Tinta Media: Ajal
Tampilkan postingan dengan label Ajal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ajal. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 Januari 2023

Tak Kan Lari Gunung Dikejar


Tinta Media - Nampak di depan gunung Merapi di kejauhan.  Makin kencang mobil dipacu kayak makin jauh. Tetiba setelah beberapa waktu ... gunung itu nampak jauh di samping. Dan lewat.

Seolah gunung itu lari dan tak terkejar. Padahal gunung itu tetap di tempat nya tak kemana mana. Hanya kitalah yang terpaku pada jalan raya. Karena jalan itu tak menuju ke tempat gunung itu maka seolah tak terkejar. 

Beda dengan para pendaki yang memang menuju ke tempat gunung itu berada. Kemudian bahkan mendaki mulai dari kaki gunung hingga ke puncaknya. Maka mesti nyampe.

Dalam hidup kita perkara yang sudah pasti gak akan lari atau terlewat. Rezeki dan ajal pasti. Sudah tertulis di lauh mahfuzh. Sudah fixed bagaikan gunung. Yang melekat erat di muka bumi. Jadi gak dikejar pun pasti dapet.

Hanya kita wajib berjalan melakukan kerja. Yang biasanya rezeki itu datang. Namun kerja bukan sebab rezeki. Hanya kondisi tertentu yang secara adat rezeki itu datang. Kadang kala sudah bekerja tapi tak dapat rezeki bahkan malah rugi.

Sebab rezeki dan ajal itu ghoib dan hanya bisa diketahui dengan pemberitahuan Allah kepada kita.  

Surat Saba Ayat 24

۞ قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ قُلِ ٱللَّهُ ۖ وَإِنَّآ أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَىٰ هُدًى أَوْ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

 "Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata".

Surat Al-An’am Ayat 2

هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن طِينٍ ثُمَّ قَضَىٰٓ أَجَلًا ۖ وَأَجَلٌ مُّسَمًّى عِندَهُۥ ۖ ثُمَّ أَنتُمْ تَمْتَرُونَ

"Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu)."

Dan Allah memastikan bahwa rezeki dan ajal itu adalah ketentuan Allah. Bukan karena apapun yang ada di bumi. Namun karena ketetapan Allah dalam lauh mahfuzh. Jadi, tak kan lari gunung dikejar.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Jumat, 06 Mei 2022

OPOR AYAM KETUPAT LEBARAN, MAK NYUS!


Tinta Media  - Jokowi teralienasi saat perayaan lebaran Idul Fitri. Dia tidak hadir di Masjid Istiqlal, simbol masjidnya kekuasaan Negara, melainkan malah melipir sholat di Yogyakarta.

Memang benar, melaksanakan sholat ID di Istiqlal sangat beresiko. Diantara resiko yang paling kecil adalah ada sejumlah anak kecil yang menirukan gayanya 'Yo Ndak Tahu Kok Nanya Saya'. Tentu jika hal ini terekam kamera, bisa berdampak 'bahaya' bagi Jokowi.

Belum lagi, beresiko diteriaki oleh emak-emak yang menuntut dirinya mundur. Kebayang, betapa garangnya wajah emak-emak, meskipun dalam kerangka hari raya berani dengan lantang berteriak 'Jokowi, mundur !'.

Atau resiko lain Jokowi diacuhkan. Tak ada yang menganggapnya. Tak ada yang berdesakan untuk bersalaman dengannya. Beda, dengan kondisi saat Jokowi blusukan di daerah.

Karena itu, Yogyakarta dipilih diduga sebagai tempat sholat untuk menghindari hal-hal yang tidak mengenakkan. Tak nyaman, masih menjabat Presiden tapi tidak dianggap oleh rakyatnya.

Semakin dekat tahun 2024, kegalauan Jokowi semakin meningkat. Karena, saat masih menjadi Presiden saja sudah diabaikan, apalagi nanti ketika sudah tidak berkuasa? Tak akan ada media yang peduli, mengabarkan berita tentang diri dan keluarganya.

Terlebih lagi, wacana tunda Pemilu dan presiden tiga periode mendapatkan tantangan keras dari rakyat. Perdana Menteri Jokowi (meminjam gelar yang disematkan oleh Elon Musk), juga gagal mengeksekusi tunda Pemilu melalui Parade Apdesi.

Rasanya, kebahagiaan hari raya terasa hampa. Saat menuju selesainya kekuasaan semakin dekat. Hari-hari terasa semakin cepat dihitung dalam bilangan pikiran.

Begitulah, kekuasaan bisa saja berkacak pinggang kepada rakyat. Tetapi kekuasaan, tak mungkin memaksa rakyat mengerubutinya, jika baunya amis bahkan busuk memuakkan.

Ajal kekuasaan, pasti tiba. Dan saat kekuasaan berlalu, tak ada yang tersisa dari diri yang meninggalkan keramahan rakyat untuk terus mengenangnya. Yang ada, rakyat merasa lega dengan datangnya ajal kekuasaan yang zalim.

Loh, ini bagaimana soal opor ayam dan ketupatnya ? Kok ga dibahas ?

Tidak, memang tidak saya bahas. Saya terbiasa menulis dengan gaya dan apa yang mau saya tulis. Suka, silahkan baca. Tidak suka, silahkan hapus. Simple bukan? []

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik


Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab