Tinta Media - Sejak 7 Oktober 2023, Zionis Yahudi tak kunjung henti melakukan penyerangan terhadap Palestina. Sudah lebih dari satu tahun penyerangan atas Palestina berlangsung hingga detik ini. Sudah banyak warga yang syahid dalam penyerangan ini. Korban yang gugur tidak tidak memandang usia, anak-anak kecil sampai lansia pun menjadi mangsa mereka.
Hampir 43.000 orang telah tewas sejak pecah perang. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, aksi rezim Zionis itu juga menyebabkan lebih dari 100.000 lainnya terluka. Hal itu disampaikan oleh otoritas kesehatan setempat (Republika.com, 27/10/2024, Ankara).
Tak hanya warga Palestina yang menjadi sasaran Zionis Israel, kini mereka memperluas serangan dengan melakukan penyerangan terhadap Libanon, Yaman, dan juga Iran.
Di kondisi seperti saat ini, dunia hanya terdiam, tak berdaya dalam mengatasi permasalahan yang kian memburuk, meskipun berbagai solusi telah ditawarkan, mulai dari genjatan senjata, jalan damai, hingga solusi dua negara. Namun, sangat disayangkan, pada kenyataannya semua solusi yang ditawarkan tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas, melainkan melahirkan permasalahan baru bagi dunia.
Ketidakberdayaan para pemimpin dunia dan lembaga-lembaga internasional dalam menyelesaikan masalah ini sudah cukup menunjukkan betapa gagalnya sistem kapitalisme dan demokrasi dalam mewujudkan dunia yang aman dan berkeadilan.
Di sisi lain, Barat masih tetap menyuarakan dan mengaruskannya ke berbagai negeri sebagai bentuk penjajahan. Mereka menggunakan cara yang amat halus dalam menyebarkan paham demokrasi ini. Sehingga, negara-negara yang mereka jajah itu secara perlahan akan ikut menganut paham demokrasi pula, tanpa mereka sadari.
Meskipun demikian, warga Palestina tidak akan pernah melepaskan tanah mereka, yang telah berhasil ditaklukan oleh Khalifah Umar bin Khatab dan Salahuddin Al Ayyubi sampai kapan pun, sebab tanah tersebut adalah milik kaum muslimin. Mereka akan terus memperjuangkan tanah Aqsha sampai titik darah penghabisan, meski mereka hanya berdiri sendiri, tanpa ada bantuan kiriman militer dari negara-negara muslim lainnya.
Tidak seperti Zionis Yahudi yang dibacking oleh negara-negara besar Barat.
Keimananlah yang menjadikan para pejuang Aqsha masih tetap mempertahankan wilayah tersebut. Rida Allahlah yang mereka cari. Juga besarnya kenyakinan akan pertolongan dan kemenangan dari Allah untuk mereka.
Lalu, bagaimana solusi hakiki terhadap masalah Palestina ini? Tentu solusi hakiki satu-satunya adalah dengan mengirimkan batuan militer kepada Palestina. Inilah yang sebenarnya mereka butuhkan, bukan sekadar bantuan kiriman berupa pangan dan obat-obatan. Namun, hal ini sangat tidak mungkin dilakukan dalam sistem kapitalisme-demokrasi saat ini.
Sistem ini melahirkan paham nation state, yang memecah belah umat Islam. Sedangkan dalam negara Islam (khilafah), umat memiliki kekuatan ukhuwah atas dasar akidah yang sama, bukan sekadar atas dasar kebangsaan. Sehingga, umat akan menolong saudara sesama muslim yang sedang dijajah, entah dari negara mana mereka berasal, dengan mengirimkan bala tentara untuk berjihad.
Hanya dalam khilafahlah hal ini akan terlaksana. Oleh karena itu, umat harus membuang jauh-jauh demokrasi dan menyadari pentingnya menghadirkan solusi hakiki, yaitu khilafah yang akan menyediakan semua kekuatan, termasuk tentara yang akan membebaskan Palestina dari jajahan Zionis Yahudi.
Untuk itu, kita sebagai pemuda pejuang Islam harus membangun kesadarn umat, supaya mereka mau mendukung dan terlibat dalam perjuangan bersama kelompok dakwah yang memiliki misi menegakkan khilafah, dengan mengikuti metode dakwah Rasulullah saw. yaitu berdakwah secara politis dan pemikiran tanpa kekerasan. Wallahu’alam bish shawab.
Oleh: Zidna Ilma
Sahabat Tinta Media