Harapan Umat terhadap Rezim Baru, antara Optimis dan Pesimis - Tinta Media

Minggu, 27 Oktober 2024

Harapan Umat terhadap Rezim Baru, antara Optimis dan Pesimis

Tinta Media - Pengamat Politik Dr. Suswanta, M.Si. menyebutkan bahwa harapan umat antara optimis dan pesimis terhadap rezim baru. "Harapan umat terhadap rezim baru dapat dibedakan menjadi dua, optimis dan pesimis," tuturnya kepada Tinta Media, Jumat (25/10/2024).

Menurutnya, umat optimis karena berharap bahwa Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi dan politik yang disegani secara internasional. Indonesia sekarang dipimpin oleh presiden yang tegas, berkompeten dan serius memberantas korupsi.  "Pembangunan infrastruktur jalan tol secara masif, KA cepat dan IKN telah membuat Indonesia sejajar dengan negara maju," ujarnya.

Namun, lanjutnya, ada pesimisme umat bahwa rezim baru hanya bagian kecil dari puzzle sistem kapitalis sekuler. Rezim baru tidak bisa lepas dari cengkeraman para bohir dan bandar, baik dari dalam atau luar negeri yang turut memenangkannya dalam pilpres.

"Rezim baru tetap akan menjadi pelayan pemilik modal, kebijakan yang dibuat tetap akan merugikan rakyat dan menguntungkan pemilik modal, karena sumber daya alam yang melimpah telah dikuasai asing atau aseng," tukasnya.

Ia menilai pesimisme terhadap rezim baru lebih sesuai dengan fakta yang ada. Temuan Clifford Geertz bahwa Indonesia adalah negara teater (panggung sandiwara) yang pejabatnya pamer seremonial megah, memproduksi simbol kemewahan tanpa membawa manfaat untuk rakyat menemukan buktinya. "Akan tetapi anehnya, rakyat suka cita dengan kepalsuan tersebut, padahal hanya dijadikan penonton dan obyek eksploitasi semata," bebernya.

Ia mengungkapkan bahwa rezim baru ini mewarisi hutang luar negeri, kriminalisasi ulama dan aktivis, proyek IKN yang diperkirakan mangkrak. Maka cara rezim baru ini menyelesaikan problem tersebut tentu dengan mengambil kebijakan yang sesuai dengan prinsip-prinsip kapitalis sekuler.

"Sebagai contoh SMI atau Sri Mulyani Indrawati sebagai menteri keuangan akan mengambil kebijakan peningkatan nilai APBN melalui peningkatan pajak dan utang luar negeri. Mengingat rezim baru hanyalah puzzle dari sistem kapitalis sekuler," terangnya.

Ia juga menyatakan bahwa yang harus dilakukan rezim baru agar Indonesia menjadi lebih baik itu dengan menerapkan sistem ekonomi Islam. Mengingat negeri ini adalah negeri muslim yang besar. Sistem ekonomi Islam menjadikan kesejahteraan individu rakyat sebagai indikator keberhasilan ekonomi, mengakui kepemilikan individu, umum dan negara.

"Tidak menjadikan pajak dan utang sebagai sumber pendapatan. Tetapi pengelolaan sumber daya alam yang melimpah secara profesional oleh pejabat yang amanah untuk kemakmuran rakyat," pungkasnya.[] Ajira

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :