Pengamat: Harus Ada Keberanian untuk Melakukan Perubahan Mendasar dan Fundamental - Tinta Media

Kamis, 24 Oktober 2024

Pengamat: Harus Ada Keberanian untuk Melakukan Perubahan Mendasar dan Fundamental

Tinta Media - Pengamat Politik Islam Dr. Riyan, M.Ag. menilai harus ada keberanian untuk melakukan perubahan yang mendasar dan fundamental.

"Menyadari akar dari berbagai kerusakan (fasad) di negeri ini, karena diterapkan sistem sekuler-kapitalisme-demokrasi, sehingga harus ada keberanian untuk melakukan perubahan yang mendasar dan fundamental," tuturnya kepada Tinta Media, Selasa (22/10/2024).

Jelas Riyan, tidak sekadar perubahan yang tambal sulam dan pergantian orang semata. Sehingga rezim baru harus berani melakukan hard-breakthrough (terobosan yang fundamental). "Terobosan ini meliputi banyak hal,"  ungkapnya.

Pertama, mengubah dasar tata kelola pemerintahan dengan dilandaskan kepada Aqidah Islamiyah. "Sehingga seluruh konstitusi dan perundang-undangannya harus sejalan dengan syariah Islam," tuturnya.

Kedua, mengganti APBN yang kapitalistik menjadi APBN syariah. Ditandai secara moneter dengan mengganti mata uang kertas ke mata uang dinar (emas) dan dirham (perak).

Menurut Riyan, secara fiskal tidak lagi membebani rakyat dengan pajak tapi dengan pengelolaan kepemilikan umum (diantaranya tambang) oleh negara dan dikembalikan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat. "Riba dihapuskan dan tidak lagi menarik hutang berbasis riba lagi," tandasnya.

Ketiga, lanjut Riyan, melakukan penataan ulang skala prioritas pembangunan dengan membatalkan IKN, tidak membayar bunga hutang, pemberantasan korupsi dan penghapusan  judol dan pinjol.

Keempat, membuka seluas-luasnya pintu amar maruf nahi munkar, sehingga kritik dan koreksi terhadap penguasa oleh masyarakat tidak dianggap sesuatu yang tabu atau dianggap hal yang kriminal, "tidak ada lagi tindakan kriminalisasi, terutama ke rakyat, aktivis, tokoh bahkan ulama yang ikhlas," tuturnya.

Riyan menuturkan harapannya terhadap rezim baru yaitu menjadi pemimpin yang amanah dengan jabatan, sebagaimana sabda Rasulullah, "Jabatan bisa membuat seseorang terhina dan menyesal di akhirat, karena dia tidak mengembannya dengan amanah sesuai ketentuan Islam".

Lanjut Riyan, dalam memimpin harus meneladani Rasulullah Muhammad saw. sebagai uswah hasanah, dalam semua aspek termasuk kepemimpinan.

Kepemimpinan yang dilaksanakan Rasulullah, merupakan sebaik-baiknya kepemimpinan yang menghasilkan kesuksesan serta keberkahan dunia dan akhirat, memberikan rahmat kepada semesta alam.

"Ini pula yang dilaksanakan para sahabat mulia, yang menjadi khalifah menggantikan estafet kepemimpinan Islam," pungkasnya.[] Novita Ratnasari

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :