Tinta Media - Saat ini fenomena gaya hidup telah menjadi suatu hal yang dijadikan tujuan dalam aktivitas kehidupan. Terkhusus pada kaum muda-mudi dari berbagai generasi yang tidak luput dalam jebakan arus gaya hidup materialistik.
Gaya hidup sudah menjadi hal yang wajib untuk di-upgrade pada setiap perubahan dan perkembangan masa saat ini. Maka hal ini menjadikan segelintir kaum muda-mudi berlomba-lomba dalam meng-upgrade gaya hidupnya sesuai dengan perubahan yang kian signifikan.
Dilansir dari KOMPAS.com, FOMO atau fear of missing out adalah gejala sosial yang timbul ketika seseorang tidak ingin ketinggalan dan tidak mau sendirian. Seseorang dapat bersikap FOMO karena pengaruh dari internet dan media sosial. Membuatnya ingin mendapatkan pengalaman yang dimiliki orang lain.
Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) ini telah menjadi salah satu tren signifikan di kalangan generasi Z. Dengan kehadiran teknologi digital, terutama media sosial, kecenderungan untuk merasa tertinggal atau tidak terlibat dalam kegiatan yang dianggap penting menjadi semakin nyata. Dari perspektif komunikasi, FOMO mencerminkan dampak yang besar dari interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.
Bukan tidak baik mengikuti perubahan zaman. Justru hal ini bisa menjadi perhatian penting. Namun perlu diketahui ada batasan yang harus diperhatikan untuk mengikuti semua perkembangan yang terjadi saat ini. Bagi kalangan ekonomi menengah ke atas bahwa hal menuruti gaya hidup terlihat mampu untuk dipenuhi. Tetapi tuntunan gaya hidup saat ini menimbulkan tekanan bagi semua kalangan bahkan tidak pandang bulu. Semua kalangan tergiur untuk memenuhi gaya hidup hedonisme ini.
Banyak kalangan yang masih tidak paham akan sisi gelap hedonisme. Sehingga hedonisme dianggap bersifat wajar bahkan menimbulkan kebahagiaan bagi yang mampu memenuhinya. Terkadang sampai rela dan nekad melakukan appaun demi memenuhi arus gaya hidup yang sesuai tren itu tadi.
Satu hal yang mesti kita perhatikan adalah penyebab timbulnya gaya hidup hedonisme karena perkembangan zaman yang kian menuntut harus terpenuhi. Mungkin pada setiap orang akan berbeda dalam menghadapi situasi. Namun bukankah pada sebagian lain tidak dapat mengontrol kondisi yang ada sehingga menuntut untuk memenuhi gaya hidup.
Pada faktanya, tekanan gaya hidup saat ini berhasil membuat kalangan kaum muda rela melakukan hal apapun demi memenuhi gaya hidup. Pertanyaannya, lantas apakah kita merasa kebahagiaan hakiki berhasil didapatkan seusai gaya hidup terpenuhi ? Bukankah menuruti gaya hidup akan tidak ada habisnya untuk menuntut agar terpenuhi ?
Sebagai kaum muda, hendaknya kita harus membuka mindset yang lurus benar berkepanjangan. Untuk memikirkan bahwa tidak semua gaya hidup harus segera dipenuhi. Perlu untuk dilihat dan teliti apakah ada manfaat positif yang didapatkan. Apakah itu justru memberikan dampak negatif yang menimbulkan timbulnya ambisi berlebihan hingga menambah tingkat stres atau bahkan overthinking dan merasa insecure bila tak segera memenuhi arus gaya hidup tersebut.
Terkadang, gaya hidup muncul akibat arus budaya luar negeri yang terbiasa hidup have fun dan bebas, kini masuk ke lini dalam negeri yang awalnya tidak mengenal budaya have fun dan bebas. Alih-alih katanya perubahan buat jadi yang lebih baik. Tetapi gaya hidup membuat segelintir kalangan bisa tersesat dalam menjalani kehidupannya.
Bahkan tak jarang kebanyakan kalangan muslim saja terlupa akan ke mana seharusnya harta dibelanjakan. Melupakan perihal wajib untuk dipenuhi demi hawa nafsu duniawi.
Tampak nyata bahwa keberhasilan sistem kapitalisme yang menyesatkan umat dalam menjalani kehidupan dengan gaya hidup ala Baratnya. Tapi kita tidak sadar akan bahaya persepsi gaya hidup lebih penting untuk dipenuhi, padahal ini adalah suatu kerusakan yang menimpa kehidupan kita. Menjadikan kita sebagai umat tidak fokus akan tujuan-tujuan hidup kita serta tujuan penciptaan kita di dunia. Pada akhirnya kita tersibukkan untuk meraih hal-hal fana yang membuat kita makin jauh dari keberkahan rezeki Allah.
Berbeda halnya dengan gaya hidup sesuai aturan Islam yang tidak berlebihan seperti hedonisme. Dalam kehidupan aturan Islam semua benar-benar teratur sesuai pada koridornya. Setiap orang tidak akan tergila-gila pada kesenangan sesaat. Sebab tolak ukur setiap perbuatannya ialah terikat pada hukum syara. Dan syara itu datang nya dari Allah. Jika ditemukan suatu tren terkini tidak bermanfaat serta mendatangkan mudharat, maka Islam dengan tegas melarangnya. Dengan adanya ketaatan serta kesadaran iman dalam di umat, ia tak akan melakukannya. Apalagi syariat melarangnya.
Sistem kehidupan Islam adalah suatu aturan yang sempurna dan paripurna bagi seluruh alam tanpa terkecuali. Namun saat sekarang tidak banyak yang tahu bahwa ada suatu sistem yang akan berhasil membuat rakyatnya sejahtera sebab semakin terasa efek dari sekularisme ( pemisahan agama dari kehidupan) di tengah-tengah umat. Maka ini lah waktunya bagi kita untuk mendakwahkan Islam Kaffah agar umat terselamatkan dari ngerinya arus pemikiran sesat ala kapitalisme dan kufur.
Wallahu a'lam bisshhowwab.
Oleh : Marsya Hafidzah Z., Mahasiswi Kebidanan