Pork Barrel Politic di Balik Program Penguasa - Tinta Media

Minggu, 22 September 2024

Pork Barrel Politic di Balik Program Penguasa


Tinta Media - Sejatinya, guru adalah sosok mulia yang sangat berjasa bagi generasi bangsa. Dari mereka, kita mengetahui banyak hal. Mereka menjadi sosok panutan yang menginspirasi generasi muda. Maka dari itu, guru sangat pantas mendapatkan perhatian dan jaminan kesejahteraan dari pemerintah agar mereka fokus terhadap tugas utamanya, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Hal ini pula yang dilakukan oleh Bupati Bandung Dadang Supriatna. Atas perhatiannya kepada guru agama di Kabupaten Bandung, ribuan guru PAI mengungkapkan rasa terima kasihnya. Oleh karena itu, mereka siap mendukung Kang DS untuk memenangkan Pilkada 27 November mendatang.

Kewajiban seorang pemimpin adalah menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat, bukan hanya seorang guru. Namun dalam sistem saat ini, karena ada tujuan yang ingin dicapai, penguasa sering kali memanfaatkan situasi yang terjadi dengan meluncurkan program-program yang seolah-olah menjadi angin surga.

Bukan rahasia lagi, bagaimana kondisi guru saat ini, apalagi guru honorer. Dengan upah yang sangat minim, perlakuan terhadap mereka sangat berbeda. Padahal, tanggung jawab mereka sama dengan guru PNS. Situasi inilah yang dimanfaatkan oleh penguasa. Ketika rakyat dalam kesusahan, terinjak-injak, dan terhimpit, begitu diberi perhatian sedikit saja, mereka merasa penguasa tersebut sangat baik.

Rakyat lupa penderitaan yang selama ini dirasakan akibat kezaliman para penguasa. Penguasa akan menebar kebaikan dengan meluncurkan program-program merakyat. Cara ini disebut _pork barrel politic_ atau politik gentong babi. 

Cara ini sangat menguntungkan penguasa dan kelompoknya. Alhasil, penguasa mendapatkan popularitas di tengah-tengah masyarakat dengan maksud dan tujuan meraih dukungan dari masyarakat dalam pencalonan berikutnya. 

Salah satu target adalah guru PAI. Dukungan mereka  menyiratkan ada politik balas budi atas program-program yang telah diluncurkan. Dalam sistem demokrasi, para guru terjebak dalam arus pusaran politik penguasa.

Lantas, kesejahteraan seperti apa yang dirasakan para guru PAI? Kesejahteraan hakiki ataukah insidental? Seharusnya bukan hanya para guru PAI yang mendapatkan kesejahteraan atau perhatian pemerintah, tetapi semua guru harus mendapatkan perlakuan yang sama. 

Selain guru, setiap elemen masyarakat  harus mendapatkan perhatian juga. Kapan dan di mana pun rakyat membutuhkan, pemimpin harus siap dan mampu memenuhi kebutuhan rakyat, tanpa ketentuan dan syarat, sehingga rakyat pun tidak diharuskan untuk membalas budi dari segala kebaikan seorang pemimpin. Ini karena sudah menjadi kewajiban pemimpin untuk melayani dan meriayah rakyat.

Dalam Islam, menjadi pemimpin adalah amanah. Tugasnya adalah melaksanakan ketentuan Allah Swt. yang telah diwahyukan kepada Rasulullah saw. Pemimpin dalam Islam mempunyai kesadaran bahwa mereka akan  dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang diemban kelak di akhirat oleh Allah Swt. 

Pemimpin atau khalifah laksana penggembala. Ia menjaga gembalaannya sebaik mungkin. Seperti itulah pemimpin, tanpa mengharapkan balas jasa atas apa yang dilakukan kepada rakyat. Pemimpin harus terus fokus bekerja dengan maksimal, sehingga kebijakan atau program yang dibuat bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh seluruh rakyat, termasuk menjamin kesejahteraan para guru.

Sosok guru dalam sistem Islam mempunyai peranan penting. Bukan hanya mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga menjadi pencetak generasi yang mempunyai pola pikir dan pola sikap Islam. Maka dari itu, sebagai bentuk terima kasih, negara akan mengupah para guru dengan upah yang sangat besar.

Ketika masa Khalifah Umar bin Khattab, guru mendapatkan gaji sebesar 15 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas). Tidak heran jika saat itu banyak dijumpai generasi cerdas dan saleh. Selain karena para guru terjamin kesejahteraannya, fasilitas  pendukung pendidikan pun bisa dinikmati oleh seluruh rakyat secara gratis. 

Begitu sejahteranya rakyat ketika pemimpin menerapkan Islam secara kaffah. Keberkahan akan dirasakan oleh seluruh makhluk. Pemimpin tidak akan memanfaatkan rakyat untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya, tidak juga menuntut rakyat untuk membalas budi atas kebaikannya. Apa pun yang dilakukan, semata-mata mencari rida Allah Swt.

Tidakkah kita jemu atas kezaliman yang terus kita rasakan akibat sistem bobrok, yaitu sistem demokrasi kapitalisme? Sistem ini menjual nama rakyat untuk keuntungan oligarki. Sesungguhnya, hanya sistem Islam dalam naungan Daulah Islamiyyah yang mampu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Wallahu'alam bishawab.



Oleh: Neng Mae
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :