Tinta Media: 2023
Tampilkan postingan dengan label 2023. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 2023. Tampilkan semua postingan

Rabu, 18 Januari 2023

MMC: Stunting dan Kemiskinan Ekstrem Masih Jadi Program Pioritas 2023

Tinta Media - Muslimah Media Center (MMC) mengatakan, penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem masih terus menjadi program prioritas pemerintah pada tahun 2023 ini. 

"Penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem masih terus menjadi program prioritas pemerintah pada tahun 2023 ini," tutur narator MMC dalam Serba-Serbi MMC : Kemiskinan Ekstrem Mengakibatkan Darurat Stunting di kanal youtube Muslimah Media Center (MMC),  Selasa (17/1/2023)

Menurut narator, karena tidak ada kemajuan yang cukup berarti dalam perbaikan dua persoalan besar ini. "Tidak ada kemajuan yang cukup berarti dalam perbaikan stunting dan kemiskinan ekstrem sehingga penanganan dua persoalan tersebut masih menjadi program prioritas pada tahun 2023 ini,” ujarnya.

Narator menyampaikan, pemerintah mengklaim telah berupaya keras menurunkan kemiskinan dan stunting. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan atau Menko PMK  Muhajir Effendi juga mengatakan pemerintah melakukan upaya serius dalam penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem melalui intervensi gizi spesifik yakni referensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan; dan intervensi gizi sensitif yakni intervensi pendukung untuk mempercepat penurunan stunting seperti penyediaan air bersih MCK dan fasilitas sanitasi. 

Melihat cara penyelesaian tersebut, narator menilai sudah menjadi tabiat penguasa sistem kapitalisme ketika menyelesaikan masalah bukan pada akar masalah, namun diselesaikan di masalah turunan. “Padahal  sudah maklum di masyarakat ketidakmampuan seorang memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan akan menyebabkan bahaya terhadap jiwanya semisal sakit,” ucap narator.

Mengutip pendapat Syekh Muhammad Ismail dalam kitabnya Fikrul Islam, narator menyampaikan  makan merupakan hajatul udhowiyah atau kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi seketika dan saat itu juga. Jika pemenuhannya ditunda atau tidak dipenuhi secara layak akan menimbulkan dhoror atau bahaya terhadap jiwa. “Maka ketika terjadi stunting bisa dipastikan gizi makanan anak-anak tersebut tidak dipenuhi secara layak sehingga tumbuh kembang mereka terganggu. Salah satu penyebab ketidaklayakan pemenuhan gizi adalah kemampuan ekonomi keluarga dalam menyediakan gizi yang baik untuk anak-anak,” ujarnya.

Menurutnya, ketidakmampuan ekonomi keluarga ini pasti dipicu oleh kemiskinan. Dan kemiskinan yang terjadi saat ini adalah kemiskinan sistemik,  pasalnya kemiskinan yang terjadi merupakan dampak penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang membuat para Kapital legal menguasai kekayaan alam yang notabenya kekayaan tersebut merupakan harta kepemilikan umum atau rakyat.  

“Hasil yang melimpah dari sektor kepemilikan umum masuk ke dalam kantong-kantong korporat  sehingga negara tidak memiliki dana untuk mengurus rakyatnya. Justru yang ada penguasa kapitalisme memalak rakyat dengan pajak. Rakyat pun juga susah mencari pekerjaan yang layak  sebab penguasa kapitalisme hanya regulator para Kapital yang tugasnya adalah memastikan setiap regulasi memberi keuntungan kepada para Kapital akibatnya kemiskinan sistemik terjadi,” bebernya.

Narator juga menyampaikan kondisi ini semakin diperparah di mana layanan publik dikomersialisasi. Kesehatan, pendidikan, dan keamanan diperjualbelikan kepada rakyat dan mereka harus membayar jika ingin menikmati layanan ini. Begitu juga dengan kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan. “Kebutuhan yang seharusnya murah dan terjangkau bagi masyarakat justru dimonopoli oleh swasta sehingga hanya mereka yang memiliki kelebihan harta yang mampu membelinya. Sedangkan yang miskin hanya bisa menahan bahkan bermimpi untuk bisa tercukupi . Inilah akar masalah kemiskinan dan stunting,” ungkapnya.

Solusi Alternatif

Untuk menyelesaikan problem kronis ini, menurutnya, dibutuhkan sistem ekonomi alternatif agar mampu menyelesaikan problem kronis  ini . “Satu-satunya solusi yang mampu menyelesaikan masalah ini adalah sistem yang disebut Khilafah . Penguasa dalam sistem Khilafah berjalan di atas syariat Islam sehingga setiap kebijakan yang diterapkan tidak akan keluar dari syariat. Sedangkan syariat memerintahkan penguasa adalah khadimul ummah atau pelayan umat,” jelasnya.

Narator mengutip hadits riwayat al Bukhari, Rasulullah Saw. bersabda : ‘Seorang Imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya’ . “Maka menyelesaikan kasus kemiskinan dan stunting akan begitu mudah oleh Khilafah  karena negara menerapkan Politik Ekonomi Islam. Mekanismenya diawali dari Negara menjamin setiap individu per individu masyarakat terpenuhi kebutuhan pangan dan nutrisi mereka,” paparnya.

Agar jaminan tersebut terwujud, menurut narator ada empat hal yang harus dilakukan. Pertama, Khilafah menyediakan lapangan pekerjaan yang luas sehingga tidak ada satu laki-laki pun yang tidak mendapatkan pekerjaan.  “Dengan bekerja setiap laki-laki yang memiliki tanggung jawab nafkah mampu memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, dan papan keluarganya. Konsep ini akan menuntaskan stunting dari sisi keluarga karena anak-anak tercukupi gizinya,” tambahnya.
 
Kedua, negara akan fokus pada peningkatan produksi pertanian dan pangan berikut segala riset dan jaminan kelancaran seluruh proses pengadaannya. “Khilafah juga akan mendata ketersediaan dan distribusi pangan agar tepat sasaran. Jikalau memang tidak tercukupi Khilafah bisa meminta bantuan wilayah Khilafah yang lain atau impor untuk sementara waktu,” imbuhnya.
 
Ketiga, Khilafah akan menutup celah monopoli pasar oleh para spkulan sehingga harga barang di pasar akan mengikuti mekanisme pasar. “Supply dan demand barang juga dikontrol oleh negara. Konsep ini akan membuat masyarakat bisa menjangkau kebutuhan pokok dan gizi keluarga mereka,” tandasnya.
 
Keempat, Khilafah akan melarang penguasa maupun privatisasi sumber daya alam oleh para kapital. Lebih lanjut narator menjelaskan dalam Islam kekayaan alam adalah harta kepemilikan umum yang haram untuk dikuasai oleh sebagian orang. 

Narator menegaskan bahwa Islam mengatur pengelolaan kekayaan ini ada di tangan penguasa yang hasilnya diberikan seluruhnya kepada masyarakat. Dengan ini bisa dipastikan setiap anak akan mendapatkan jaminan dan layanan kesehatan yang berkualitas dan gratis. Kesehatan dan kebutuhan gizi mereka pun bisa terpantau.

 “Hanya dengan penerapan sistem ekonomi Islam dalam bingkai sistem Islam kaffahlah problem kemiskinan dan stunting bisa tuntas diselesaikan tak hanya di negeri ini namun juga di seluruh dunia,” pungkasnya.[] Erlina

Selasa, 10 Januari 2023

Menyongsong 2023 dengan Kebangkitan Generasi Islam

Tinta Media - "Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menyongsong harapan dan peluang yang baru di 2023 untuk menuju Indonesia yang maju."

Panggalan kalimat ini ditulis Jokowi sebagai ucapan selamat tahun baru di akun Twitter resminya @jokowi. Dalam cuitan itu, Presiden Jokowi menanyakan masyarakat Indonesia terkait kejadian dan masalah yang dihadapi bangsa ini selama tahun 2022. (MediaIndonesia.Com)

Sepanjang tahun 2022, banyak kasus yang belum terselesaikan oleh pemerintah, apalagi masalah generasi muda yang banyak melakukan maksiat jumlahnya semakin meningkat. Ini seharusnya menjadi catatan tersendiri untuk problem generasi muda dan perlu lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah. 

Problem remaja seperti seks bebas, hamil di luar nikah, aborsi, narkoba, LGBT, bunuh diri, pembunuhan, bullying, krisis adab dan akhlak, dan masih banyak lagi. Ini menunjukkan potret generasi yang jauh dari harapan bangsa untuk menjadi negara dengan masa depan cerah. 

Apakah mungkin generasi muda yang seperti itu bisa membangkitkan sebuah negara? Jawabannya, sangat tidak mungkin. Pemuda yang lemah, baik fisik, mental, dan pemikiran akan membuat suatu negeri akan hancur. 

Kondisi generasi muda yang seperti itu merupakan akibat dari penerapan aturan kapitalis liberal yang menjadikan generasi rusak, yaitu dengan asas menjauhkan agama dari kehidupan, sehingga mereka bebas melakukan perbuatan atas kemauannya sendiri. Mereka tidak mau diatur dengan aturan Sang Pencipta. Inilah penyebab kehancuran yang sejati. 

Generasi jauh dari pemahaman yang benar tentang hakikat kehidupan. Tujuan yang dicapai hanya keuntungan dan kesenangan dunia, sehingga lupa akan tugas seorang pemuda sebagai agen peradaban. Mereka juga abai terhadap kondisi sekitar, apalagi memikirkan kondisi umat. 

Ini sangat berbeda dengan sistem Islam. Dalam sistem Islam, generasi dididik untuk membentuk kepribadian Islam yaitu membentuk pola pikir dan pola sikap sesuai dengan ideologi Islam. Mereka kuat dalam segala hal, baik mental, fisik, ataupun pemikiran. Mereka tidak mudah kalah dengan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. 

Seperti Ali bin Abi Thalib, usia 9 tahun berani menggantikan posisi tidur Rasulullah yang akan dibunuh musuh. Mushab bin Umair menjadi duta dakwah yang diutus Rasulullah ke Madinah yang akhirnya berhasil menaklukan para pembesar di sana. Ini adalah capaian yang luar biasa, yaitu menjadi generasi yang taat kepada Allah dan juga berjuang menjadi bagian pengubah peradaban. 

Generasi yang seperti inilah yang diharapkan oleh negeri ini supaya menjadi negeri yang makmur dan maju, bebas dari penjajahan neoliberalisme Barat. Maka, selamatkan generasi kita di negeri ini dengan Islam. Hanya dengan aturan syariat Islam dalam bingkai khilafah, akan tercipta pemuda-pemuda yang tangguh dan cerdas. 

Wallahu a'lam bishowab.

Oleh: Shinta Putri
Muslimah Peduli Generasi

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab