Toleransi Bukan Partisipasi - Tinta Media

Selasa, 17 September 2024

Toleransi Bukan Partisipasi


Tinta Media - Masih menjadi perbincangan panas di tengah publik, khususnya di Indonesia atas kunjungan paus Fransiskus beberapa hari yang lalu, tepatnya  pada 3 September 2024.
Maksud kedatangannya adalah memperkuat hubungan bilateral Indonesia-vertikal dan menjadikan Indonesia sebagai barometer kehidupan beragama yang rukun dan damai. (CNBC Indonesia, 03/09/2024).

Pimpinan Gereja Katolik dunia (Paus Fransiskus) bertandang ke Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang terletak di Jakarta. Ia disambut dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan pembacaan Injil. Puncak kunjungannya adalah ke stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta dan akan merayakan misa suci pada tanggal 6 September.

Sebelumnya, beredar surat dari kementerian komunikasi dan informasi (Kominfo) perihal penayangan azan Salat Magrib di televisi. Untuk sementara, azan diberlakukan secara runing tex, lantaran bersamaan dengan ibadah misa yang akan dilaksanakan pada 6 September 2024, pada pukul 17.00-19.00. Sehingga, perayaan misa suci disiarkan secara langsung dengan tidak terputus di seluruh televisi nasional.

Toleransi kebablasan makin melanda negeri ini. Bagaimana tidak, kementerian agama bahkan manyetujui permintaan runing tex pada 6 September itu. Kementerian Kominfo bahkan turut mengedarkan  surat tersebut demi memuluskan acara misa suci umat Katolik. Sungguh ironi, inilah toleransi yang jauh dari makna yang sebenarnya.

Toleransi Bukan Partisipasi

Ini seharusnya menjadi poin terpenting untuk menjadi acuan dalam kata toleransi. Sebab, kini toleransi yang dimaksud bukan lagi toleransi yang wajar, tetapi sudah mencapai batas yang berlebihan.

Toleransi saat ini, sudah mengacu pada pluralisme yang menganggap semua agama sama.

Sinkretisme tengah digaungkan dan semakin bergema, menggerus, menyerang akidah umat, khususnya umat Islam.

Jelas, ini adalah tindak kesalahan dan kejahatan bertarget dan menyasar kaum muslimin. Anehnya, para pemangku jabatan, khususnya para ulama yang menjadi garda terdepan untuk menjadi perisai kaum muslimin tidak menyadarinya. Mereka malah ikut-ikutan memuluskan tindak penggerusan akidah itu. 

Ini jelas agen yang membawa misi tertentu dan sengaja menyasar kaum muslimin, khususnya Indonesia yang penduduk terbesarnya beragama Islam. Ini jelas merupakan toleransi yang menyalahi akidah kaum muslimin.

Dalam Islam, Rasulullah saw. sendiri bahkan telah mencontohkan sikap toleransi. Oleh karenanya, kita harus mencontoh Baginda Rasulullah saw. sebagai 'suri tauladan' yang harusnya menjadi panutan kaum muslimin. Toleransi yang diajarkan Rasulullah saw. adalah membiarkan mereka beribadah sesuai dengan agama masing-masing, bukan berpartisipasi dalam hal apa pun yang berkaitan dengan perayaan agama lain, apalagi mengorbankan akidah.

Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 144, artinya: 

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang yang beriman." 

Maka, sikap kita sebagai seorang muslim adalah wajib meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diridai Allah. (Al-imran 19)

Allah telah memperingatkan dalam surah Al-Imran ayat 85, yang artinya:

"Maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) darinya, selain agama Islam, dan ia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi."

Dengan demikian, kaum muslimin harus menunjukkan jati  dirinya sebagai muslim. Haram mengikuti atau menyerupai orang kafir, serta menjadikan Rasulullah saw. sebagai contoh dalam bersikap. Toleransi terhadap orang kafir adalah dengan tidak menganggu harta, darah dan kehormatannya selama ia tidak musuhi kaum muslimin. Allahu a'lam bishawwab.


Oleh: Sarinah
Komunitas Literasi Islam Bungo.
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :