Tinta Media - Awal bulan Oktober lalu, ramai hastag desperate atau putus asa, yang dipakai oleh akun-akun Gen Z di platform LinkedIn. Hastag putus asa ini menyertai profil akun bertuliskan "open to work", menandakan seseorang sedang free dan butuh pekerjaan.
Angka pengangguran Gen Z memang tinggi. Diperkirakan, ada 9,9 juta Gen Z dalam kondisi NEET (No Education Employment and Training). Padahal, 2045 nanti Indonesia mencanangkan diri menjadi Indonesia emas, mencapai kemajuan ekonomi yang tinggi. Apa jadinya bila generasi di usia 15-24 tahun memiliki masa depan yang buram?
Pemerintah menilai bahwa tingginya pengangguran Gen Z karena skill mereka tidak memenuhi kebutuhan industri. Karena itu, beberapa program dicanangkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah ini, mulai dari mengadakan pelatihan vokasional hingga pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Akan tetapi, tetap saja, beberapa ahli berpendapat bahwa solusi yang diberikan pemerintah tidak menyentuh akar masalah.
Akar Masalah Pengangguran
Masalah pengangguran Gen Z yang tinggi disebabkan dua hal, yaitu skill sumber daya manusia dan ketersediaan lapangan pekerjaan. Keduanya butuh solusi yang tepat dan mendasar.
Skill atau kemampuan Gen Z tidak lepas dari pendidikan yang mereka dapatkan. Jangan salahkan bila mereka kurang mampu atau lemah mentalnya, serta tidak cerdas secara intelektual dan emosional. Ini karena kedua hal tersebut harusnya mereka dapat dari pendidikan. Masalahnya, negeri ini masih mempertahankan pendidikan sekuler. Anak-anak dicetak sesuai arahan penjajah kapitalis. Tak ada standar kualitas yang menjadi visi misi pendidikan.
Ketersediaan lapangan pekerjaan disebabkan karena negeri ini menjalankan sistem ekonomi kapitalis. Tak ada ruang bagi rakyat, tetapi peluang besar para kapitalis. Sumber daya alam dikuasai para kapitalis, sementara rakyat harus bersabar berbagi sisa-sisa kekayaan negeri ini.
Gen Z bukanlah pemalas. Namun, buruknya ekonomi menjadikan mereka "terpaksa" menganggur. Buktinya adalah tingginya angka pekerja honorer di beberapa instansi, tetapi mereka tidak bisa diangkat menjadi pegawai negeri, karena keterbatasan APBN juga APBD.
Solusi Islam untuk Mengatasi Pengangguran Gen Z
Solusi untuk pengangguran ini adalah dengan sistem pendidikan yang berkualitas. Ini sudah dijalankan oleh sistem Islam sejak masa Rasulullah di Madinah. Kewajiban menuntut ilmu di segala bidang direalisasikan dalam kebijakan negara oleh Rasulullah.
Para Khalifah melanjutkan apa yang telah dicontohkan Rasulullah saw. Kurikulum dan fasilitas disiapkan negara agar generasi Islam menjadi generasi yang tangguh, bermanfaat bagi umat manusia, dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Tercatat dalam sejarah bagaimana Khalifah Harun al Rasyid memberikan fasilitas yang optimal dalam pendidikan. Tak heran jika para ulama di masa itu tidak hanya ahli dalam ilmu agama, tetapi juga dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengangguran Gen Z bisa diselesaikan secara tuntas hanya dengan penerapan syariah kaffah di seluruh dunia. Hal inu karena masalah tersebut bukan hanya menimpa negeri ini, tetapi juga negara lain, bahkan negara-negara maju di dunia.
Oleh: Khamsiyatil Fajriyah
Sahabat Tinta Media