Tinta Media - Mencintai tanah kelahiran adalah naluri yang ada pada diri setiap insan. Jika negerinya diserang, pasti akan melawan dan membela negerinya. Begitu pula akan merasa bangga, saat negerinya mampu menjadi juara dalam ajang kompetisi internasional. Tapi, sangat berbeda dengan nasionalisme yang merupakan ideologi yang menjadikan cinta tanah air dan bangsanya di atas segala-galanya. Bahkan sering dijadikan alasan untuk tidak menerapkan Islam secara kaffah, dan berani melanggar aturan-Nya dengan alasan nasionalisme.
Sering dalam kehidupan sehari-hari, sering terjadi menghalalkan sesuatu yang haram dengan dalih nasionalisme. Sebagai contoh dalam jalan sehat perayaan kemerdekaan RI ada unsur judi dengan memperjual belikan kupon dengan iming-iming hadiah. Mereka tidak peduli dan tetap melanggar syariat-Nya dengan alasan nasionalisme, NKRI harga mati. .
Tidak jarang budaya lokal yang tidak sesuai ajaran Islam dijunjung tinggi dan dipertahankan dengan alasan nasionalisme. Busana daerah yang tidak menutup aurat dipertahankan sebagai bentuk kebhinekaan karena nasionalisme.
Yang pasti ideologi nasionalisme akan menghalang-halangi diterapkannya Islam secara kaffah. Bukankah Rasulullah juga sangat mencintai tempat kelahirannya, Mekah, namun beliau rela hijrah ke Madinah karena di Mekkah tidak lagi kondusif untuk dakwah Islam. Saat permusuhan dan kebencian masyarakat Mekkah begitu besar, beliau memutuskan untuk mengajak para sahabat hijrah ke Madinah. Dan peristiwa itu diperingati dalam tahun baru Islam sebagai tonggak berdirinya negara Islam, yang bisa menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan.
Nasionalisme adalah ideologi, ajaran sesat dan menyesatkan yang harus ditinggalkan sebagai bentuk keimanan kita pada Allah SWT. dan rasul-Nya. Harusnya dalam menyikapi sesuai seorang Muslim selalu mengaitkan dengan ajaran yang lurus dan mulia, bukan ajaran nasionalisme demokrasi yang sesat dan menyesatkan. Saat dihadapkan pada satu masalah atau memutuskan apa yang terbaik, benar atau salah harusnya Islam yang dijadikan landasan berpikir, bukan nasionalisme.
Harusnya kita mencontoh Rasulullah dan para sahabat untuk hijrah dari sistem kufur menuju sistem Islam yang menjamin diterapkan Islam secara kaffah serta mewujudkan kehidupan Islami dengan penduduk beriman dan bertakwa agar pintu berkah dari langit dan bumi terbuka, bukan azab yang pedih karena banyak ayat-ayat didustakan seperti yang terjadi saat ini.
Oleh: Mochamad Efendi, Sahabat Tinta Media