Tinta Media: 3 Maret
Tampilkan postingan dengan label 3 Maret. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 3 Maret. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 April 2024

3 Maret

Tinta Media - Telah seabad aku porak poranda
Tanpa pemimpin terbaik di dunia fana ini
Syariat direnggut, asa terburai sia-sia
Tersisa derai air mata yang mendesak angan

Seabad yang lalu begitu gagah bendera hitam melambai
Melindungi segenap jiwa dan peradaban
Namun kini, telah tercerai berai di jajah ideologi kufur
Merampas jiwa-jiwa yang kini menjadi liar

Kini aku begitu hancur tanpa seorang panglima
Tercerai berai bak buih di lautan
Begitu rapuh terombang ambing di samudera
Terkoyak hingga hilang tertelan angkara murka

Entah berapa lama lagi kabarmu akan kembali
Membumikan syariat yang telah dirusak para penghianat
Isak tangis tiada henti meratap hingga banjir air mata dan darah di tanah ribath
Kemenanganmu, ku yakin di suatu saat kelak
Melenyapkan dusta-dusta para pengkhianat syariat

Karya: Guntoro
Sahabat Tinta Media


Minggu, 03 Maret 2024

Sebuah Puisi di Tanggal 3 Maret

Tinta Media - Bagi banyak manusia
3 Maret adalah hari-hari biasa
Seperti hari-hari lainnya
Padahal itu hari malapetaka dunia
bukan cuma untuk umat Islam saja.

3 Maret 1924 memang telah berlalu lama
Sejak hari itu umat Islam tak lagi punya pemimpin sedunia
Sejak itu mereka tak lagi mampu merahmati alam mayapada
Persatuan umat tinggal fatamorgana
Disekat-sekat nasionalisme negara bangsa.

Tak terbayangkan ada "Jalan al-Khawarizmi" di tengah kita
Karena penemu aljabar itu hidup di Uzbekistan sana
Tak ada juga "Salahuddin al-Ayubi" jadi nama lapangan kita
Karena pengusir tentara Salib itu ada di Mesir sana
Padahal mereka orang-orang hebat nenek moyang kita.

3 Maret 1924 memang gerbang ke tak berdaya
Setelah sekian abad sehasta demi sehasta
Umat Islam mengalami kemunduran jiwa
Ketika mereka mulai takut mati dan makin cinta dunia
Meski jumlahnya bermilyar tapi bagai buih di samudra.

Puluhan juta umat Islam punya tentara bersenjata
Tapi tak mampu membebaskan bumi Palestina
Puluhan juta kilometer persegi negeri kaya sumberdaya
Tapi tak mampu menjadikan umat ini sejahtera
Karena tidak bersatu diatur dalam sistem yang sempurna.

Dunia kini tak memiliki mekanisme yang berhasil guna
Melenyapkan penjajahan dalam segala bentuknya
Mengatasi berbagai krisis yang menghadang di depannya
Menyuruh yang makruf dan mencegah yang munkar di tingkat dunia
Dengan cara-cara berwibawa yang makin dekat kepada-Nya.

Tetapi 3 Maret 1924 bukan akhir segalanya
Allah hadirkan kini orang-orang yang tampak sederhana
Mereka tak pernah bertemu Nabi, tetapi membenarkan kalimatnya
Bahwa khilafah ala minhanjin nubuwwah akan kembali ke dunia
Bahkan meneruskan bisyarah menaklukkan Roma.

Mereka menolak memakai kekerasan apalagi bersenjata
Dan mereka juga tak akan ikut permainan demokrasi utopia
Karena kemunduran jiwa harus diobati dengan pemikiran mulia
Hanya yang sehat isi akalnya akan melakukan perubahan nyata
Dan itulah jalan yang dicontohkan Rasulullah Nabi kita

Wahai umat yang Muhammad lebih dicintainya
Janganlah hidup kita di dunia yang sementara
Berputar-putar dalam kesibukan semu yang sia-sia
Melanjutkan kehidupan Islam adalah persoalan utama
Yang akan menjadi saksi untuk kita di akherat sana.

Oleh: Prof. Fahmi Amhar
Cendekiawan Muslim 

#puisiFahmiAmhar
3 Maret 2015


Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab