Ķ
Tinta Media - Berbagai macam sumber daya alam di Indonesia sangat memungkinkan untuk menyejahterakan seluruh rakyat jika pengelolaannya dilakukan dengan cara yang benar. Namun, ibarat kampung kumuh di atas gunung emas, rakyat justru hidup dalam kesengsaraan. Nyatanya, di negeri ini tak ada satu pun sumber daya alam yang pengelolaannya diperuntukkan kepada rakyat. Semuanya dikomersialisasi sesuai.
Inilah alasan mengapa negeri yang subur dan kaya ini malah menjadi tempat kumuh dengan taburan problema kehidupan yang senantiasa menghiasi perjalan siklus kehidupan.
Entah sampai kapan negeri ini menjadi buruh di rumah sendiri. Tak paham atau tutup mata, tutup telinga atas apa yang diketahui, bukannya mendongkrak pemahaman rakyat agar layak menjadi pengelola sumber daya yang ada, penguasa malah membuka lahan bagi para investor untuk menanamkan modal sehingga berujung pada penggadaian dan pengalihan kepemilikan.
Kegagalan negara dalam memetakan kekayaan alam berdampak pada munculnya berbagai macam bencana, seperti terjadinya longsor di lokasi penambangan. Bisa jadi, hal itu memakan korban jiwa, atau hilangnya kemanfaatan sumber daya alam karena ditambang oleh oknum tertentu tanpa batas. Hal ini menunjukkan adanya keruwetan dalam pengelolaan negara.
Dikutip dari media CNBC, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan Biro Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Korwas PPNS) Bareskrim Polri berhasil mengungkap aktivitas penambangan emas ilegal di Ketapang, Kalimantan Barat. Penambangan ini dilakukan oleh sekelompok warga negara asing (WNA) asal Cina. Mereka menggali lubang sepanjang 1.648,3 meter di bawah tanah.
Penyebutan kata illegal pada suatu agenda besar ibarat cuci tangan pemerintah atas persoalan pengurusan SDA yang tepat. Padahal, kasus seperti tambang ilegal merupakan hal yang berulang. Ini menunjukkan bahwa hukum di negeri yang katanya damai ini merupakan ilusi, hanya permainan dari orang-orang yang berkepentingan.
Sebuah kebohongan jika dikatakan bahwa negara tidak tahu seberapa besar potensi kekayaan alam di negeri ini. Seharusnya negara memiliki bigdata kekayaan/ potensi alam. Negara juga harus memiliki kedaulatan dalam mengelolanya.
Maka dari itu, negara bukan hanya wadah manusia berkumpul untuk saling mendominasi, tetapi di dalamnya harus diletakkan aturan yang tidak hanya mengurusi masalah kenegaraan, tetapi juga persoalan rakyat yang berada di bawah naungannya.
Sudah menjadi keharusan bahwasanya negara memiliki kewaspadaan tinggi atas pihak asing ataupun pihak lain yang berniat merugikan negara. Negara juga harus memiliki pengaturan atas tambang, baik besar maupun kecil sesuai dengan standarisasi yang benar dan jelas.
Gambaran kehidupan sekarang memang jauh dari harapan karena dibimbing oleh ideologi kapitalis dengan asas manfaat. Ini berbanding terbalik dengan Islam ketika diterapkan. Islam bukan hanya sebuah agama yang mengatur tentang ibadah, tetapi juga terkait muamalah dan sanksi. Salah satunya adalah berkaitan dengan tata cara pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan standar Islam.
Masyarakat Islam berserikat dalam tiga hal, yaitu padang rumput, air, dan api. Ketiga hal tersebut cukup mencakup segala hal yang bisa menjadi penunjang kehidupan negara dan rakyat. Sehingga, melakukan pengrusakan terhadap ketiga hal tersebut merupakan bentuk kezaliman, sehingga harus diberi sanksi.
Kesadaran negara atas potensi kekayaan alam mengharuskan pengaturannya sesuai degan ketentuan Allah, selaras dengan keberadaan kekayaan alam itu sendiri, apakah dikelola individu atau negara, sehingga rakyat mendapatkan manfaat yang optimal dan mampu menyejahterakan rakyat. Tiga pilar tegaknya aturan akan menjamin pengelolaan yang baik dan tanggung jawab ataas berbagai hal terkait, seperti jaminan keselamatan dan sebagainya.
Hal ini takkan mampu dirasakan selama kita masih bergelut dengan sistem kapitalisme. Sistem ini terbukti semakin menjauhkan kita dari solusi mendasar, menjadikan kita tamak dan rakus dengan berbagai hal dalam kehidupan.
Padahal, Islam sudah menggambarkan dengan jelas bahwa manusia sudah ditentukan potensi dasarnya, serta cara menyalurkan agar sejalan dengan Islam. Dari bangun tidur hingga mengelola negara, Islam mempunyai cara. Maka, apa yang diragukan darinya sedangkan Allah sendiri yang menjamin kebenaran Islam? Wallahua'lam.
Oleh: Erna Nuri Widiastuti S.Pd
Sahabat Tinta Media