Tinta Media - Peringatan Darurat Indonesia saat ini menjadi tren di berbagai media sosial. Gerakan massal ini merupakan bentuk kekecewaan semua lapisan masyarakat terhadap putusan MK yang dianggap telah dihambat oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Ribuan masa dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari mahasiswa, buruh, hingga sejumlah komika berdemonstrasi di kawasan Senayan, Jakarta, tepatnya di depan kompleks DPR/MPR pada Kamis (22/8). Mereka menuntut agar pemerintah dan wakil rakyat mematuhi keputusan MK pada selasa (20/8) lalu.
Sutradara Joko Anwar (Jokan) mengatakan bahwa dia ikut demo karena sudah muak dengan para penguasa yang selama ini menggunakan instrumen hukum untuk melakukan apa saja sesuai dengan kemauannya. Begitu pun Jamalullail Abizzati dari Forum Betawi Intelek mengatakan menolak upaya yang dilakukan oleh DPR RI untuk membegal putusan MK.
"Lengsernya Soeharto pada reformasi 98 hanya melahirkan Soeharto baru," ujarnya. (voaindonesia.com, 22/08/2024)
Akhirnya, semua lapisan masyarakat bergerak melawan kezaliman atau kesewenang-wenangan yang begitu tampak di depan mata.
Penerapan sistem kapitalisme saat ini telah mengakibatkan kerusakan di seluruh bidang dan akhirnya rakyat menjadi korban. Namun sayang, bergeraknya umat saat ini belum berlandaskan pada pemahaman yang benar atas akar masalah dan solusi, karena masih bersandar pada demokrasi yang sejatinya menjadi penyebab kerusakan. Sehingga, walaupun berganti-ganti rezim, keadaan masyarakat dan negeri ini tidak akan pernah berubah.
Maka dari itu, butuh adanya pemahaman terkait visi perubahan yang sahih pada semua kalangan masyarakat. Di tengah masyarakat, dibutuhkan adanya kelompok dakwah ideologis yang akan membina seluruh lapisan masyarakat menuju pemahaman yang benar dan berjuang untuk menegakkan syariat Allah di muka bumi. Hanya dengan penerapan syariat Islam secara Kaffah negeri ini akan diberikan limpahan berkah dari langit dan bumi. Wallahu a'lam bishawab.
Oleh: Agustriany Suangga
Muslimah Peduli Generasi