Tinta Media - Selepas dilantik, presiden ke-8 Prabowo Subianto menyampaikan pidato perdananya di Gedung MPR, Senayan, Jakarta, Minggu (20/10/2024). Berbagai hal yang disinggung beliau antara lain mengenai tantangan serta ancaman ke depan bagi Indonesia, perang terhadap korupsi, janji untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina, dan mengajak konsolidasi seluruh komponen bangsa dalam rangka mewujudkan cita-cita Undang-Undang Dasar (UUD)1945. (JAKARTA, KOMPAS.com)
Beliau mengucapkan banyak terima kasih atas kedatangan 19 kepala pemerintahan dan 19 kepala negara, serta 15 utusan khusus negara-negara sahabat lainnya. Kemudian beliau mengucapkan sumpah untuk menjalankan dan mempertahan Undang-undang Dasar 1945 dan berbakti kepada Bangsa dan negara sesuai dengan undang-undang yang berlaku, menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, tulus dan mengutamakan kepentingan rakyat Indonesia dari segala golongan. Beliau juga mengajak masyarakat dan semua kalangan agar tidak takut menghadapi tantangan, rintangan, dan ancaman dari negara lain.
Begitulah, pemimpin baru yang diharapkan akan membawa perubahan bagi dunia dan rakyat Indonesia khususnya. Berharap perubahan memang tidak ada salahnya, bahkan kita sebagai manusia memang sudah seharusnya terus melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Namun, jika perubahan itu hanya sebatas individu pemimpin, maka itu hanya ilusi belaka. Sayangnya, masih banyak orang awam yang belum memahami makna perubahan yang sesungguhnya.
Ibarat mengobati orang yang sedang sakit, tentunya harus bisa mendeteksi penyebab penyakitnya. Jika salah mendiagnosis, maka akan fatal akibatnya, karena obat yang diberikan sudah pasti salah. Begitu pun dengan harapan perubahan, jika seorang pemimpin masih berada dalam kubangan sistem yang rusak (demokrasi ), maka beribu-ribu kali ganti pemimpin tidak akan bisa membuat perubahan yang hakiki. Karena pada dasarnya, sistem demokrasi itu sudah cacat dan rusak sejak lahir.
Terbukti, Indonesia pada khususnya sudah berkali-kali ganti pemimpin, dari yang bergelar Kyai hingga pemimpin perempuan pun pernah. Setiap ganti pemimpin, pasti mempunyai gagasan dan cita-cita mulia, yaitu ingin menjadi pemimpin yang mampu menyejahterakan rakyat dan membela kepentingan rakyat. Namun, hasilnya nihil. Kondisi rakyat justru sangat memprihatikan dengan semakin banyaknya kasus seperti pencurian, penipuan, maraknya judi online, kenakalan remaja, kekerasan seksual, sempitnya lapangan pekerjaan, KDRT, dan seabrek kasus lainya. Semua itu adalah buah dari sistem rusak buatan manusia yang tidak sesuai fitrah.
Jadi, berhasil tidaknya seorang pemimpin negara sangat bergantung pada sistem apa yang digunakan untuk mengatur sebuah negara, bukan dari segi individu pemimpin saja. Pemimpin yang saleh pun, jika masih berada dalam sistem yang salah, akan terseret menjadi pemimpin yang jahat karena disetir oleh sistem, seperti halnya pemimpin sebelumnya. Karena sejatinya, presiden terpilih tersebut hanya melanjutkan agenda pemimpin sebelumnya.
Solusinya Hanya Islam
Untuk bisa mewujudkan kebaikan dan keberkahan, maka kita harus menjadikan sistem sahih yang berasal dari Allah Yang Maha Mengetahui sebagai aturan dalam kehidupan. Sebagai seorang muslim, sudah sewajarnya kita menjadikan Al-Qur'an dan as-Sunah sebagai landasan perbuatan.
Begitu pun ketika memilih calon pemimpin. Memilih pemimpin dalam Islam adalah dengan baiat. Untuk menentukan sah dan tidaknya seseorang menjadi pemimpin (khalifah), Islam mempunyai kriteria yang disebut syarat in'iqad. Ketujuh syarat tersebut adalah harus seorang muslim, laki-laki, berakal, baligh, adil (tidak zalim), merdeka (bukan budak), mampu (punya kapasitas untuk memimpin).
Seorang pemimpin dalam Islam tidak ada batasan waktu, selama masih mampu memimpin dengan baik dan masih dalam kondisi sehat, selalu tunduk pada aturan Allah dan menjadikan syariat Islam sebagai aturan dalam mengatur kehidupan, karena seorang pemimpin adalah raa'in dan junnah bagi rakyatnya.
Oleh karena itu, harapan perubahan akan terwujud apabila yang diganti bukan hanya individu pemimpinnya saja, tetapi harus sepaket dengan pergantian sistemnya juga. Jika pemimpin baru, tapi sistem masih demokrasi, maka mustahil akan membawa perubahan yang hakiki. Hanya dengan sistem Islamlah jalan menuju keberkahan dan kesejahteraan bisa diwujudkan.
Untuk mewujudkannya, memang butuh perjuangan yang harus dilakukan. Mari, teruslah semangat berjuang, wahai kaum muslimin, demi tegaknya daulah Islam yang sudah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Wallahu a'lam bishawab.
Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media