Tinta Media - Kasus penganiayaan terhadap seorang ibu berinisial SS (64) oleh anaknya SA (39) di Makassar, Sulawesi Selatan, masih dalam penyelidikan polisi. SS mengalami luka serius akibat dibacok berkali-kali oleh pelaku dengan parang. Pelaku diduga melampiaskan amarahnya setelah diminta membersihkan rumah. (detik.com, 29-9-2024).
Kasus di atas menjadi salah satu contoh kasus penganiayaan yang dilakukan anak terhadap orang tuanya.
Sekarang ini, tidak dapat dipungkiri semakin banyak orang tua yang mengeluhkan perilaku buruk anak-anak mereka, yang tidak hanya menunjukkan ketidakpatuhan, tetapi juga memperlihatkan bentuk kedurhakaan yang nyata. Fenomena ini kian nyata ketika kita melihat banyak orang tua hidup dalam nestapa di usia senjanya, terabaikan oleh anak-anak mereka yang lebih mementingkan kehidupan pribadi dan materialistis. Ini bukan hanya persoalan moral, tetapi juga masalah sistemik yang diperparah oleh pengaruh sistem kapitalis sekuler yang mendominasi kehidupan masyarakat.
Hukum Anak Durhaka dalam Islam
Dalam pandangan Islam, kedudukan orang tua sangat tinggi, dan kewajiban berbakti kepada orang tua termasuk salah satu amalan yang paling besar pahalanya. Islam menempatkan hubungan antara anak dan orang tua sebagai hubungan yang penuh penghormatan dan kasih sayang. Al-Qur'an dan Hadis menegaskan pentingnya memuliakan orang tua, bahkan setelah kewajiban untuk menyembah Allah, perintah berbakti kepada orang tua selalu disebutkan.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 23-24, "Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." Ayat ini menegaskan bahwa sekadar mengucapkan perkataan kasar kepada orang tua sudah termasuk bentuk kedurhakaan, apalagi jika sampai menganiaya atau menelantarkan mereka di masa tua.
Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua." (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada orang tua bukan hanya kewajiban, tetapi juga jalan untuk meraih ridha Allah.
Sebaliknya, anak yang durhaka kepada orang tua mendapatkan ancaman berat dalam Islam. Kedurhakaan, yang dalam istilah Islam dikenal dengan istilah ‘uquq al-walidain, merupakan dosa besar yang tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa ganjaran. Dalam satu riwayat, Rasulullah menyebutkan bahwa salah satu dosa besar yang bisa mempercepat datangnya azab di dunia adalah kedurhakaan kepada orang tua. Maka, dapat dipastikan bahwa kedurhakaan anak terhadap orang tua adalah pelanggaran serius dalam pandangan Islam.
Penyebab Anak Durhaka dalam Sistem Kapitalis Sekuler
Fenomena anak durhaka tidak muncul begitu saja tanpa sebab. Salah satu penyebab utama yang sering diabaikan adalah pengaruh sistem kapitalis sekuler yang saat ini mendominasi hampir semua aspek kehidupan. Sistem ini menekankan kebebasan individu dan materialisme, sehingga nilai-nilai kebersamaan, penghormatan kepada keluarga, dan hubungan harmonis antara anak dan orang tua sering terpinggirkan.
Sistem kapitalis mendorong masyarakat untuk mengejar kesuksesan duniawi, harta, dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama hidup. Orang tua sering kali sibuk bekerja, mengumpulkan harta demi memenuhi kebutuhan material, sementara anak-anak dibiarkan tumbuh tanpa pengawasan dan pendidikan moral yang memadai. Akibatnya, anak-anak terbiasa hidup dalam lingkungan yang hanya menilai kebahagiaan dari sisi materi, dan mengabaikan nilai-nilai agama serta etika sosial.
Selain itu, pendidikan sekuler yang diadopsi di banyak negara juga memberikan andil besar dalam membentuk mentalitas generasi muda yang kurang menghargai orang tua. Sistem pendidikan saat ini sering kali mengabaikan nilai-nilai agama dan moralitas dalam kurikulum, sehingga anak-anak tumbuh tanpa memiliki pemahaman yang mendalam tentang pentingnya berbakti kepada orang tua. Pendidikan yang terfokus pada aspek intelektual dan prestasi akademik semata, tanpa menekankan akhlak dan karakter, telah melahirkan generasi yang cenderung egois dan tidak peduli pada keluarga.
Solusi dalam Islam
Islam menawarkan solusi komprehensif untuk mengatasi masalah anak durhaka. Pertama, pendidikan agama yang benar harus menjadi fondasi dalam keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai agama sejak dini kepada anak-anak mereka, mengajarkan tentang kewajiban berbakti kepada orang tua, serta mengenalkan mereka pada ajaran-ajaran Islam yang menekankan kasih sayang dan penghormatan kepada keluarga.
Kedua, perubahan sistem harus dilakukan. Sistem kapitalis sekuler yang mementingkan materi harus digantikan dengan sistem Islam yang berlandaskan pada prinsip-prinsip moral dan spiritual. Dalam sistem Islam, keluarga adalah unit sosial yang sangat penting dan harus dijaga keharmonisannya. Negara pun memiliki peran penting dalam menjaga nilai-nilai keluarga melalui kebijakan yang mendukung pendidikan agama, kesejahteraan keluarga, dan mencegah eksploitasi ekonomi yang sering kali merusak hubungan keluarga.
Ketiga, peran masyarakat dalam membangun lingkungan yang mendukung pendidikan moral anak sangat penting. Masyarakat harus saling mendukung dalam menegakkan nilai-nilai Islam, baik dalam keluarga maupun dalam kehidupan sosial.
Dengan kembali kepada ajaran Islam dan menyingkirkan pengaruh sistem kapitalis sekuler yang merusak, kita dapat membentuk generasi yang lebih berbakti kepada orang tua, menghormati keluarga, dan hidup dalam harmoni sesuai tuntunan agama. Pada akhirnya, solusi ini bukan hanya akan menyelesaikan masalah anak durhaka, tetapi juga memperbaiki tatanan sosial secara keseluruhan.
Oleh : Novi Ummu Mafa, S.E., Sahabat Tinta Media