Tinta Media: AS
Tampilkan postingan dengan label AS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AS. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Maret 2024

Penguasa Arab Saudi Memainkan Peran sebagai Pengikut AS


Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menilai, manuver  menteri luar negeri Arab Saudi pada konferensi Davos  yang menegaskan bahwa siap menjalin hubungan damai dan menerima solusi dua negara, membuktikan bahwa penguasa Arab Saudi memainkan perannya sebagai pengikut Amerika Serikat (AS).

"Para penguasa Arab Saudi memainkan peran sebagai b4j*ng4n yang mengamini setiap keputusan dan kemauan para pemimpin AS," ujarnya dalam video yang bertajuk Terbongkar Rencana Jahat yang Kalian Sembunyikan Selama Ini, di kanal Youtube Justice Monitor, Senin (5/3/24).

Agung melanjutkan, manuver dari menteri luar negeri Faisal Bin Farhan Al-Saud membuktikan bahwa di level dalam negeri memerangi Islam dan seruannya untuk menyebarkan permusuhan, kefasikan, abnormalitas.

"Di level luar negeri, melalui hubungannya dengan AS yang sudah begitu jauh serta kesediaannya untuk mengakui entitas Yahudi melalui solusi dua negara," imbuhnya.

AS lanjutnya, menggunakan Arab Saudi dengan rayuan normalisasi dan uang untuk melakukan semua proyek dan rencananya terkait masalah Palestina.

"Itulah ‘wortel’ yang digunakan AS untuk memperdaya entitas Yahudi agar menerima proyek-proyeknya," ungkapnya. 

AS kata Agung, sangat menyadari kelemahan rezim Arab dan menjadikan rezim Arab Saudi bisa digoyangkan dari waktu ke waktu.

“Pemimpin Israel dan  penguasa Arab Saudi tidak pernah menolak permintaan AS atau pun mengecewakannya," pungkasnya. [] Setiyawan Dwi

Jumat, 19 Januari 2024

IJM: Milisi Houthi Tidak Serius Memerangi AS!

 

Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menilai milisi Houthi tidak serius memerangi Amerika Serikat (AS). 

"Milisi Houthi tidak serius memerangi AS, demikian juga Hizbullah di Lebanon Selatan yang melakukan tindakan serius yang katanya menghentikan penjajah Yahudi Zionis," ujarnya dalam video :  AS vs Houthi: Serangan Nyata atau Sandiwara? Di kanal Youtube Justice Monitor, Senin (15/1/2024). 

Agung menuturkan berbagai alasan terkait ketidakseriusan Houthi memerangi AS, yakni adanya hubungan kemitraan antara AS dengan Houthi di tahun-tahun sebelumnya.  Houthi  juga berhasil merebut kawasan strategis di pelabuhan Aden Yaman yang dibiarkan AS. 

“AS  juga  melakukan penurunan militer dari udara kawasan yang dikendalikan oleh kelompok Houthi. Duta besar AS untuk Yaman kala itu menegaskan kerja sama negaranya dengan kelompok Houthi dalam memerangi apa yang disebut sebagai terorisme," bebernya. 

Keberadaan Houthi ini, kata Agung, tidak lepas dari krisis yang terjadi di Yaman. "Kalau kita mundur ke belakang krisis yang terjadi di Yaman itu tidak bisa lepas dari pertarungan antara kepentingan dua negara besar yakni Amerika dan Inggris," jelasnya. 

Yaman ucapnya, dinilai AS sebagai wilayah strategis sehingga AS tidak menginginkan Yaman dekat dengan Inggris, maka langkah yang dilakukan AS adalah menimbulkan konflik di Yaman. 

"Nah siapa yang kemudian digunakan Amerika untuk memunculkan atau untuk meningkatkan konflik ini, tidak lain adalah milisi Houthi," pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

IJM: AS Menggempur Houthi, Sisi Lain Membangun Hubungan Kemitraan



Tinta Media - Amerika Serikat (AS) dan juga Inggris didukung beberapa negara barat termasuk juga Bahrain pertama kalinya menggempur sejumlah lokasi kelompok Houthi, namun ternyata dilain sisi AS membangun hubungan kemitraan dengan Houthi. 

"Di sisi lain AS membangun hubungan kemitraan dengan Houthi, duta besar AS untuk Yaman membenarkan kerja sama negaranya dengan kelompok Houthi ini," ujar Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana dalam video: AS vs Houthi: Serangan Nyata atau Sandiwara? Di kanal Youtube Justice Monitor, Senin (15/1/2024). 

Gempuran AS pada Houthi ini dinilai Agung janggal, karena tahun sebelumnya  AS tidak memukul dengan keras milisi Houthi, ketika Houthi berhasil merebut kawasan strategis di pelabuhan Aden Yaman yang  dijuluki jalur sibuk pelayaran. 

“Padahal AS masih beroperasi di Sana'an (Yaman) serta memiliki sistem kendali militer yang mengendalikan di kawasan strategis seperti di selat Hormuz, Bab Al-Mandeb, selat Malaka, pengawasan di Terusan Suez, Selat Turki, dan lain-lain. Malah AS menjalin kerja sama negaranya dengan kelompok Houthi ,” bebernya. 

Duta besar AS untuk Yaman kala itu, ucapnya,  menegaskan kerja sama negaranya dengan kelompok Houthi dalam memerangi apa yang disebut sebagai terorisme. 

“Kerja sama ini juga terlihat ketika AS melakukan penurunan militer dari udara  di kawasan yang dikendalikan oleh kelompok Houthi dengan dalih mengejar para teroris,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi

Minggu, 14 Januari 2024

FWIS: Ada Tiga Kepentingan AS di Timur Tengah



Tinta Media - Direktur Forum World on Islamic Studies (FWIS) Farid Wadjdi menyebut, ada tiga kepentingan Amerika Serikat (AS) di Timur-Tengah. 

"Kalau kita lihat krisis yang terjadi di Timur-Tengah jelas tidak bisa dilepaskan dari intervensi negara-negara barat terutama AS. Bagi AS ada tiga kepentingan mereka di Timur Tengah," ujarnya di Kabar Petang : Berani Tantang AS, Siapa Houthi? Di kanal Youtube Khilafah News, Senin (8/1/2024). 

Pertama, sebutnya, mengendalikan minyak dunia, melalui kontrol terhadap minyak di Timur-Tengah. “Kedua, menjaga entitas penjajah Yahudi Zionis yang digunakan untuk kepentingan negara-negara barat di Timur-Tengah,” jelasnya. 

Ketiga, ungkapnya, menjaga kemunculan kekuatan politik Islam di Timur-Tengah. "Ini suatu hal yang sangat dijaga AS," pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

Jumat, 05 Januari 2024

Mengapa AS Rela Bantu Zionis Y4hudi? Ini Penjelasannya....



Tinta Media - Analis Geopolitical Institute Dr. Hasbi Aswar menjelaskan,  ada kepentingan jangka panjang Amerika Serikat (AS) hingga rela membantu Zionis Y4hudi. 

"Kepentingan jangka panjangnya apa? Khususnya dalam Isr4el ini, dalam perang ini, yaitu jangan sampai kelompok-kelompok Islam itu menang melawan Isr4el dan kemudian kemenangannya itu menginspirasi gerakan-gerakan politik Islam Timur Tengah untuk melakukan perlawanan dan pada akhirnya merugikan kepentingan politik dan ekonomi Amerika Serikat," tuturnya di Kabar Petang: Kampanye 'Abandon Biden', Kegagalan Serius Demokrasi , di kanal Youtube Khilafah News,  Senin (1/1/24). 

Hasbi menyesalkan, hanya karena mempertahankan kepentingan itu, AS  tidak peduli moralitas dan kritikan dari warganya. 

"Tidak peduli lagi dengan dukungan masyarakat atau tidak, yang penting, kepentingan negara mereka (AS) terlebih  kepentingan ekonomi," pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

Kampanye ‘Abandon Biden’, Analis: Upaya Muslim Amerika Dukung P4lestin4



Tinta Media -;Analis dari Geopolitical Institute Dr. Hasbi Aswar menilai kampanye ‘Abandon Biden’ sebagai upaya muslim Amerika Serikat (AS) untuk mendukung P4lestin4. 

"Gerakan ‘Abandon Biden’ ini harus kita pahami sebagai sebuah upaya umat Islam di Amerika Serikat mendukung saudara-saudara kita yang ada di P4lestin4 yang sekarang lagi dibantai," tuturnya di Kabar Petang: Kampanye 'Abandon Biden', Kegagalan Serius Demokrasi, di kanal Youtube Khilafah News, Senin (1/1/24). 

Kampanye ini, lanjutnya, bagian dari kontribusi muslim di AS untuk menekan pemerintahan Amerika Serikat yang dari dulu sampai sekarang selalu mendukung Isr4el untuk melakukan pembantaian kaum muslimin di P4lestin4. 

"Jadi saya kira sudah sewajarnya dan sudah seharusnya umat Islam itu mengambil sikap ikut dalam aksi-aksi demonstrasi, buat hastag, buat gerakan Abandon Biden misalnya atau gerakan-gerakan lain, karena itu suatu bentuk dukungan dari kaum muslimin kepada saudara-saudara di G4z4," ungkapnya. 

Tujuan Kampanye 

Hasbi menyebut, tujuan kampanye ini pertama, bentuk dukungan muslim AS untuk P4lestin4 dan juga bentuk kritik yang ditujukan kepada pemerintahan Biden yang telah bersekutu dengan entitas penjajah Y4hudi. 

“Kedua, ini bagian dari strategi umat Islam AS untuk mengedukasi publik atau memberikan narasi-narasi alternatif pada publik. Sebagaimana kita pahami AS selalu mendesain baik media-medianya maupun para politisinya untuk selalu pro pada entitas penjajah Y4hudi Zionis," tandasnya. 

Lewat kampanye ini, sambungnya, publik AS yang selama ini didoktrin untuk pro Isr4el, anti Muslim, anti Hamas, anti perjuangan Islam itu berubah. "Yang pro Isr4el menjadi simpati pada P4lestin4 dan itu sudah terbukti, berefek dan efektif," tandasnya. 

Mengutip dari Republika.co.id edisi (31/12/23), para pemimpin Muslim Amerika pada Sabtu waktu setempat menyatakan akan memperluas kampanye "Abandon Biden" yang sudah diluncurkan awal bulan ini. Adapun isi kampanye ini adalah menentang Presiden Joe Biden, terkait cara penanganannya terhadap konflik di G4z4, yang dinilai mengabaikan aspirasi muslim AS. [] Setiyawan Dwi

Sabtu, 23 Desember 2023

AS Terus Dukung Zionis untuk Proyek Kolonialnya melalui Solusi Dua Negara



Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana mengungkap dukungan Amerika kepada entitas Zionis Yahudi untuk terus melancarkan agresi terhadap Gaza adalah karena Amerika ingin melaksanakan proyek kolonialnya.

“Bahwa seruan Amerika kepada entitas Zionis Yahudi untuk terus melancarkan agresi terhadap Gaza adalah karena Amerika ingin mencapai tujuannya dari agresi ini, yaitu berupaya untuk melaksanakan proyek kolonialnya, yakni solusi dua negara dengan membendung Netanyahu atau menggulingkannya,” ujarnya dalam video AS dan Israel Benar-Benar Berpikir Gaza Memang Harus Dibumihanguskan, di kanal YouTube Justice Monitor, Selasa (19/12/2023). 

Untuk tujuan tersebut, Agung menilai, Amerika tidak peduli dengan jumlah kematian warga sipil yang syahid ratusan setiap harinya dan kehancuran besar-besaran. 

“Sungguh Amerika tidak akan terpengaruh dengan semua itu, sebab Amerika telah melakukan hal yang sama di Irak dan Afganistan untuk memperluas pengaruhnya,” bebernya. 

“Ini mengindikasikan seakan Amerika dan Zionis masih belum puas dengan penumpahan darah kaum muslimin yang tidak berdosa,” imbuhnya.

Di sisi lain, lanjut Agung, para penguasa pengkhianat di negeri-negeri Arab dan Muslim masih saja menjadi sebatas komentator atas genosida ini. 

“Seakan mereka hanya puas dengan mengutuknya tanpa menggerakkan pasukan, tanpa menggerakkan tentara, tanpa menggerakkan Alutsista mereka,” sesalnya. 

Terakhir yang perlu dicatat, papar Agung, mereka adalah musuh-musuh Allah. “Amerika dan Zionis Yahudi adalah musuh-musuh Allah yang harus dikalahkan. Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir. La haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim,” tutupnya.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menegaskan kembali terkait dukungan AS kepada Zionis Yahudi Israel dalam perang melawan Hamas. Hal itu disampaikan Biden ketika hadir di Gedung Putih dalam rangka memperingati Hari Raya Hanukah Yahudi pada Senin  11 Desember 2023.[] Langgeng Hidayat

Sabtu, 16 Desember 2023

Hipokrit Kronis


Tinta Media - Ada satu jenis penyakit yang tidak bisa disembuhkan, yaitu hipokrit kronis. Penyakit yang satu ini sudah lama menjangkiti Amerika, negara adidaya, polisi dunia, dan dedengkot kapitalisme.

Lihatlah sepak terjang AS melalui politik luar negerinya, menggunakan segala cara agar seluruh dunia tunduk terhadapnya, sehingga hegemoni kian kokoh. Dia juga menggunakan boneka pada setiap negeri jajahannya.

Tak pelak lagi, cengkeramannya bisa kita lihat saat Anthony Blinken mengatakan bahwa Israheel sedang menghadapi "organisasi teroris" yang menyerang dengan cara paling mengerikan. 

"Dari sudut pandang kami, ini harus mengarah pada pembentukan negara Palestina. Kita tidak akan memiliki perdamaian dan keamanan yang tahan lama bagi Israheel, kecuali dan hingga aspirasi politik Palestina terpenuhi," ungkap Anthony. (VOA Indonesia,(10/12/2023)

Jelas, apa yang diungkapkan Menlu AS tersebut merupakan standar ganda. Ini adalah bentuk kemunafikan (hipokrit) AS dengan alasan sebagai berikut:

Pertama, Hamas yang memperjuangkan tanah air dari penjajah disebut organisasi teroris, sedangkan Israheel penyerobot tanah orang, penjajah dan pembantai warga Gaza tidak disebut teroris.

Kedua, ungkapan "dari sudut pandang kami" mengisyaratkan pandangan sebagai kampiun kapitalisme. Solusi yang ditawarkan tentulah yang menguntungkan bagi AS sendiri. Dengan solusi tersebut, AS dapat mengontrol wilayah Timur Tengah. 

Ketiga, Israheel tetap akan dipertahankan oleh AS di wilayah Palestina, dengan memainkan boneka-bonekanya yang lain. Mereka telah dan akan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israheel.

Keempat, apa yang disebut sebagai aspirasi politik Palestina hanyalah lip service mereka kepada penguasa boneka yang ia ciptakan sendiri. Sesungguhnya, kekuasaan yang diberikan AS kepada penguasa Palestina hanyalah semu.

Inilah yang perlu disadari dan dipahami oleh kaum muslimin. Kapitalisme akan terus menggunakan standar ganda dalam menyerang Islam dan ajarannya, mengkriminalisasi pejuangnya hingga kaum muslimin mau mengikuti mereka.[]

Oleh: Muhammad Nur
Intelektual Muslim

Senin, 11 September 2023

Pengamat: War On Terorism Ada Dalam Kendali Amerika

Tinta Media - Pengamat  kebijakan publik Dr. Riyan mengungkapkan, latar belakang dibentuknya Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tidak lepas dari agenda war on terrorism (WOT) yang ada di dalam kendali Amerika.
 
"Isu terorisme yang menjadi latar belakang dibentuknya Densus 88 juga BNPT itu memang tidak lepas dari agenda yang disebut dengan war on terrorism yang ada dalam kendali Amerika," ungkapnya dalam program Kabar Petang: Semua Tempat Ibadah Dikontrol Pemerintah, Kayak Zaman Belanda? di kanal Youtube Khilafah News, Sabtu (9/9/2023).
 
Menurutnya, Amerika berkepentingan untuk menggolkan war on terorism, yang sebenarnya  adalah war on Islam (perang melawan Islam).
 
"Kebencian Amerika sebagai negara penjajah (terhadap Islam) akhirnya dipaksakan termasuk kepada negeri kita di Indonesia ini. Sehingga dibuatlah semacam fabrikasi-fabrikasi  yang terkait dengan tindakan terorisme yang tentu di setiap kasusnya banyak pertanyaan-pertanyaan yang penting untuk ditelaah lebih jauh," tuturnya.
 
Riyan berpandangan, bahwa yang sebenarnya terjadi adalah bagian agenda jahat dari negara teroris yang sesungguhnya yaitu Amerika.
 
“War on terrorism yang digaung-gaungkan oleh Amerika sebenarnya itu sudah gagal kemudian diubah wacananya menjadi war on radicalism,” imbuhnya.
 
Kedua lembaga ini (Densus 88 dan BNPT) jelasnya, hanya mengamplifikasi (menjadi corong) program yang didengung-dengungkan oleh Amerika," tandasnya.
 
Terakhir Riyan menekankan, pentingnya melakukan evaluasi total terhadap kinerja BNPT maupun Densus 88 agar jangan sampai isu terorisme, radikalisme ini menyasar umat Islam dan umat Islam menjadi korban, termasuk masjid maupun pesantren.
 
“Umat Islam tidak boleh diam, harus kritis dan menolak dengan tegas usulan ketua  BNPT ini,” pungkasnya.[] Muhar

Selasa, 01 Agustus 2023

PROKSI & ANTEK AS VS CHINA DALAM LAGA PILPRES 2024



Tinta Media - Sebelum membaca tulisan ini, penulis mohon agar pembaca tidak baper, terutama yang saat ini terlibat dalam Pilpres baik aktor, partisan hingga relawan. Mengingat, mungkin saja analisa dan kesimpulan dari tulisan ini tidak sejalan dengan pikiran dan suasana batin mayoritas rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan.

Ya, perubahan yang menjadikan negeri dengan kekayaan alam melimpah, SDM unggul, mayoritas muslim, letak geo strategis yang menguntungkan, dan berbagai keunggulan lainnya, menjadi lebih baik, menjadi negeri yang Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur. Bukan sekedar perubahan untuk menyatukan cebong dan kadrun, atau menyatukan politisi untuk bersatu dan berbagi kue kekuasaan.

Sebagai pengantar, penulis akan mengawalinya dengan memberikan batasan terminologi tentang apa itu proksi. Dalam konteks korporasi, Proksi adalah Pihak lain yang oleh seorang pemegang saham ditunjuk dan diberi wewenang untuk mewakilinya dan untuk melakukan segala sesuatu yang diperlukan atau diminta dalam rapat umum pemegang saham.

Dalam konteks politik, khususnya Pilpres, proksi dapat didefinisikan sebagai pihak lain yang ditunjuk oleh otoritas kekuasaan yang lebih tinggi, untuk menjalankan agenda politik sesuai perintah pemberi agenda, dimana proksi seolah-olah bertindak merdeka dan mandiri, padahal sejatinya proksi sedang menjalankan agenda tuannya. Dalam konteks konstelasi politik global, proksi bisa menjadi agen kapitalisme global, agen negara tertentu, atau agen kelompok kapitalis global.

Yang agak mirip dengan proksi adalah antek. Namun, antek seolah-olah tidak memiliki kemerdekaan dalam menjalankan agenda tuannya.

Antek adalah orang yang menjalankan agenda orang lain, atau suatu pihak yang menjalankan agenda pihak lainnya, baik dengan kesadaran dirinya menjadi antek yang mematuhi tuannya, atau secara tidak sadar dirinya menjadi bagian dari antek dari agenda global. 

Misalnya saja, orang-orang yang berteriak demokrasi dan HAM, yang berjuang demi keadilan dan kesejahteraan negerinya, secara tidak sadar telah menjadi antek Amerika dan kapitalisme global. Sebab, diantara modus operandi Amerika dan kapitalisme global melakukan dan melanggengkan penjajahan (imperialisme) adalah dengan menjajakan demokrasi dan HAM.

Sementara itu politisi yang sowan ke Amerika, atau ke China, untuk mendapatkan dukungan politik, baik secara terbuka maupun sembunyi-sembunyi, maka jelas politisi yang seperti ini adalah antek. Karena secara sadar mereka meminta dukungan Amerika atau China, yang konsekuensinya tentu saja kebijakan mengelola pemerintahan harus sejalan dengan agenda dan kepentingan Amerika atau China.

Dalam Pilpres 2024 ini, penulis dapat menegaskan bahwa semua kubu yang bertarung tidak lepas menjalankan peran antek, atau setidaknya peran proksi, baik bagi Amerika maupun China, dengan pertimbangan sebagai berikut:

Pertama, dari sisi narasi ada pertarungan narasi yang mengkonfirmasi pertarungan pengaruh China dan Amerika. Sehingga, proksi China tidak mungkin mengedarkan narasi anti China, sebaliknya proksi Amerika juga tak akan mempromosikan narasi anti Amerika.

Pada isu kebangkitan komunisme PKI misalnya. Proksi China begitu anti pada narasi potensi kebangkitan PKI. Mereka selalu mengedarkan kounter narasi dengan menyatakan PKI sudah dibubarkan, tak mungkin bangkit kembali dan kalau ada silahkan tunjukan, maka pasti akan digebuk.

Proksi China tak ingin isu komunisme PKI dibesarkan, karena hal ini akan memicu sentiman anti komunis, yang dampak derivatnya adalah berimplikasi pada kebijakan anti China. Padahal, di era rezim Jokowi saat ini, begitu banyak kebijakan yang melayani dan menguntungkan China, khususnya dibidang investasi dan pertambangan yang digawangi oleh Luhut Binsar Panjaitan.

Sementara proksi Amerika terlalu sibuk dengan narasi ancaman PKI, setiap bulan September selalu menggelorakan narasi kebangkitan PKI, namun pada saat yang sama tidak pernah mempersoalkan (permisif) pada dampak kerusakan dan ancaman aktual dari penerapan ideologi Kapitalisme sekuler.

Proksi Amerika yang berteriak-teriak tentang bahaya PKI, tak pernah secuilpun menyinggung bahaya Amerika, bahaya liberalisme yang menyebabkan Freeport berpuluh tahun merampok emas di Papua, bahaya liberalisme yang merusak generasi bangsa dengan nilai kebebasan, LGBT, sekulerisme, penistaan agama, dan lain sebagainya.

Baik sadar maupun tanpa sadar, narasi komunisme PKI dimanfaatkan oleh Amerika untuk menggebuk pengaruh China yang mulai merengsek memasuki sendi-sendi politik dan ekonomi di Indonesia, dan hal ini membahayakan bagi kepentingan ekonomi dan politik Amerika yang sejak era Orde Baru menguasai Indonesia secara prerogratif, nyaris tanpa pesaing.

Kedua, dari sisi endorsement politik, nampak sekali mana saja proksi politik China maupun Amerika. Proksi China yang saat ini berkuasa, tidak pernah memberikan peluang sedikitpun bagi proksi Amerika untuk mengakses legacy pembangunan di era rezim sebagai legacy politiknya. Kasus Jakarta International Stadium (JIS) adalah konfirmasinya.

Fokus rezim adalah memberikan ruang dukungan untuk kampanye proksi China agar dinilai berhasil dan baik di mata rakyat, sambil terus memanfaatkan kekuasaan untuk menekan proksi Amerika yang sedang berusaha mengambil alih kekuasaan. Dipersoalkannya proyek Formula E dan diabaikannya kerugian negara dalam kasus Mandalika adalah bukti kongkritnya.

Sementara Amerika, memberikan ruang endorsement bagi proksinya dengan membuatkan panggung parade elektabilitas dalam forum-forum internasional, baik di tingkat Eropa, atau pertemuan lembaga-lembaga dunia. Amerika memaksimalkan panggung yang dikuasainya, untuk memoles proksinya agar dipandang baik dan diterima rakyat Indonesia.

Ketiga, terjadi perseteruan dan perang tidak langsung antara Amerika dan China melalui proksinya, baik secara ekonomi maupun politik. Dan pada akhirnya, baik Amerika maupun China menyadari kunci kemenangan pertarungan Ekomoni dan politik ini adalah ketika Amerika maupun China mampu mendudukkan proksinya ke tampuk kekuasaan R.I. 1.

Kasus kebijakan hilirisasi nikel, misalnya. Kebijakan ini sangat menguntungkan China, Karena mayoritas pemain tambang nikel asing adalah china, bukan Amerika dan Eropa.

Dampaknya, pasar global Eropa dan Amerika kekurangan pasokan nikel murah, kalaupun ada harus melalui transit China dengan harga yang lebih mahal. Karena pada akhirnya, kebijakan hilirisasi ini hanyalah modus operandi China melalui proksinya, untuk mengamankan pasokan bahan baku nikel bagi industri China, terutama di era konversi energi dari bahan bakar fosil menuju energi listrik.

Buktinya, meski ada larangan eksport, meski ada kebijakan hilirisasi, ternyata sepanjang 2021 hingga 2022, ada 5 juta ton nikel yang dieksport langsung dari Indonesia ke China. Hal ini jelas-jelas merugikan kepentingan ekonomi Amerika dan Eropa, untuk mendapatkan bahan baku nikel murah dari Indonesia.

Secara politik, Amerika menggunakan kekuatan proksinya dengan memanfaatkan perlindungan Sheriff Amerika di Asia Tenggara (Australia), agar proksi Amerika dapat menyerang dengan kekuatan penuh proksi China, tanpa resiko kriminalisasi karena berada dibawah suaka politik Amerika melalui Sheriffnya.

Serangan ini akan terus dilakukan, dan akan semakin besar mendekati Pilpres 2024. Target serangan adalah menjatuhkan rezim proksi China, atau setidaknya mendelegitimasinya, agar tidak melakukan atau melanjutkan rencana proksi China untuk menghalangi proksi Amerika untuk naik ke tampuk kekuasaan.

Keempat, kedua kubu baik proksi China maupun Amerika saat ini sedang saling mengintai dan siap memangsa. Apalagi proksi China, merasa diatas angin disebabkan dua alasan:

1. Proksi China saat ini berkuasa, sehingga dapat memanfaatkan seluruh instrumen kekuasaan untuk menekan lawan sekaligus meningkatkan dukungan elektabilitas bagi capres yang didukungnya.

2. Proksi China sadar, proksi Amerika tidak akan terlalu mendapat dukungan penuh dari Amerika karena secara global Amerika konsentrasinya sedang terpecah karena krisis Rusia VS Ukraina. Ada adagium yang menyatakan "terlalu sulit untuk memenangkan dua pertarungan dalam waktu yang bersamaan'.

Sementara proksi Amerika menyadari dengan kesadaran utuh dan menyeluruh, bahwa proksi China saat ini sedang bangkrut, tidak memiliki legitimasi politik berupa dukungan rakyat dalam memimpin rakyat. Karena rakyat memahami, semua kerusakan yang saat ini dialami Indonesia adalah karena ulah rezim proksi China.

Meskipun demikian, setelah kontestasi Pilpres 2024 usai maka Amerika dan China tetap akan berbagi peran dan kapling jajahan di Indonesia. Pertarungan yang mereka lakukan baik secara langsung maupun melalui proksinya, hanyalah untuk memperluas batas wilayah jajahan, bukan untuk saling menyerang dan mematikan.

Pada akhirnya, siapa yang mampu mendudukan proksinya ke tampuk kekuasaan, maka dialah yang akan memiliki saham mayoritas untuk menjajah negeri ini. Sementara kubu yang lain, tetap memiliki andil dan selalu akan mendapatkan bagian dari deviden penjajahan. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik



Jumat, 14 Juli 2023

IJM: Aliansi AS-Taiwan Jadi Ancaman bagi Cina

Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor, Agung Wisnuwardana menilai aliansi Amerika dan Taiwan bisa menjadi ancaman kuat bagi Cina.

“Secara individu Taiwan tidak sekuat Cina tentunya, tetapi secara kolektif aliansi Amerika Serikat dan Taiwan bisa menjadi ancaman kuat,” ungkapnya dalam program Aspirasi: Menguak Strategi Xi Jinping di kanal Youtube Indonesia Justice Monitor pada Sabtu (8/7/2023).

Agung menilai keterlibatan aliansi global Amerika Serikat menjadi masalah terbesar bagi Cina.

“Amerika telah membangun isolasi politik di sekeliling Cina jika terjadi perang dan telah menyiapkan proxy-nya di wilayah tersebut. Walhasil terhadap Taiwan, Cina ingin bermain sangat sangat aman karena ada backing dari Amerika dan sekutunya,” jelasnya.

Oleh karenanya, Presiden Cina Xi Jinping di Kongres Umum Partai Komunis Cina menegaskan bahwa kebijakan Beijing untuk mengupayakan penyatuan kembali secara damai dengan Taiwan, tetapi tidak memutuskan penggunaan kekuatan sebagai opsi.

“Xi memperingatkan terhadap campur tangan luar atas masalah ini dan pejabat Cina lainnya telah secara eksplisit memperingatkan bahwa bertambahnya dukungan Amerika Serikat untuk pasukan kemerdekaan Taipei dapat menyebabkan perang di kemudian hari,” tuturnya.

Agung menegaskan, jika Cina ingin menyerang Taiwan, negara itu harus berhitung secara njelimet. Jika tidak, peperangan akan berlangsung lama dan akan membuat Cina berdarah-darah.

 “Bagi Cina menjadi momok menakutkan karena Amerika bisa mempersenjatai kembali Taiwan,” pungkasnya.[] Yung Eko Utomo

Sabtu, 10 Desember 2022

Kritik Pasal Perzinaan KUHP, Pengamat: AS Tak Cocok Jadi Kompas Moral

Tinta Media - Kritikan Dubes AS terhadap pasal perzinaan di KUHP baru dinilai Pengamat Politik Internasional Umar Syarifuddin sebagai hal yang tidak penting.

“Nggak penting dan abaikan saja. Amerika tidak cocok menjadi kompas moral,” ujarnya kepada Tinta Media, Jumat (9/12/2022).

Menurutnya, liberalisme, demokrasi dan sekularisme membuat generasi AS rusak dan hancur secara moral. Budaya sarkastik, alkoholik, perzinaan ditambah lagi tumbuh pesatnya L68T di sana membuat AS mengalami krisis demoralisasi serius.

"Belum lagi persoalan pelik seputar kegagalan proses peleburan di dalam masyarakat Amerika. Masyarakat Amerika saat ini secara spesifik tumbuh secara rasial. Para imigran Inggris khususnya, dan imigran Eropa pada umumnya, menjajah Amerika di atas jutaan mayat orang Indian Amerika, penduduk asli Amerika," ungkapnya. 

“Karena kebutuhan koloni baru atas pekerja, didatangkanlah budak dari Afrika. Maka orang-orang Amerika memandang semua orang keturunan Afrika sebagai budak,” terangnya.

Praktik-praktik rasis terhadap orang kulit hitam terus berlanjut. Terlepas dari kenyataan bahwa para pemimpin Amerika berbusa-busa menyatakan telah berakhirnya rasisme, namun Umar mengungkap berbagai laporan berbicara tentang pandangan rasisme yang mengakar di Amerika terhadap orang-orang keturunan Afrika. 

“Dan di antara manifestasi rasisme terhadap orang kulit hitam di Amerika itu adalah peningkatan signifikan jumlah tahanan kulit hitam dibandingkan dengan orang kulit putih Amerika, naiknya tingkat pengangguran di kalangan orang kulit hitam, dan perbedaan besar dan jelas dalam pendapatan rata-rata antara keluarga Afro-Amerika dibandingkan dengan orang kulit putih Amerika,” ungkapnya.

Menurut Umar, Pemerintah tidak perlu grogi dan panik merespon kritikan dari negara imperialis seperti AS. Pemerintah seharusnya peduli dengan nasehat dari para ulama yang mengingatkan secara tegas bahwa zina dan LGBT itu jelas dilarang. “Semua hubungan seksual di luar nikah itu haram. Jadi, mestinya yang dilarang itu bukan sekadar yang dipaksa, namun juga perbuatan asusila yang saling rela,” tegasnya.

Dalam ajaran Islam maka semuanya jelas. Di dalam al-Quran dinyatakan (yang artinya), “Janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Suatu jalan yang buruk.” (TQS Al-Isra [17]:32). 

“Coba perhatikan, ayat itu digandengkan dengan pembunuhan anak (ayat 31), zina (ayat 32), membunuh manusia secara umum (ayat 33), memakan harta anak yatim (ayat 34), mengurangi timbangan (ayat 35), mengikuti tanpa ilmu (ayat 36), dan sombong (ayat 37). Semuanya itu hukumnya sama. Haram!” ucap Umar kembali menegaskan.

“Apalagi dalam ayat 37 dinyatakan: ‘Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu’. Sangat jelas!” tambahnya.

Begitu juga terkait dengan hubungan sesama jenis yang pada zaman Nabi Luth as. pernah dilakukan oleh masyarakat saat itu (Lihat: QS al-A’raf [7]: 80-81). Jelas sekali perbuatan liwaath itu merupakan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan sebelum kaum pada jaman Nabi Luth. “Jelas haram. Itu kalau menggunakan aturan Islam,” tandasnya.

Meski demikian, Umar menjelaskan sesungguhnya pasal perzinaan tersebut belum sesuai dengan syariat Islam. Hukum syara’ yang ditunjukkan oleh dalil-dalil syara’, yakni al-Kitab dan as-Sunnah adalah bahwa hukuman pezina adalah jilid untuk ghayru muhshan seratus kali dera sebagai pengamalan Kitabullah dan pengasingan sebagai pengamalan sunnah Rasulullah. Hanya saja, pengasingan itu bersifat boleh, dan bukan wajib, dan itu diserahkan kepada keputusan imam (khalifah). Jika dia suka, dia boleh menjilid dan mengasingkannya setahun, dan jika dia suka maka dia boleh menjilidnya dan tidak mengasingkannya. “Tetapi, tidak boleh mengasingkannya tanpa menjilidnya. Sebab hukumannya adalah jilid,” jelasnya.
 
Adapun hukuman muhshan adalah dirajam sampai mati, mengamalkan sunnah Rasulullah saw yang datang mengkhususkan kitabullah. Dan pada muhshan boleh digabungkan atasnya jilid dan rajam, jadi dijilid dahulu kemudian dirajam. Dan boleh juga hanya dirajam tanpa dijilid. “Tetapi tidak boleh dijilid saja sebab hukumannya yang wajib adalah rajam,” terangnya.

Dan yang perlu diketahui, menurutnya Islam bukanlah ideologi reaktif yang baru memunculkan regulasi saat muncul persoalan. “Islam memberikan rahmat atas alam semesta, melalui hukum-hukum Allah SWT yang mampu menjaga keteraturan relasi antar manusia sesuai fitrahnya,” jelasnya. 

“Karena perzinahan adalah kasus yang sulit dibuktikan—hingga had pun dikenakan pada qodzaf—maka syariah Islam telah memiliki hukum-hukum antisipatif dan preventif terhadap potensi kejahatan seksual,” jelasnya lebih lanjut.

Dipaparkannya bahwa dalam Khilafah, sistem sosial yang mengatur interaksi perempuan dan laki-laki mewajibkan keduanya untuk menahan pandangan bila melihat aurat ataupun syahwatnya terbangkitkan sekalipun tidak melihat aurat. Sistem sosial itu berpadu dengan sistem pendidikan. “Dengan itu keluarga akan mendidik anak-anak mereka sedari kecil untuk menjaga kehormatan, memiliki rasa malu dan selalu merasa diawasi Allah,” paparnya.  

Dengan begitu, Umar menambahkan bahwa mereka terbiasa menjaga pergaulan dan tidak merasakannya sebagai aturan yang memaksa. “Sistem layanan publik juga akan menjaga interaksi laki-laki dan perempuan secara tertib untuk menjaga campur baur (ikhtilath) yang tak berkorelasi dengan hajat yang akan ditunaikan,” tambahnya.

Sistem informasi pun diatur dalam membangun masyarakat islami yang kuat dan pasti hanya akan menyebarluaskan kebaikan. “Tak bakal ada konten pornografi ataupun pornoaksi,” ujarnya tegas.
 
Adapun sistem sanksi, menjadi solusi kuratif yang menjerakan. “Bagaimana tidak jera bila ancaman perzinahan dan perkosaan bisa dikenai hukuman mati (rajam)?“ tanyanya menegaskan.

Bahkan ungkapnya, sekadar pelecehan verbal saja bisa terkena ta’zîr penjara 6 bulan atau cambukan. “Inilah sistem perlindungan seutuhnya sebagai solusi konkrit penghapusan kekerasan seksual. Tidak hanya bagi perempuan, tetapi bagi semua anggota masyarakat,” pungkasnya.[] Raras
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab