Toleransi Kebablasan Gambaran Tergelincirnya Akidah - Tinta Media

Kamis, 26 September 2024

Toleransi Kebablasan Gambaran Tergelincirnya Akidah

 

Tinta Media - Indonesia memiliki keanekaragaman suku, golongan, ras, agama, dan budaya. Keragaman ini menjadi ciri khas negeri, dengan keunikan yang dimiliki maka, sikap saling menghargai dan menghormati tidak terlepas dari culture masyarakat. Toleransi menjadi perbincangan yang terus digemborkan akhir-akhir ini, menurut W.J.S. Poerwadarminta toleransi merupakan Sebuah sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan lain sebagainya yang berbeda dengan pendiriannya sendiri.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia ramai diperbincangkan baik dari segi penampilan beliau yang sederhana terlihat dari sepatu yang digunakan, kendaraan yang beliau pilih untuk mengantarkannya, beliau sosok ramah dan bersahaja terlihat saat bercengkerama dengan warga hingga sosok beliau yang taat dengan ajaran agamanya. Beliau seorang paus sekaligus kepala negara di negara Vatikan.

Terlepas dari pemaparan di atas, ada hal menarik yang sangat sayang dilewatkan yaitu berkunjungnya Paus Fransiskus ke masjid Istiqlal Jakarta. Terlihat bagaimana sikap dari Imam besar Masjid Istiqlal memperlakukan seorang non muslim. Sangat ramah sampai menjabat tangan dan menciumnya, begitu pula orang nomor 1 di negeri kita melakukan hal serupa. Memang jika kita melihat dengan kedua mata dan tidak meresapinya dalam-dalam hal ini terlihat amat indah dan sejuk di pandang mata melihat bagaimana seorang tokoh masyarakat menghormati dan menghargai non muslim atas dalih toleransi.

Apa jadinya jika sikap ini disalah artikan oleh kaum muslimin yang memfotokopi perlakuan imam besar dan orang nomor 1 di negeri kita tanpa mencari tahu terlebih dahulu apakah diperbolehkan dalam syariat untuk berlemah lembut kepada non muslim. Toleransi yang dipertontonkan kepada kaum muslimin dihias dengan begitu cantik dan lembut hingga yang melihat terhipnotis oleh ketenteramannya. Boleh jadi dibalik toleransi yang beredar menjadi bentuk toleransi kebablasan hingga sedikit banyaknya mempengaruhi akidah kaum muslimin. Memang tidak serta merta mengubah namun, laksana batu yang terus ditetesi air hujan lambat laun akan berlubang dan rapuh. Begitu pula dengan akidah   kaum muslimin hanya butuh waktu saja maka akidah pelan-pelan akan tergelincir.

Apabila kita merujuk pada definisi toleransi menurut W.J.S. Poerwadarminta yang mengatakan toleransi berupa sikap menghargai, membiarkan, dan membolehkan. Namun, toleransi saat ini mengarah ke Tasyabbuh mengikuti hal-hal yang dilakukan orang kafir dengan dalih toleransi. Kita kembali mengintip sejarah Islam, bagaimana Islam menjunjung tinggi toleransi. Saat Islam menguasai sepertiga dunia tidak ada yang tidak kenal dengan Daulah Islam. Dari segi keilmuan, peraturan, kesejahteraan, kekuatan militer bahkan hal-hal kecil seperti akhlak dan toleransi dalam Islam juga sangat dipandang baik.

Daulah Islam dalam memperluas wilayahnya dengan metode futuhat dengan tujuan menyampaikan dakwah Islam kepada orang-orang non muslim tanpa ada paksaan dan intimidasi sedikit pun dari kaum muslimin. Wilayah yang didatangi utusan-utusan khalifah untuk memfutuhat dan menyampaikan dakwah Islam tidak dengan kekerasan, menyampaikan Islam dengan ihasan dan ahsan menawarkan kepada non muslim untuk ikut ajaran Islam. Jika non muslim enggan dan menolak maka mereka ditawarkan untuk hidup di bawah naungan Daulah Islam mendapat perlindungan dan hak yang sama dengan kaum muslimin dengan syarat membayar jizyah.

Mereka yang tinggal dan tunduk di bawah naungan Islam diberikan kebebasan untuk menjalankan aktivitas keagamaan mereka tanpa kaum muslimin mengganggu atau pun mengikutinya. Mereka diberikan wilayah khusus di dalam wilayah Islam untuk membangun tempat peribadatan mereka dan melakukan segala jenis aktivitasnya. Namun mereka juga dipersilakan untuk beraktivitas di tengah-tengah lingkungan kaum muslimin dengan ketentuan untuk para perempuan non muslim berpakaian layaknya pakaian seorang Muslimah untuk menutup aurat mereka sehingga tidak menimbulkan syahwat dan fitnah ketika beraktivitas ditengah-tengah lingkungan kaum muslimin.

Begitulah sedikit gambaran bentuk toleransi kaum muslimin yang telah dipraktikkan jauh sebelum praktik toleransi ala sekuler-kapitalis merambah dunia kaum muslimin. Rasulullah Saw., bersabda dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbas berkata: ditanyakan kepada Rasulullah : Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah Swt? Maka beliau bersabda: Agama yang lurus lagi toleran. (H.R. Bukhari)

Banyak sekali hal-hal toleransi yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah, para sahabat untuk kaum muslimin di zaman ini. Kita sebagai kaum muslimin hendaknya kembali kepada Syariat Islam dalam segala aspek perkara termasuk perkara toleransi ditengah-tengah umat agar tidak menjadi umat yang Tasyabbuh dan bertaklid buta.

Wallahu A’lam Bishshawwab

Oleh : Rika Ishvasa, Aktivis Muslimah

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :