadi yang menimbulkan kerusakan itu ya kapitalisme," bebernya. 

"Jadi yang menimbulkan kerusakan itu kapitalisme, kenapa marah pada Al-Qur'an?" tegasnya.[] Teti Rostika

Kamis, 16 Februari 2023

Bela Al-Qur'an, Bela Kemuliaan Islam

Tinta Media - Belum lama ini dunia dihebohkan oleh politisi ekstrim Rasmus Paludan yang membakar Al-Qur'an. Aksi biadabnya tersebut telah mengguncang reaksi umat Islam dan dikecam oleh sejumlah pemimpin tinggi dunia. Ini karena aksinya telah melukai umat Islam sedunia.

Penghinaan terhadap Al-Qur'an ini bukan yang pertama kalinya. Pelakunya adalah tokoh ekstremis anti-Islam, pendiri gerakan sayap kanan Denmark, Rasmus Paludan.

Dia (Rasmus Paludan), secara demonstratif membakar Al-Qur'an (kitab suci umat Islam). Tindakannya dilandasi oleh kebenciannya kepada Islam, sekaligus demi menyuarakan kebebasan berbicara.

Paludan juga berjanji akan membakar Al-Qur'an terus-menerus setiap hari Jumat sampai Swedia diterima menjadi anggota NATO. Aksi Paludan bukan yang pertama kalinya. Tahun 2019 dia membakar Al-Qur'an yang dibungkus daging babi.

Itulah sifat demokrasi, berdalih kebebasan berekspresi dan sangat dijunjung tinggi oleh negara-negara Barat. Menurut mereka, penghinaan, permusuhan terhadap Islam, seperti membakar Al-Qur'an merupakan kebebasan berpendapat dan bertingkah laku.

Maka, tidak aneh jika membakar Al-Qur'an, seperti yang dilakukan oleh Rasmus Paludan di Swedia, diizinkan dan dilindungi oleh kepolisian negara tersebut. Dalam kaca mata demokrasi, hak seperti itu tidak boleh dilarang, karena kebebasan adalah hal yang sangat prinsip dalam demokrasi.

Masih ingat di benak kita, saat majalah Charlie Hebdo menghina Nabi Muhammad saw. Kejadian ini terjadi di Perancis pada tahun 2020. Apa kata Presiden Perancis Emmanuel Macron?

"Di Perancis ada kebebasan menghujat yang melekat pada kebebasan hati nurani, saya di sini untuk menjaga kebebasan ini".

Namun, giliran umat Islam ingin mengekspresikan agamanya di Perancis, dilarang. Muslimah di Perancis tidak boleh menggunakan cadar di tempat umum. Mereka pun sulit untuk membangun masjid. Swedia sampai hari ini juga melindungi Yahudi dan ajarannya dari kritik dan serangan.

Tak heran, selama politik sekuler demokrasi berjalan, penistaan terhadap Islam akan berulang dan gerakan liberalisme akan selalu menyasar Islam.

Pembakaran Al-Quran dengan tujuan menghinakannya adalah dosa besar. Jika pelakunya itu muslim, maka ia telah kafir. Jika pelakunya orang kafir yang telah menjadi warga negara Islam orang kafir yang terikat perjanjian dengan kaum muslimin, maka tindakannya tersebut telah membatalkan perjanjian dan hilang juga jaminan keamanan bagi pelaku, sehingga dapat dijatuhi hukuman mati. Demikianlah pendapat dari Iman Syafii (Ash-Shariim al-Masluul ala Syaatim ar-Rasuul Hlm13).

Terhadap negara-negara kafir yang mendukung dan melindungi para pelaku penistaan Al-Qur'an, kaum muslimin seharusnya memutus hubungan diplomatik, lalu mengancam untuk menyerang segala kepentingan mereka.

Sejarah mengatakan, di masa kejayaan Islam, yaitu ketika Sultan Abdul Hamid 2 berkuasa, beliau mengultimatum Inggris dan Perancis yang saat itu berkehendak memberikan izin pementasan drama yang menghina Nabi Muhammad saw. Pemerintah Inggris dan Perancis menjadi ketakutan lalu membatalkan pementasan drama tersebut. Semestinya sikap para pemimpin dunia Islam seperti itu.

Dengan demikian, tidak ada lagi negara kafir yang berani menistakan agama Islam. Inilah pentingnya kaum muslimin memiliki kepemimpinan layaknya perisai pelindung agama. 

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw., 

"Sesungguhnya imam (khalifah) itu laksana perisai, Orang-orang akan berperang di belakangnya dan berlindung kepada dirinya." (HR al-Bukhari dan Muslim)

Kita begitu marah melihat orang-orang kafir membakar Al-Qur'an, tetapi mengapa kita hanya diam melihat hukum-hukum Al-Qur'an dicampakkan? Bukankah ini juga kemungkaran dan dosa besar? 

Firman Allah Swt., 

"Siapa saja yang tidak berhukum pada apa yang telah Allah turunkan, mereka itu adalah kaum kafir." (TQS al-Maidah:44)

Wallahualam bissawab.

Oleh: Titien Khadijah
Sahabat Tinta Media

Selasa, 07 Februari 2023

HANYA ORANG RASIS DAN GILA YANG BAKAR AL-QUR'AN

Tinta Media - Tindakan rasis pemicu konflik berupa pembakaran salinan Al-Qur'an oleh Rasmus Paludan, pemimpin partai sayap kanan Denmark garis keras Swedia di Stockholm (21/1) yang dilakukan saat demonstrasi anti-Turki dan upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO menunjukkan bahwa islamopobia semakin menggila, dilakukan oleh orang-orang gila dan didukung oleh aturan yang gila juga. Hanya orang gila dan rasis lah yang nekad membakar al Qur’an, kitab suci dan disucikan oleh umat Islam seluruh dunia. Jika orang normal dan punya akan sehat, tidak mungkin akan melakukan tindakan gila itu. Lebih gila lagi saat perilaku abnormal itu didukung oleh peraturan negara atas nama kebebasan berekspresi.

 

Kegilaan atas nama kebebasan berekspresi di negara-negara demokrasi bukan sekedar tindakan individual, namun memang diakui oleh konstitusi. Islamopobia ini bukan hanya berupa pembakaran al Qur’an, namun sering terjadi juga berupa kriminalisasi dan diskriminasi atas muslim, serangan kepada masjid, aksi kekerasan atas muslim, pelarangan jilbab dan burdah dan lain sebagainya. Islamopobia di Barat itu didukung oleh konstitusi negara dan bahkan media-media yang ada.

 

Paludan itu hanya satu dari ribuan orang-orang abnormal pendengki Islam dengan tindakan-tindakan yang justru bertentangan dengan narasi toleransi yang selama ini didengung-dengungkan di dunia Barat. Barat itu standar ganda dalam kebijakan politiknya. Di satu sisi mengkampanyekan kebebasan berekspresi, namun jika umat Islam mengekspresikan kebebasannya untuk menjalankan ajaran agamanya, seperti memakai cadar, barat justru menuduhnya sebagai kaum radikal dan ekstrimis. Sementara jika orang Barat melakukan kebebasan seperti homoseksual justru didukung sebagai bagian dari HAM. Inilah jahatnya barat, termasuk Swedia yang tidak melarang Poludan, bahkan aksinya dijaga oleh sejumlah polisi.

 

Pembakaran al Qur’an oleh Poludan tentu saja sebagai tindakan rasis yang menyakiti umat Islam sedunia. Sementara umat Islam sedang dalam keadaan lemah karena tiadanya institusi negara, sehingga umat Islam hanya bisa marah dan mengecam, namun tidak bisa melakukan tindakan hukum tegas, sebab negeri-negeri muslim juga menerapkan ideologi demokrasi sekuler yang mendewakan kebebesan dan HAM. Inilah dilema umat Islam hari ini, disaat agamanya dihina oleh kaum kafir, namun tidak bisa melakukan tindakan apapun, kecuali hanya sebatas kecaman.

 

Hal ini sangat berbeda saat umat Islam memiliki institusi negara. Dikisahkan bahwa Sultan Abdul Hamid II (berkuasa 31 Agustus 1876–27 April 1909), yang merupakan Sultan ke-34 Kekhalifahan Utsmaniyah atau Ottoman Empire, pernah marah besar dengan kelakuan pemerintah Prancis. Dalam salah satu serial Payitaht: Abdülhamid, Sultan Abdul Hamid yang dikenal lembut tidak bisa lagi menahan emosi ketika mendapat kabar Prancis akan menggelar pertunjukan teater yang menampilkan tokoh utama Nabi Muhammad SAW.

 

Padahal film Payitaht bersumber dari catatan harian Sultan Abdul Hamid saat menjabat sebagai Khilafah. Bahkan, keturunan langsung Abdul Hamid, yaitu Orhan Osmanuglu ikut dilibatkan dalam pembuatan film ini agar cerita sesuai dengan sejarah yang sebenarnya, meski ada improvisasi percakapan di dalamnya. Hal beginipun telah menjadikan seorang khalifah marah besar, apalagi jika terjadi penistaan dan penghinaan, seperti pembakaran al Qur’an.

 

Mengapa pemerintah Swedia mengizinkan Paludan bakar Al-Qur'an, tentu saja ini merupakan garis politik pemerintah Swedia untuk menjaring suara sebanyak-banyaknya, terutama oleh partai-partai ekstrem kanan. Peristiwa ini menunjukkan adanya pragmatisme politik negara-negara Barat untuk mendapatkan dukungan rakyat dengan cara mengembangkan narasi kebencian kepada Islam dan umat Islam.

Kedua, hal ini menunjukkan adanya kepentingan ideologis, yakni adanya dendam sejarah masa lalu, terutama pada kekelahan perang salib dan ditaklukkannya konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih. Peristiwa masa lalu ini merupakan luka mendalam bagi Barat, mereka merasa dipermalukan oleh Islam. Maka, disaat mereka sekarang berkuasa, letupan amarah dan dendam kepada Islam. Dendam sejarah ini menimbulkan hipokritme masayarakat Barat.

 

Faktor lainnya adalah adanya kesalahpahaman masyarakat awam Barat dan Eropa atas Islam karena adanya propaganda politik oleh negara-negara Barat, khususnya Amerika. Edukasi tentang Islam juga kurang di Barat. Sementara orang-orang Barat cukup skeptis atas agama pada umumnya. Peristiwa runtuhnya WTC di Amerika yang sebenarnya direkayasa oleh mereka sendiri, namun digunakan untuk menghantam Islam dan umat Islam. Media-media Barat terus mempropagandakan, sehingga dunia terbuai.

 

Kelemahan umat Islam karena tidak memiliki institusi negara akan terus dijadikan Barat sebagai kesempatan untuk terus melancarkan serangan. Meskipun Iran pernah menetapkan hukuman mati kepada Salman Rusdie, namun hingga kini dia masih hidup. Kelemahan umat Islam inilah yang akan menjadi faktor penistaan Islam dalam jangka panjang.

 

Dengan peristiwa ini, apa yang seharusnya dilakukan para penguasa negeri Islam atas masalah ini? Mengapa?. Dalam ajaran Islam, penghina Islam itu dihukum mati oleh negara. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibnu Taimiyah, sesiapa yang menghina Islam secara umum dihukum mati oleh negara Islam, baik pelakunya muslim maupun kafir. Apakah negara-negara muslim ada yang berani melakukan tindakan hukuman mati kepada para penista Islam, tentu saja tidak bisa, sebab konstitusinya tidak mendukung. Idealnya negeri-negeri muslim tidak hanya sebatas mengecam, tapi melakukan tindakan tegas dengan memberlakukan hukuman mati bagi siapapun yang menghina Islam, Allah, Rasulullah dan Al Qur’an. Mestinya Rasmus ini dihukum mati dengan digantung di depan umum.

 

Padahal jika ditanya secara serius, apa sesungguhnya salahnya Islam, salahnya al Qur’an dan atau salahnya Rasulullah. Tidak ada yang salah kan ?. Yang ada adalah kebencian kaum kafir kepada Islam. Padahal sebenarnya Islam justru agama yang akan menjadikan dunia ini lebih baik. Namun sayangnya, tiadanya negara Islam inilah yang menjadikan negeri-negeri muslim tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mengecam disaat Islam dihina. Sementara negara Islam bukan hanya mengecam, namun akan melakukan tindakan nyata.

 

Para kepala negara muslim mestinya sadar akan islamopobia ini sebagai proyek barat untuk menghancurkan Islam, bukan malah ikut-ikutan mendukung propaganda Barat dengan membenci Islam dan ikut melakukan berbagai tuduhan keji kepada ajaran Islam. Kepala negara akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah atas sikapnya disaat agama Allah ini dihina. Maka, idealnya ada negara muslim yang melakukan tekanan dan tindakan nyata atas penghinaan Islam ini.

 

Namun, sayang yang terjadi di negeri-negeri muslim justru membebek Barat dan tidak membela Islam bahkan juga tidak menerapkan hukum-hukum Islam sebagai konstitusi negaranya, namun terjebak kepada nasionalisme yang memecah-belah negeri-negeri muslim. Nasionalisme telah menjadikan negeri-negeri muslim lemah seperti buih di lautan, bahkan seperti makanan yang diperebutkan banyak orang. Mengabaikan hukum Islam juga merupakan bagian dari penghinaan kepada agama ini. Islam adalah agama benar dan umat Islam dilarang untuk mencari jalan di luar Islam.

 Seorang muslim adalah orang yang tunduh patuh kepada ajaran Islam yang datang dari Allah. Seorang muslim semestinya menjadikan Islam sebagai sumber kebenaran dan timbangan sekaligus. Seorang muslim tidak semestinya menjadikan Barat sebagai sumber konstitusi. Sebab Allah meralang seorang muslim mencari agama selain Islam, sebab hanya Islam yang benar dan jalan keselamatan dunia akhirat. Ketaqwaan ini bukan hanya berlaku untuk individu muslim, namun berlaku juga bagi negara, yakni negara yang bertaqwa, menerapkan Islam secara kaffah di semua aspeknya.

 

Allah menegaskan dalam firmanNya : Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Alquran) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS At Taubah ayat 33). Dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu (QS Al Maidah ayat 3). (Demikianlah) hukum Allah, yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tidak akan menemukan perubahan pada hukum Allah itu.” (QS Al Fath 23).

 

Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS Ali Imran : 19). Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi (QS Ali Imran : 85).


(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 31/01/23 : 11.48 WIB)

Oleh: Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

Minggu, 05 Februari 2023

Begini Seharusnya Sikap Seorang Muslim terhadap Pelaku Pembakaran Al-Qur'an

Tinta Media - Menanggapi peristiwa pembakaran Al-Qur'an oleh Rasmus Paludan di Swedia, Peneliti Pusat Kajian Peradaban Islam.Gus Uwik, menuturkan sikap yang seharusnya dilakukan oleh individu muslim.

"Secara individu muslim harus punya sikap yang jelas dan tegas," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (1/2/2023).

Hal tersebut, kata Gus Uwik, dengan mengutuk dan mendesak agar pelaku dan negara yang “melegalkan” pelecehan tersebut di tindak dan di hukum berat. "Jelas itu pelanggaran dan bentuk pelecehan pada keyakinan Umat Islam," tegasnya.

Sikap penolakan tersebut, lanjutnya, harus “dinampakkan" dengan jelas. "Jangan hanya sekedar omongan pinggir jalan atau di warung kopi. Sikap penolakan tegas (yang dibenarkan oleh syara’) tersebut harus disuarakan dan dinampakkan. 
"Bisa melalui demo, tabligh akbar, tulisan-tulisan dan sikap-sikap yang lain. Jangan hanya diam apalagi memusuhi saudara muslim yang menampakkan sikap penolakannya secara tegas," ujarnya.

Tegas 

Menurutnya, dalam konteks negara Islam, maka sikapnya pun juga harus tegas. Sebagaimana dicontohkan oleh Sultan Abdul Hamid, Khalifah Turki Utsmani ketika ada rencana pagelaran seni drama di Prancis yang temanya melecehkan Nabi Muhammad. 

"Maka Khalifah Abdul Hamid langsung marah dan memanggil Dubes Prancis. Sang Khalifah langsung mengancam, jika pertunjukan drama tersebut akan tetap dilakukan, maka jihad perang akan dikumandangkan," bebernya.

Gus Uwik menjelaskan bahwa sikap tegas inilah yang akhirnya membuat pemerintah Prancis “keder” dan akhirnya membatalkan pertunjukan drma tersebut.

"Inilah yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah Islam. Dengan kekuatan yang dipunyai dipakai untuk melindungi agama Islam. Tidak membiarkannya begitu saja aksi pelecehan terhadap Islam," tegasnya.

Ia menyayangkan bahwa saat ini memang Negara Islam tidak ada. Oleh karena itu menjadi kewajiban kita seluruh umat Islam untuk berupaya sekuat tenaga untuk menegakkan Kembali. 

"Jika sudah tegak maka tindakan melecehkan Islam tidak akan pernah terulang Kembali," tukasnya.

Gus Uwik memaparkan adanya Khalifah akan menyatakan perang dan memobilisir umat Islam seluruhnya untuk menyerang negara yang melindungi pelecehan Islam tersebut. 

"Oleh karenanya , yuk kita bersama-sama berdakwah yang tujuannya satu, mengembalikan kemuliaan Islam dengan tegaknya Khilafah," pungkasnya.[] Nita Savitri

Al-Qur'an Dibakar, Gus Uwik: Paludan Jelas Melecehkan dan Menista Islam

Tinta Media - Menanggapi kejadian pembakaran Al-Qur'an secara berulang oleh Paludan, Peneliti Pusat Peradaban Islam, Gus Uwik menegaskan bahwa hal itu jelas melecehkan bahkan menistakan AlQur’an apapun itu dalihnya.
"Paludan jelas melecehkan bahkan menistakan Al-Qur'an, apapun dalihnya," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (1/2/2023).

Gus Uwik menambahkan tindakan membakar Al-Qur’an minus motif saja termasuk tindakan menista, apalagi ini ada motifnya. "Al-Qur’an ’an adalah kitab suci umat Islam. Tindakan melecehkannya apalagi membakarnya jelas tindakan yang 'over dosis'. Wajib di kutuk," ucapnya geram.

Ia meyakinkan bahwa hal itu termasuk tindakan yang melecehkan keyakinan umat Islam. "Dan ini tidak bisa ditolelir," tegasnya.

Apalagi motif berniat membakarnya tidak masuk akal dan sangat tidak nyambung sama sekali. "Apa korelasi rencana pembakaran Al Qur’an dengan “tekanan” agar Pemerintah Swedia masuk NATO? Jelas tidak nyambung," ungkapnya heran.

Menurutnya,  memang Islam adalah isu seksi. Mungkin Paludan ingin mengambil isu seksi yang dengan itu dia mendapat perhatian khalayak dan pemerintah Swedia melalui aksinya. "Membakar ban, buku, motor, mobil, dll bisa jadi tidak mampu menghasilkan efek “kejut perhatian” khalayak ramai. Dengan hanya membakar Al Qur’an mungkin, dia mampu mencuri perhatian. Bahkan perhatian dunia. Dan berhasil," bebernya.

Namun, lanjutnya, di titik inilah nampak kedunguannya. Menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuan. Apalagi bersenandung dengan spirit islamophobia, lengkap sudah. 

"Moment mencuri perhatian yang dipadu dengan Islamophobia akut muncullah rencana gila membakar Al Qur’an tiap Jum'at. Ini jelas gila, melecehkan sekaligus benci Islam," jelasnya.

Dirinya menekankan agar rencana ini harus di tolak. "Jangan sampai kebencian kepada Islam terus berulang tanpa ada yang mengentikannya. Harus di lawan," tandasnya.

Sikap Ambigu Swedia

Gus uwik memaparkan bagaimana sikap ambigu Swedia. "Jika logikanya menjaga agama, maka rencana tersebut seharusnya di tolak. Karena dengan dalih yang sama, akan muncul seseorang yang akan berencana membakar injil tiap minggu," bebernya.

Jika logikanya menjaga kebebasan berekspresi maka justru harus digagalkan dan ditindak tegas. "Karena jika dibiarkan maka akan menjadi alibi/dalih orang lain untuk berencana membakar kita suci agama lain. Hanya semata karena logika kebebasan berekspresi," ungkapnya.

Jadi di tinjau secara logika dan kebebasan saja, melegalkan pembakaran tersebut jelas akan banyak melahirkan kerugian. "Apalagi di tinjau secara keyakinan agama. Jelas haram dan tidak boleh," tegasnya.

Ia menegaskan bahwa pemerintah Swedia tidak boleh melegalkan pembakaran Al Qur’an. "Harus menindak tegas pelakunya. Karena ini akan berpotensi menimbulkan permasalahan sosial yang meluas," tandasnya.

Ia pun menguraikan penyebab peristiwa ini adanya islamophobia. Benci kepada Islam yang sangat akut. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan menutup diri mencari kebenaran informasi tentang Islam. "Apakah Islam itu mengerikan, menakutkan dan mesin pembantai?" tanyanya kesal.

Gus Uwik menambahkan adanya dua sikap inilah jika terus dipupuk, maka akan terus memunculkan rencana-rencana jahat untuk melecehkan bahkan merusak Islam dengan segala macam cara.

"Dua sikap salah di atas, jika dimiliki oleh individual akan memiliki daya rusak kecil. Namun berbeda halnya jika dua sikap salah tersebut bercokol pada institusi negara. Maka daya rusaknya akan dahsyat sekali," imbuhnya.

Negara akan menggunakan semua instrumennya, baik ekonomi, politik, militer, intelijen dan instrument lainnya untuk membuat makar jahat melecehkan dan merusak Islam. 

Ia juga menekankan adanya dua kondisi di atas akan terus memunculkan gelombang islamophobia. Seolah-olah ada yang aktif memproduksi isu tersebut. Teratur pola dan moment munculnya.

"Di samping itu juga, kejadihan pelecehan simbol-simbol dan keyakinan Islam adalah dalam rangka mempertahankan sistem demokrasi sekuler dari ancaman system Islam," ujarnya.

Ia menjelaskan adanya Islam adalah musuh nyata demokrasi-sekuler. Apalagi sekarang, umat Islam mulai bergeser meyakini dan menjalankan syariat Islam secara total dalam kehidupan. Dan mulai meninggalkan tatanan dan aturan yang muncul dari demokrasi-sekuler. 

"Jelas, bagi orang dan negara pengusung demokrasi-sekuler maka ini adalah ancaman yang nyata. Maka ‘orkestrasi’ isu-isu yang melecehkan Islam akan terus diproduksi dan direkaya" pungkasnya. [] Nita Savitri

Al-Qur'an Dibakar, Gus Uwik: Paludan Jelas Melecehkan dan Menista Islam

Tinta Media - Menanggapi kejadian pembakaran Al-Qur'an secara berulang oleh Paludan, Peneliti Pusat Peradaban Islam, Gus Uwik menegaskan bahwa hal itu jelas melecehkan bahkan menistakan AlQur’an apapun itu dalihnya.
"Paludan jelas melecehkan bahkan menistakan Al-Qur'an, apapun dalihnya," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (1/2/2023).

Gus Uwik menambahkan tindakan membakar Al-Qur’an minus motif saja termasuk tindakan menista, apalagi ini ada motifnya. "Al-Qur’an ’an adalah kitab suci umat Islam. Tindakan melecehkannya apalagi membakarnya jelas tindakan yang 'over dosis'. Wajib di kutuk," ucapnya geram.

Ia meyakinkan bahwa hal itu termasuk tindakan yang melecehkan keyakinan umat Islam. "Dan ini tidak bisa ditolelir," tegasnya.

Apalagi motif berniat membakarnya tidak masuk akal dan sangat tidak nyambung sama sekali. "Apa korelasi rencana pembakaran Al Qur’an dengan “tekanan” agar Pemerintah Swedia masuk NATO? Jelas tidak nyambung," ungkapnya heran.

Menurutnya,  memang Islam adalah isu seksi. Mungkin Paludan ingin mengambil isu seksi yang dengan itu dia mendapat perhatian khalayak dan pemerintah Swedia melalui aksinya. "Membakar ban, buku, motor, mobil, dll bisa jadi tidak mampu menghasilkan efek “kejut perhatian” khalayak ramai. Dengan hanya membakar Al Qur’an mungkin, dia mampu mencuri perhatian. Bahkan perhatian dunia. Dan berhasil," bebernya.

Namun, lanjutnya, di titik inilah nampak kedunguannya. Menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuan. Apalagi bersenandung dengan spirit islamophobia, lengkap sudah. 

"Moment mencuri perhatian yang dipadu dengan Islamophobia akut muncullah rencana gila membakar Al Qur’an tiap Jum'at. Ini jelas gila, melecehkan sekaligus benci Islam," jelasnya.

Dirinya menekankan agar rencana ini harus di tolak. "Jangan sampai kebencian kepada Islam terus berulang tanpa ada yang mengentikannya. Harus di lawan," tandasnya.

Sikap Ambigu Swedia

Gus uwik memaparkan bagaimana sikap ambigu Swedia. "Jika logikanya menjaga agama, maka rencana tersebut seharusnya di tolak. Karena dengan dalih yang sama, akan muncul seseorang yang akan berencana membakar injil tiap minggu," bebernya.

Jika logikanya menjaga kebebasan berekspresi maka justru harus digagalkan dan ditindak tegas. "Karena jika dibiarkan maka akan menjadi alibi/dalih orang lain untuk berencana membakar kita suci agama lain. Hanya semata karena logika kebebasan berekspresi," ungkapnya.

Jadi di tinjau secara logika dan kebebasan saja, melegalkan pembakaran tersebut jelas akan banyak melahirkan kerugian. "Apalagi di tinjau secara keyakinan agama. Jelas haram dan tidak boleh," tegasnya.

Ia menegaskan bahwa pemerintah Swedia tidak boleh melegalkan pembakaran Al Qur’an. "Harus menindak tegas pelakunya. Karena ini akan berpotensi menimbulkan permasalahan sosial yang meluas," tandasnya.

Ia pun menguraikan penyebab peristiwa ini adanya islamophobia. Benci kepada Islam yang sangat akut. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan menutup diri mencari kebenaran informasi tentang Islam. "Apakah Islam itu mengerikan, menakutkan dan mesin pembantai?" tanyanya kesal.

Gus Uwik menambahkan adanya dua sikap inilah jika terus dipupuk, maka akan terus memunculkan rencana-rencana jahat untuk melecehkan bahkan merusak Islam dengan segala macam cara.

"Dua sikap salah di atas, jika dimiliki oleh individual akan memiliki daya rusak kecil. Namun berbeda halnya jika dua sikap salah tersebut bercokol pada institusi negara. Maka daya rusaknya akan dahsyat sekali," imbuhnya.

Negara akan menggunakan semua instrumennya, baik ekonomi, politik, militer, intelijen dan instrument lainnya untuk membuat makar jahat melecehkan dan merusak Islam. 

Ia juga menekankan adanya dua kondisi di atas akan terus memunculkan gelombang islamophobia. Seolah-olah ada yang aktif memproduksi isu tersebut. Teratur pola dan moment munculnya.

"Di samping itu juga, kejadihan pelecehan simbol-simbol dan keyakinan Islam adalah dalam rangka mempertahankan sistem demokrasi sekuler dari ancaman system Islam," ujarnya.

Ia menjelaskan adanya Islam adalah musuh nyata demokrasi-sekuler. Apalagi sekarang, umat Islam mulai bergeser meyakini dan menjalankan syariat Islam secara total dalam kehidupan. Dan mulai meninggalkan tatanan dan aturan yang muncul dari demokrasi-sekuler. 

"Jelas, bagi orang dan negara pengusung demokrasi-sekuler maka ini adalah ancaman yang nyata. Maka ‘orkestrasi’ isu-isu yang melecehkan Islam akan terus diproduksi dan direkaya" pungkasnya. [] Nita Savitri

Swedia Izinkan Poludan Bakar Al-Qur’an, Dr. Ahmad Sastra: Demi Dapatkan Dukungan Rakyat

Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra mengatakan, pemerintah Swedia telah melakukan pragmatisme politik untuk mendapatkan dukungan rakyat dengan mengizinkan Poludan membakar Al-Qur’an.

“Tentu saja ini merupakan garis Politik pemerintah Swedia untuk menjaring suara sebanyak-banyaknya, terutama oleh partai-partai ekstrem kanan. Peristiwa ini menunjukkan adanya pragmatisme politik negara-negara Barat untuk mendapat dukungan rakyat dengan cara mengembangkan narasi kebencian kepada Islam dan umat Islam,” tuturnya kepada Tinta Media, Selasa (24/1/2023).

Menurutnya, selain itu hal ini menunjukkan adanya kepentingan ideologis, yakni adanya dendam sejarah masa lalu, terutama pada kekalahan perang salib dan dilakukannya konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih. Dendam sejarah ini menimbulkan hipokritme masyarakat Barat.

“Peristiwa masa lalu ini merupakan luka mendalam bagi Barat, mereka merasa diperlakukan oleh Islam. Maka, di saat mereka sekarang berkuasa, letupan amarah dan dendam kepada Islam,” ujarnya.

Faktor lain dari pemerintah Swedia mengizinkan pembakaran Al Qur’an oleh Poludan adalah adanya kesalahpahaman masyarakat awam Barat dan Eropa atas Islam disebabkan propaganda politik oleh negara-negara Barat, khususnya Amerika.

“Edukasi tentang Islam juga kurang di Barat, sementara orang-orang Barat cukup skeptis atas agama pada umumnya,” katanya.

"Bagaimanapun peristiwa runtuhnya WTC di Amerika digunakan untuk menghantam Islam dan umat Islam, padahal peristiwa tersebut merupakan rekayasa mereka sendiri. Media-media Barat terus mempropagandakan sehingga dunia terbuai," ujarnya. 

Dr. Ahmad berpendapat bahwa berbagai peristiwa yang menyerang Islam dan umat Islam akibat dari kelemahan umat Islam karena tidak memiliki institusi negara sehingga dijadikan Barat sebagai kesempatan untuk terus melancarkan serangan.

“Meskipun Iran pernah menetapkan hukuman mati kepada Salman Rusdie, namun hingga kini dia masih hidup. Kelemahan umat Islam inilah yang akan menjadi faktor penistaan Islam dalam jangka panjang,” pungkasnya.[] Ageng Kartika





Swedia Izinkan Poludan Bakar Al-Qur’an, Dr. Ahmad Sastra: Demi Dapatkan Dukungan Rakyat

Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra mengatakan, pemerintah Swedia telah melakukan pragmatisme politik untuk mendapatkan dukungan rakyat dengan mengizinkan Poludan membakar Al-Qur’an.

“Tentu saja ini merupakan garis Politik pemerintah Swedia untuk menjaring suara sebanyak-banyaknya, terutama oleh partai-partai ekstrem kanan. Peristiwa ini menunjukkan adanya pragmatisme politik negara-negara Barat untuk mendapat dukungan rakyat dengan cara mengembangkan narasi kebencian kepada Islam dan umat Islam,” tuturnya kepada Tinta Media, Selasa (24/1/2023).

Menurutnya, selain itu hal ini menunjukkan adanya kepentingan ideologis, yakni adanya dendam sejarah masa lalu, terutama pada kekalahan perang salib dan dilakukannya konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih. Dendam sejarah ini menimbulkan hipokritme masyarakat Barat.

“Peristiwa masa lalu ini merupakan luka mendalam bagi Barat, mereka merasa diperlakukan oleh Islam. Maka, di saat mereka sekarang berkuasa, letupan amarah dan dendam kepada Islam,” ujarnya.

Faktor lain dari pemerintah Swedia mengizinkan pembakaran Al Qur’an oleh Poludan adalah adanya kesalahpahaman masyarakat awam Barat dan Eropa atas Islam disebabkan propaganda politik oleh negara-negara Barat, khususnya Amerika.

“Edukasi tentang Islam juga kurang di Barat, sementara orang-orang Barat cukup skeptis atas agama pada umumnya,” katanya.

"Bagaimanapun peristiwa runtuhnya WTC di Amerika digunakan untuk menghantam Islam dan umat Islam, padahal peristiwa tersebut merupakan rekayasa mereka sendiri. Media-media Barat terus mempropagandakan sehingga dunia terbuai," ujarnya. 

Dr. Ahmad berpendapat bahwa berbagai peristiwa yang menyerang Islam dan umat Islam akibat dari kelemahan umat Islam karena tidak memiliki institusi negara sehingga dijadikan Barat sebagai kesempatan untuk terus melancarkan serangan.

“Meskipun Iran pernah menetapkan hukuman mati kepada Salman Rusdie, namun hingga kini dia masih hidup. Kelemahan umat Islam inilah yang akan menjadi faktor penistaan Islam dalam jangka panjang,” pungkasnya.[] Ageng Kartika

Jumat, 03 Februari 2023

Pembakaran Al-Qur'an Jelas Didorong Sentimen Islamofobia

Tinta Media - Terkait aksi pembakaran Al-Qur'an oleh politikus sayap kanan Swedia Denmark Rasmus Paludan Pengamat Politik Internasional Ustaz Umar Syarifuddin mengatakan, hal tersebut jelas didorong oleh sentimen Islamofobia.

"Pembakaran Al-Qur'an ini jelas didorong oleh sentimen Islamofobia dari diri Paludan," ungkapnya kepada Tinta Media, Senin (30/1/2023).

Yang lebih memprihatinkan, kata Umar, Paludan tidak ditangkap, dia hanya dikecam. "Seluruh pejabat NATO pun juga tidak meneteskan air mata penyesalan untuk menampakkan protes dan kecaman mereka terhadap perbuatan Rasmus Paludan seraya menegaskan bahwa mereka menghormati agama Islam," ujarnya.

Umar melanjutkan, Pemerintah Swedia dan Eropa pun tampaknya tidak mempunyai kekuatan untuk menghentikan pembakaran Al-Qur'an tersebut. Pemerintah hanya menghawatirkan dampak masalah ini yang bisa merugikan kultur budaya liberal Eropa.

"Kenyataannya, kelakuan Paludan itu, seandainya tidak mendapat dukungan dari berbagai organisasi berkuasa dan media - media massa yang menjadi kepanjangan tangan barat serta selalu menguatkan api kebencian dan kedengkian terhadap Islam dan kaum muslimin niscaya tidak ada seorangpun di dunia yang mendengar kebodohannya," bebernya.
  
Diakhir penuturannya, Umar menghimbau Umat Islam untuk tidak pasif dan tidak tidur terhadap masalah ini. Mengusir para duta negara - negara Imperialis dari negeri-negeri muslim, mengusir semua pengaruh militer barat di negeri muslim dan menggentarkan Swedia serta siapapun yang menista Islam.[] Yupi UN

Pembakaran Al-Qur'an Jelas Didorong Sentimen Islamofobia

Tinta Media - Terkait aksi pembakaran Al-Qur'an oleh politikus sayap kanan Swedia Denmark Rasmus Paludan Pengamat Politik Internasional Ustaz Umar Syarifuddin mengatakan, hal tersebut jelas didorong oleh sentimen Islamofobia.

"Pembakaran Al-Qur'an ini jelas didorong oleh sentimen Islamofobia dari diri Paludan," ungkapnya kepada Tinta Media, Senin (30/1/2023).

Yang lebih memprihatinkan, kata Umar, Paludan tidak ditangkap, dia hanya dikecam. "Seluruh pejabat NATO pun juga tidak meneteskan air mata penyesalan untuk menampakkan protes dan kecaman mereka terhadap perbuatan Rasmus Paludan seraya menegaskan bahwa mereka menghormati agama Islam," ujarnya.

Umar melanjutkan, Pemerintah Swedia dan Eropa pun tampaknya tidak mempunyai kekuatan untuk menghentikan pembakaran Al-Qur'an tersebut. Pemerintah hanya menghawatirkan dampak masalah ini yang bisa merugikan kultur budaya liberal Eropa.

"Kenyataannya, kelakuan Paludan itu, seandainya tidak mendapat dukungan dari berbagai organisasi berkuasa dan media - media massa yang menjadi kepanjangan tangan barat serta selalu menguatkan api kebencian dan kedengkian terhadap Islam dan kaum muslimin niscaya tidak ada seorangpun di dunia yang mendengar kebodohannya," bebernya.
  
Diakhir penuturannya, Umar menghimbau Umat Islam untuk tidak pasif dan tidak tidur terhadap masalah ini. Mengusir para duta negara - negara Imperialis dari negeri-negeri muslim, mengusir semua pengaruh militer barat di negeri muslim dan menggentarkan Swedia serta siapapun yang menista Islam.[] Yupi UN
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab