Tinta Media - "150 lebih kaum muslim wilayah Batu Aji dan sekitarnya hadiri acara dialog dan orasi pembebasan Palestina," tutur panitia dialog dan orasi: 75+1 Al-Aqsa Called, di Masjid Jami' Al-Ikhlas, Tanjung Uncang, Batam, Ahad (27/10/2024).
Agenda ini, kata panitia, diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian dan rasa iba kepada saudara-saudara kita yang ada di Palestina. Puluhan tahun mereka dijajah. Bahkan dalam setahun terakhir ini, serangan zionis laknatullah semakin membabi buta. Ironisnya, para pemimpin negeri muslim seolah menutup mata.
Acara yang berlangsung selama tiga jam tersebut mampu mengaduk-aduk perasaan peserta. Mereka yang hadir terdiri dari berbagai macam profesi, mulai dari tokoh masyarakat, alim ulama, mubaligh mubalighah, praktisi pendidikan, praktisi kesehatan hingga masyarakat umum, baik laki-laki maupun perempuan.
Dalam kesempatan tersebut, Ustaz Zulkifli, S.Pd.I, selaku tokoh masyarakat, menyampaikan orasinya mengenai pentingnya peduli terhadap kondisi saudara-saudara kita di Palestina.
Ia menekankan bahwa Palestina butuh tindakan nyata, bukan sekadar bantuan makanan ataupun obat-obatan. "Perlu adanya tindakan nyata, bukan hanya sekadar bantuan obat-obatan dan makanan semata, tapi harus berupaya mengusir penjajah," tegasnya.
Analoginya, imbuhnya, saudara kita di dalam rumah, dirampok, dizalimi bahkan disiksa hingga dibunuh oleh Perampok. Lalu kita hanya mengobati saja kemudian membiarkan si perampok. Maka ini sangat tidak masuk akal.
Ustaz Zul, sapaan akrabnya menyampaikan peran kita untuk Palestina adalah membangun kesadaran umat mengenai pentingnya sebuah institusi yang akan membebaskan penjajahan di Palestina.
"Pentingnya doa, pertolongan buat mereka dalam setiap ibadah dan kesempatan kita. Sembari juga membangun kesadaran pribadi dan berjuang menyadarkan umat tentang pentingnya Institusi yang akan membebaskan mereka yakni khilafah Islamiyyah," bebernya.
Selanjutnya, orator kedua, Ustaz Fuad, aktivis dakwah Batam, menyadarkan kita dengan memberikan perumpamaan.
"Kita semua yang ada di sini. Para suami yang memiliki istri dan anak-anak. Bayangkan! Jika yang terkena bom dan reruntuhan itu adalah istri dan anak-anak kita. Dan sebaliknya. Para istri, coba bayangkan! Jika yang syahid adalah para suami. Bagaimana perasaan kita?" Ucapnya dengan lantang.
Kemudian pembicara terakhir, seorang praktisi pendidikan, Ustaz Ahmad Syahreza, S.Si., menjelaskan permasalahan Palestina yang tak kunjung usai, padahal di wilayah Timur Tengah terdapat 10 negara memiliki kekuatan militer terbesar.
"Apa yang membelenggu kekuatan besar itu? Mengapa masalah ini tidak kunjung selesai?" Ujarnya dengan kalimat retoris.
Kekuatan dan kekuasaan yang ada, imbuhnya, tidak untuk Islam. Kekuatan dan kekuasaan itu terbelenggu oleh cara pandang sekularisme, sekat pemisah kebangsaan dan sistem yang batil.
Ustaz Reza, sapaan akrabnya, menekankan bahwa masalah Palestina tidak akan bisa diselesaikan selama solusinya tidak islami yakni solusi semu dan palsu.
"Masalah ini tidak akan pernah bisa diselesaikan selama solusinya tidak islami, semu dan palsu," tegasnya.
Oleh karena itu, sambungnya kembali, solusi bagi penjajahan di Palestina adalah membuang sekat-sekat kebangsaan, campakkan sekat-sekat nasionalisme!
Terakhir, ia menegaskan bahwa solusi islami dan hakiki atas penjajahan di Palestina adalah dengan jihad dan khilafah.
"Jihad dan khilafah adalah solusi yang islami yang akan menyelesaikan akar persoalan yang terjadi di Palestina," pungkasnya.[] Nur Salamah