Kejahatan Anak Makin Menjadi, Buah Liberalisme Sekuler - Tinta Media

Sabtu, 28 September 2024

Kejahatan Anak Makin Menjadi, Buah Liberalisme Sekuler

Tinta Media - Sungguh miris generasi hari ini, kejahatan terhadap anak kian menjadi-jadi. Mirisnya pelakunya bukan lagi hanya dari kalangan orang dewasa namun juga dari kalangan anak-anak yang bahkan masih di bawah umur. Tak lain hal tersebut dilakukan akibat dari kecanggihan teknologi, yakni media sosial dari tontonan yang mereka tonton. Ya, tontonan yang tidak selayaknya ditonton untuk anak-anak.

Seperti halnya baru-baru ini yang terjadi di Palembang, Sumatera Selatan seorang siswi SMP, AA (13) diperkosa dan dibunuh oleh empat orang remaja di bawah umur, para pelaku masih duduk dibangku SMP dan SMA yakni IS (16), MZ (13), AS (12) dan NS (12). Kemudian jasadnya di tinggalkan oleh pelaku di sebuah kuburan Cina. Setelah ditelusuri ternyata pelaku melakukan aksi tersebut untuk menyalurkan hasratnya setelah menonton video porno di ponsel milik IS. (sumber CNN Indonesia)

Satu pelaku di tahan dan tiga pelaku lainnya dilimpahkan ke panti rehabilitasi karena adanya permintaan keluarga agar dilakukan pembinaan. (sumber urban.id)

Tindak kejahatan yang terus berulang di kalangan pelajar menunjukkan potret generasi makin suram seperti halnya realitas saat ini. Hal ini tampak dari perilaku para pelaku yang kecanduan dengan pornografi dan bangga dengan kejahatan yang dilakukannya. Tanpa memikirkan lagi akan dampak yang dilakukannya untuk dirinya sendiri ataupun terhadap orang lain.

Fenomena ini juga menggambarkan anak-anak kehilangan masa kecil yang bahagia, bermain dan belajar dengan tenang sesuai dengan fitrah anak dalam kebaikan. Kerusakan akan generasi hari ini seharusnya dapat membuka mata umat akan serangan pemikiran liberal yang kian masif terjadi di Tengah umat Islam saat ini. Liberalisme yang merupakan buah dari sekularisme memisahkan agama dari kehidupan yang merupakan asas yang dimiliki Barat. Ketika hidup serba bebas yang dituntun oleh hawa nafsu merupakan kehidupan sekuler yang mengabaikan agama dalam kehidupan. Tidak hanya itu, agama hanya di pandang sebagai formalitas sehingga standar kebahagiaan diletakkan pada kepuasan materi dan kesenangan jasadiyah.

Mirisnya sekularisme pun di jadikan sebagai asas yang dipakai negara dalam membangun SDM. Hal ini tampak bagaimana sistem Pendidikan diarahkan hanya untuk mencetak generasi yang mampu mendongkrak perekonomian tanpa peduli kepribadian yang terbentuk pada generasi. Maka tidaklah heran banyak kita temui generasi yang pandai pada akademik namun kecanduan pada pornografi, narkoba, dan sebagainya. Bahkan ada dari mereka yang bangga dengan kejahatan dan kemaksiatan yang mereka lakukan, tanpa adanya rasa bersalah. Sehingga visi yang disandarkan pada materi ini menjadikan negara mengatur media dengan landasan materi pula. Hal ini juga tampak dengan masih banyaknya konten-konten pornografi yang mudah diakses generasi menunjukkan tidak adanya keseriusan negara dalam menutup akses konten-konten pornografi demi melindungi generasi yang dapat memberikan dampak buruk terhadap generasi. Generasi yang makin liberal, di era digital setiap harinya disuguhi dengan tayangan yang dapat menjauhkan generasi dari jati diri seorang muslim.

Berbeda dengan generasi yang dicetak dalam sebuah negara yang menjadikan syariat Islam sebagai sistem bermasyarakat dan bernegara. Sebagai sebuah ideologi, Islam memiliki aturan yang komprehensif yang membawa kebaikan dalam penerapannya. Islam mewajibkan negara mencegah terjadinya kerusakan generasi melalui penerapan berbagai aspek kehidupan sesuai dengan aturan Islam diantaranya pendidikan Islam, media Islami, hingga sistem sanksi yang menjerakan. Negara memiliki peran besar dalam hal ini sebagai salah satu pilar tegaknya aturan Allah. Negara yang menerapkan aturan Allah akan mampu berkolaborasi dengan individu dan masyarakat untuk menjauhi aktivitas kemaksiatan dalam bentuk apa pun. Termasuk diantaranya pacaran, rudapaksa, hingga pembunuhan.

Dalam sistem Islam, individu sangat memahami hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah SWT dan meraih ridho-Nya. Maka mereka akan menjauhi perbuatan maksiat dan senantiasa selalu berusaha untuk taat kepada Allah swt., dan rasul-Nya. Hal ini didukung oleh sistem pendidikan Islam yang diterapkan negara dengan kurikulumnya yang berasaskan pada Aqidah Islam. Dengan sistem pendidikan ini memastikan generasi dibentuk menjadi sosok yang memiliki kepribadian Islam dengan begitu maka mereka memiliki kontrol individu yang kuat. Segala bentuk kemaksiatan termasuk pergaulan juga akan mampu dicegah dengan masyarakat yang Islami yakni masyarakat yang senantiasa melakukan amar ma’ruf nahi munkar saling menasihati dalam kebaikan dan mengingatkan agar menjauhi maksiat. Mereka terbentuk untuk saling peduli satu dengan lainnya. dalam Islam penerapan sistem pergaulan, media dan sanksi sesuai syariat Islam alhasil generasi akan terhindar dari perilaku maksiat dan selalu dalam ketakwaan. (MMH)

Media juga akan dipastikan tidak menayangkan konten-konten yang dapat merusak generasi. Sebaliknya media akan digunakan untuk sarana dakwah dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta memberikan informasi yang benar. Sehingga menerapkan Islam secara kaffah maka akan mampu membangun generasi yang berkepribadian yang mulia dan siap membangun peradaban yang mulia. Allahu Alam Bishawab.[]

Oleh: Haniah, Sahabat Tinta Media 

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :