Tinta Media - Kekerasan di lingkungan pendidikan menjadi isu serius yang semakin mendapat perhatian, terutama setelah beberapa kasus tragis yang melibatkan guru dan siswa. Dalam konteks ini, penting untuk menelusuri peran guru sebagai pendidik dan pembimbing serta tantangan yang mereka hadapi, terutama dalam rangka memperingati Hari Guru Dunia yang jatuh pada 5 Oktober dengan tema "Valuing Teacher Voices: Towards a New Social Contract for Education".
Tema Hari Guru tahun ini menekankan pentingnya suara guru dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang efektif. Iman Zanatul Haeri, seorang guru dan Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), menyatakan bahwa guru harus menjadi sentral moral dan etika bagi siswa. Suara guru sangat diperlukan untuk memanfaatkan potensi terbaik setiap anak didik, sehingga kebijakan pendidikan yang diambil dapat mencerminkan realitas di lapangan. Ketika guru terlibat dalam tindakan kekerasan, seperti yang terjadi dalam beberapa kasus tragis, hal ini menciptakan krisis kepercayaan dan memperburuk kondisi pendidikan.
Kasus Kekerasan di Sekolah
Belakangan ini, beberapa insiden kekerasan yang melibatkan guru telah mengungkapkan adanya masalah serius dalam sistem pendidikan. Kasus-kasus seperti siswa yang meninggal akibat hukuman fisik menunjukkan bahwa pemahaman dan penerapan disiplin dalam pendidikan masih sangat rendah. Hal ini tidak hanya merugikan siswa, tetapi juga menciptakan atmosfer yang tidak aman di sekolah. Ketika guru menjadi pelaku kekerasan, hal ini bertentangan dengan peran mereka sebagai pendidik yang seharusnya memberikan bimbingan moral dan etika.
Tantangan yang Dihadapi Guru di Indonesia
Di tengah tantangan ini, guru di Indonesia juga menghadapi berbagai masalah. Di antaranya adalah gaji yang tidak menyejahterakan bahkan jauh dari kata cukup. Kurikulum yang terus berubah seiring dengan berubahnya menteri pendidikan juga menjadi tantangan. Belum sampai seorang guru memahami kurikulum tersebut dengan baik, kurikulum sudah diganti. Ketika di tataran para pendidiknya saja masih kebingungan, bagaimana dengan anak didiknya? Tugas administratif yang harus dikerjakan oleh seorang guru juga menambahkan deretan persoalan. Tantangan ini dapat berkontribusi pada stres dan tekanan yang dialami guru. Sehingga pada gilirannya dapat menyebabkan mereka mengambil tindakan kekerasan terhadap siswa. Ini menunjukkan bahwa ketika guru merasa tidak dihargai dan tidak didukung, dampak negatifnya dapat merembet ke siswa.
Kekerasan di sekolah, baik fisik maupun psikologis, menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus. Iman menekankan pentingnya pemahaman guru dan siswa tentang berbagai bentuk kekerasan, yang sering kali dianggap sepele atau tidak terdeteksi. Ini menunjukkan bahwa pelatihan dan edukasi mengenai kekerasan di lingkungan pendidikan perlu ditingkatkan.
Pandangan Islam dalam Pendidikan
Islam memandang bahwa kurikulum pendidikan itu harus berlandaskan pada akidah Islam. Sehingga mata pelajaran serta metodologi penyampaian pelajaran seluruhnya disusun tanpa adanya penyimpangan sedikit pun dalam pendidikan dari asas tersebut.
Dalam konteks pendidikan Islam, peran guru sangat dihormati dan dimuliakan. Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan, tetapi juga membentuk kepribadian siswa. Guru diharapkan memiliki akhlak dan kualifikasi yang tinggi, sehingga mereka dapat menjadi teladan yang baik. Dengan adanya penghargaan yang layak untuk guru, baik secara finansial maupun emosional, diharapkan mereka dapat lebih fokus pada pengembangan siswa tanpa terganggu oleh masalah pribadi.
Maka perlu ada sistem yang dapat mendukung agar peran mereka dapat berjalan secara optimal. Artinya menjadi tanggung jawab negara untuk memberikan gaji yang layak. Menetap kurikulum pendidikan yang jelas dan terarah. Serta memikirkan bagaimana agar semua guru memiliki kualifikasi yang sama. Memberikan sarana dan prasarana yang dapat menunjang sistem pendidikan tersebut.
Menghargai dan Memuliakan Guru
Pentingnya menghargai suara guru tidak hanya menjadi tema peringatan Hari Guru, tetapi juga menjadi kunci untuk mengatasi masalah kekerasan di sekolah. Ketika guru merasa dihargai dan mendapatkan dukungan yang memadai, mereka cenderung lebih mampu mendidik siswa dengan cara yang humanis dan edukatif. Ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya tindakan kekerasan, karena guru yang sejahtera secara finansial dan emosional memiliki kapasitas yang lebih baik untuk mendidik.
Memutus lingkaran kekerasan di sekolah adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan tentu saja, guru itu sendiri. Suara guru perlu didengar dan dihargai dalam merumuskan kebijakan pendidikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan produktif. Ini bukan hanya tentang mengurangi kekerasan, tetapi juga tentang menciptakan ruang di mana setiap siswa dapat belajar dan berkembang tanpa rasa takut. Hanya dengan demikian, pendidikan dapat kembali menjadi fondasi bagi masa depan yang lebih baik.
Oleh: Asrofah, Pemerhati Remaja