Fenomena FOMO Gen Z dalam Sistem Kapitalisme - Tinta Media

Kamis, 31 Oktober 2024

Fenomena FOMO Gen Z dalam Sistem Kapitalisme

Tinta Media - Gen Z kembali dipenuhi dengan fenomena baru, yakni Fear of Missing Out (FOMO). Fenomena ini mengharuskan Gen  Z bersifat materialistik. Jika tidak ikut tren, maka dianggap tidak keren. Tak heran, banyak Gen Z yang sengaja menjerumuskan dirinya ke dalam hal tersebut.

Dikutip dari kompas.com, Public & Government Relation Manager 360Kredi, Habriyanto Rosyidi S mengatakan bahwa  dominasi anak muda yang kini memuncaki populasi membawa dampak positif bagi dunia kerja. Namun di sisi lain, gaya hidup anak muda yang cenderung merasa takut tertinggal atau fear of missing out (FOMO) menjadi tantangan tersendiri, khususnya bagi kesehatan finansial.

Harbiyanto juga menerangkan bahwa gaya hidup FOMO, YOLO (you only live once) dan FOPO (fear of other people’s opinion) menjadi salah satu faktor bagi permasalahan finansial anak muda saat ini jika tidak dapat dikelola dengan baik dan bijak. Sebab, hal tersebut menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan ketergantungan terhadap utang yang tidak produktif. (Jumat, 11/10/2024).

Dari berita di atas telas jelas bahwa FOMO telah menjadi salah satu tren signifikan di kalangan generasi Z. FOMO mencerminkan dampak besar atas interaksi berbasis teknologi, yaitu dampak terhadap psikologi individu dan perilaku komunikasi, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.

Satu satunya alasan yang menyebabkan generasi Z bermental materialistik adalah karena diterapkannya sistem sekuler kapitalis. Sistem ini mengajarkan bahwa hakikat kebahagiaan adalah dengan memiliki materi dan kekuasaan sebanyak-banyaknya. Sistem ini juga memberikan kebebasan pada setiap individu manusia. Maka, terlahirlah individu yang bersifat hedonisme dan konsumerisme.

Di sisi lain, Indonesia menjadikan sistem kapitalisme sebagai kiblat peradaban. Hal ini menjadikan Indonesia harus menciptakan regulasi yang menyesuaikan eksistensi sistem tersebut. Salah satunya adalah dengan menjerumuskan Gen Z pada lingkaran materialistik melalu sosial media. Alhasil, terciptalah gaya hidup generasi yang FOMO. 

Karena faktor-faktor inilah, terjadi pengabaian potensi Gen Z untuk berprestasi dan berkarya lebih baik. Selain itu, potensi mereka sebagai agen perubahan menuju kebaikan juga terhalagi. Dengan kata lain, Gen Z memiliki pengaruh yang kuat dalam merancang masa depan yang cemerlang.

Sebagaimana dalam Islam, pemuda dipandang memiliki potensi luar biasa. Pemuda juga dianggap memiliki kekuatan yang dibutuhkan umat. Terlebih dalam ranah perubahan, Gen Z dipercaya sebagai agen perubahan menuju kebangkitan Islam.

Dengan potensi yang dimiliki Gen Z, Islam akan mengasah dan melejitkan potensi tersebut dengan sistem terbaik, yakni dengan sistem pendidikan Islam, yang mengarahkan hidup seseorang sesuai dengan tujuan penciptaan, serta mempersembahkan karya terbaik untuk umat dan Islam. 

Di sisi lai,n tak hanya melejitkan potensi, Islam juga menanamkan syaksiyah islamiyah (kepribadian Islam) pada setiap individu generasi. Islam juga memahamkan kepada mereka hakikat kehidupan di dunia, yaitu meraih rida Allah semata. Sehingga, tidak mungkin ada individu yang FOMO seperti generasi saat ini.

Maka, potensi pemuda seperti inilah yang dibutuhkan untuk membangun kembali peradaban gemilang yang pernah dicapai umat Islam pada masa lalu dalam naungan Khilafah Islamiah. Wallahutaalaa'lamubisshawwab.



Oleh: Shofiyah Hilyah
Sahabat Tinta Media

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :