Tinta Media - Awal bulan Agustus, aku diingatkan panitia tentang jadwal mengisi agenda Kippy. Sejak awal, agenda Kippy bulan Agustus ini cukup membuat ketar-ketir dari sisi mendatangkan jumlah peserta ibu-ibu anggota komunitas untuk hadir. Di grup panitia, beberapa teman panitia sudah menyampaikan sepertinya akan sulit menghadirkan sejumlah peserta seperti biasanya karena masih banyak agenda bulan Agustus dalam rangka perayaan kemerdekaan.
Kippy adalah akronim dari Komunitas Istri Happy, sebuah komunitas yang aku dan teman-teman Brebes dirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap muslimah khususnya yang sudah menikah agar bisa menjadi istri bahagia sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Kopdar Kippy diadakan tiap hari Ahad pekan terakhir. Tiap pekannya, anggota Kippy juga ada kajian pekanan agar bisa lebih intesif dalam mempelajari Islam.
******
‘Bagaimana jika yang hadir hanya segelintir ibu-ibu sejumlah hitungan jari tangan? Atau malah kurang dari itu?’ Aku menggumam dalam hati dengan gundah saat membuka laptop sembari mencari tema yang sekiranya dibutuhkan ibu-ibu saat ini.
Pikiran semakin galau saat bertemu dengan salah satu panitia yaitu bu Hj. Nina yang biasanya mampu membawa massa dari kelurahan di mana suaminya bertugas. Tidak main-main, beliau pernah beberapa kali mampu menghadirkan 40an peserta hanya dari kelurahan tersebut. Jika digabung dengan peserta dari tempat lain bisa mencapai 70 hingga 80 peserta. Jumlah yang menurut kami cukup banyak untuk hadir dalam kajian keislaman.
“Bu, kemungkinan saya enggak bisa hadir di agenda Kippy bulan ini,” ucap bu Nina saat bertemu denganku.
“Wah, kenapa gak bisa hadir Bu Nina?” tanyaku agak cemas.
“Ada pawai Agustusan pas tanggal 25. Ibu-ibunya banyak yang ikut pawai, kalau pun tidak ikut pawai, mereka mau nonton,” jawab bu Nila sekalian pamit berpisah.
Hati tambah resah saat membuka grup panitia, beberapa panitia juga menyampaikan di desanya masing-masing ada kegiatan mulai dari jalan sehat, senam bersama, pawai, lomba dll.
Deg… Tiba-tiba saya terhenyak dan malu saat tersadar kegundahan hati karena membayangkan jumlah peserta kajian yang hadir jumlahnya sedikit.
‘Kenapa harus galau dan gelisah? Apa sih tujuan kamu mengisi kajian? Mau dilhat orang banyak? Ingin dianggap sukses Ketika banyak yang hadir?’ Tanya ini kulontarkan ke diri sendiri. Ketika ada halangan, justru aku dan teman-teman panitia mencari uslub atau cara lain. Hal ini juga harusnya menjadi peluang untuk menyasar ibu-ibu yang belum mengenal Kippy.
Aku menjadi teringat sebuah foto yang memperlihatkan seorang guru atau syekh sedang mengajar dengan semangat seperti mengajar puluhan bahkan ribuan murid, padahal yang hadir hanya satu orang. ‘Astaghfirullahal adziim… Ampuni hamba, ya Allah!’ seruku dalam batin.
*****
Bismillahi tawakaltu…
Ahad pagi yang cerah di akhir bulan Agustus ini, kulangkahkan kaki keluar rumah untuk menuju ke sebuah masjid di pinggir jalan Pantura Brebes yang menjadi tempat kopdar Kippy, masjid al-Amin namanya. Masjid tersebut berada persis di deretan toko oleh-oleh telur asin khas Brebes. Sengaja aku berangkat agak awal sekitar satu jam sebelum acara untuk antisipasi yang tidak terduga. Dalam kondisi normal, sebenarnya perjalanan hanya memerlukan waktu 10-15 menit saja dengan mengendarai motor.
Sudah kubersihkan dan kuluruskan niat, berapa pun yang hadir tidak akan mengurangi energi dan effort-ku seperti saat akan mengisi puluhan peserta. Pun ketika yang hadir hanya saru orang, tetap gas pol energi yang kucurahkan.
Tak disangka, tak dinyana… Perjalanan menuju masjid al-Amin agak tersendat. Ada beberapa halangan kecil. Halangan pertama, pasar dadakan tiap Ahad pagi. Pasar dadakan ini rutin diadakan tiap Ahad pagi hingga siang. Orang-orang baik pedagang maupun pembeli berlalu lalang. Belum lagi adanya lapak pedagang dadakan yang berderet di sepanjang jalan, menambah semakin sesak jalanan. Perlu kehati-hatian saat mengendarai motor agar tidak menyenggol orang, apalagi ketika ada mobil dari arah berlawanan membuat harus lebih hati-hati mengendari si kuda besi.
Rasanya lega ketika sudah melewati pasar dadakan. Udara pun terasa lebih segar. Namun baru berlalu sekitar 100 meter untuk belok di sebuah pertigaan, halangan kedua datang. Betapa kagetnya aku ketika melihat ada barisan panjang orang-orang yang sedang jalan sehat. Peserta yang mayoritas ibu-ibu dan sebagian membawa putra-putrinya membentang sepanjang jalan yang akan kulewati. Yang agak melegakan, peserta tersebut berlawanan arah dengan arah perjalananku.
Walau arah perjalanan berlawanan, namun barisan panjang peserta jalan sehat itu hampir memakan seluruh badan jalan. Mungkin hanya menyisakan selebar motor bisa lewat. Karena peserta juga ada banyak anak-anak, semakin tak menyisakan tempat agar motor bisa lewat. Keseimbangan dalam mengendarai motor sangat diperlukan agar tidak menyenggol atau bahkan menabrak peserta jalan sehat.
Motor agak aku pelankan kecepatannya untuk mengimbangi barisan tersebut. Sesekali terucap permisi saat melewati peserta jalan sehat. Untuk menjaga kesopanan, kaca helm sengaja kubuka sehingga jika mengucap permisi bisa terdengar. Terkadang motor juga harus berhenti ketika ada anak yang tiba-tiba terlepas dari gandengan orangtuanya. Ini yang memuat perlu ekstra hati-hati. Perjalanan menjadi agak lama melewati jalan tersebut. Namun akhirnya bisa terlewati dengan aman.
Setelah terlewati barisan jalan sehat, kupikir sudah agak lancar perjalanan. Namun apa daya, saat berbelok lagi di sebuah perempatan, halangan ketiga muncul. Di depanku sudah ada sekumpulan orang yang ternyata sedang mempersiapkan panggung pentas. Panggung tersebut memakan separuh jalan. Motor kupelankan lagi dan menyampaikan permisi. Beberapa laki-laki mempersilakan aku untuk lewat setelah mereka menepi.
Selain itu, sebetulnya aku juga berpapasan dengan orang-orang yang sedang sekadar jalan atau lari pagi. Motor tidak bisa jalan di atas kecepatan 30 km/jam, sesekali malah 10-20 km/jam. Hal-hal yang kuhadapi selama perjalanan ini lumayan membuat was-was ditambah masih memikirkan jumlah peserta. Namun aku tetap husnudzan dengan ketetapan Allah. Aku juga bersyukur semuanya bisa terlewati dengan aman dan selamat selama perjalanan hingga sampai ke tempat acara.
Setelah 40 menit, alhamdulillah akhirnya sampai juga sekitar pukul 08.30. Kulihat di barisan peserta ada empat orang ibu-ibu sembari bergumam: ‘In syaa Allah ada 40 ibu-ibu lainnya di belakang mereka. Ya, jika tiap orang menyampaikan ke 10 orang lainnya, bisa dipastikan ada 40 orang yang akan mendapat ilmu dari majelis ilmu. Ini juga sebagai penyemangatku dan juga penyemangat ibu-ibu saat aku sampaikan untuk mengawali pemberian materi.
Pukul 09.00 sesuai akad, kami langsung mulai. Dan berapa jumlah yang hadir? Mungkin ada sekitar 20an. Saat sudah berlangsung pun masih ada yang hadir sekitar empat hingga enam orang. Jika ditotal dengan panitia mungkin sekitar 30an ibu-ibu hadir untuk mengikuti kopdar Kippy yang kali ini mengambil tema ‘Mengatasi Perselingkuhan Ala Islam’. Panitia sendiri menargetkan 40an peserta bisa hadir tiap agenda Kippy. Namun panitia pun sudah siap jika peserta kurang dari jumlah tersebut. Biasanya yang hadir berkurang jika ada kegiatan lain seperti saat bulan Agustus yang banyak agenda perayaan kemerdekaan.
Pada sesi materi utama, aku sampaikan tentang banyaknya fakta-fakta perselingkuhan yang tidak hanya dilakukan oleh satu pihak tertentu, tapi bisa dari dua pihak yaitu istri atau suami. Yang parahnya adalah ketika suami dan istri sama-sama melakukan perselingkuhan. Beberapa kali kudengar suara istighfar dari peserta ketika mendengar banyaknya fakta perselingkuhan yang begitu buruk. Bahkan salah seorang ibu beristighfar cukup keras yang mengagetkan peserta termasuk aku. Si ibu tersebut sampai tersipu malu dan menyampaikan permintaan maafnya. Dia juga menyampaikan sangat marah dengan perselingkuhan.
Setelahnya aku jelaskan ada dua faktor penyebab perselingkuhan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal biasanya karena ada emotional divorce (keterpecahan emosi). Emotional divorce banyak dialami oleh suami-istri, baik yang baru maupun yang sudah lama menikah, membuat hubungan cinta kasih akhirnya padam dan menjadi dingin. Meskipun secara fisik pasangan suami-istri masih tinggal serumah, secara emosional terdapat jarak yang membentang. Dengan pudarnya cinta dan kasih sayang, semakin longgarlah ikatan dan komunikasi di antara pasangan yang bisa mendorong salah satu atau keduanya mencari seseorang yang dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan emosional maupun kebutuhan fisik, termasuk seks.
Berlanjut ke faktor eksternal, faktor ini didominasi karena kita hidup dalam sistem kapitalisme di mana hubungan pria dan wanita merupakan pandangan yang bersifat seksual semata, bukan pandangan untuk melestarikan keturunan manusia. Oleh karena itu, mereka sengaja menciptakan fakta-fakta yang terindra dan pikiran-pikiran yang mengundang hasrat seksual di hadapan pria dan wanita dalam rangka membangkitkan dorongan seksual untuk dipenuhi.
“Ibu-ibu tahu tidak? Masyarakat kapitalisme menganggap bahwa gejolak naluri yang tidak dipenuhi mengakibatkan kerusakan pada diri manusia, baik terhadap fisik, psikis, maupun akalnya. Termasuk naluri seksual akan mereka pastikan wajib dipenuhi,” beberku.
Aku melanjutkan tanya ke ibu-ibu Kippy, ”Menurut ibu-ibu, naluri seksual wajib dipenuhi tidak? Kata mereka (kaum kapitalis), kalau tidak dipenuhi, manusia bisa mati.”
“Enggak...,” jawab ibu-ibu dengan kompak.
“ibu-ibu mau tahu caranya menghindari perselingkuhan?” tanyaku lagi
Dan lagi-lagi dengan kompak mereka menjawab,” Mau...”
Lantas aku pun memaparkan kiat-kiat menghindari perselingkuhan secara Islam. Pertama, menjalankan kehidupan rumah tangga secara islami. Sebagai sebuah ibadah, pernikahan memiliki sejumlah tujuan mulia. Memahami tujuan itu sangatlah penting guna menghindarkan pernikahan bergerak tak tentu arah yang akan membuatnya sia-sia tak bermakna.
“Jika tujuan pernikahan yang sebenarnya dipahami dengan benar, insya Allah akan lebih mudah bagi suami-istri meraih keluarga sakinah dan terhindar dari konflik-konflik yang berkepanjangan. Sebab, kesepahaman tentang tujuan pernikahan sesungguhnya akan menjadi perekat kokoh sebuah pernikahan,” ulasku.
Kedua, atasi berbagai persoalan suami-istri dengan cara yang benar (islami) dan tidak melibatkan orang (lelaki atau perempuan) lain. Kesabaran merupakan langkah utama ketika mulai muncul perselisihan. Jika dibutuhkan orang ketiga untuk membantu menyelesaikan persoalan, maka jangan sekali-sekali melibatkan lawan jenis yang bukan mahramnya; seperti teman sekantor, tetangga, kenalan, dan sebagainya.
Ketiga, menjaga pergaulan dengan lawan jenis di tengah-tengah masyarakat. Islam memerintahkan pria dan wanita untuk menutup aurat, menahan pandangannya terhadap lawan jenis, melarang pria dan wanita ber-khalwat, melarang wanita bersolek dan berhias di hadapan laki-laki asing (nonmahram). Islam juga telah membatasi kerja sama yang mungkin dilakukan oleh pria dan wanita dalam kehidupan umum serta menentukan bahwa hubungan seksual antara pria dan wanita hanya boleh dilakukan dalam dua keadaan, yaitu: lembaga pernikahan dan pemilikan hamba sahaya.
Keempat, poligami. Islam telah menjadikan poligami sebagai sesuatu perbuatan mubah (boleh), bukan sunah, bukan pula wajib. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani mengatakan dalam An-Nizhâm al-Ijtimâ’i fî al-Islâm, “Harus menjadi kejelasan, bahwa Islam tidak menjadikan poligami sebagai kewajiban atas kaum Muslim, bukan pula suatu perbuatan yang mandub (sunah) bagi mereka, melainkan sesuatu yang mubah, yang boleh mereka lakukan jika mereka berpandangan demikian.”
Dasar kebolehan poligami tersebut karena Allah Swt. telah menjelaskan dengan sangat gamblang tentang hal ini (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 3). Poligami bisa menjadi solusi di tengah kehidupan pergaulan lawan jenis seperti sekarang ini. Anehnya, poligami justru banyak ditentang, sementara perselingkuhan dibiarkan merajalela,
Kelima, memberikan hukuman bagi para pelaku perselingkuhan. Pada hakikatnya perselingkuhan sama dengan perzinaan. Dalam pandangan Islam seorang yang berselingkuh/berzina mendapatkan hukuman yang sangat berat. Jika belum menikah, pelakunya harus dicambuk 100 kali, dan untuk yang sudah menikah harus dirajam sampai mati. Hukuman yang berat ini akan menjadi pelajaran bagi pelakunya hingga menimbulkan jera sekaligus sebagai penebus dosa atas perbuatan yang dilakukan. Jika hukuman ini diterapkan, seseorang akan berpikir panjang sebelum melakukan perselingkuhan.
Ibu-ibu sangat antusias menyimak penjelasan tentang menghadapi dan menyelesaikan perselingkuhan ala Islam. Kami sangat mengapresiasi ibu-ibu yang sudah hadir dan mendoakan agar rumah tangganya terjaga dengan tuntunan Islam.
Setelah penyampaian materi, MC membagikan beberapa hadiah kecil bagi peserta yang terlihat paling antusias dan juga untuk peserta yang bisa menjawab pertanyaan seputar tema Kippy kali ini.
Akhirnya acara kopdar Kippy selesai dan diakhiri dengan yel-yel khas KIPPY. “Apa kabarnya istri-istri happy?” Sapaan khas MC Kippy.
Ibu-ibu pun menjawab dengan semangat dan antusias sembari menggerakkan tangan sesuai yel-yel. Senyum bahagia tak lepas dari wajah ibu-ibu ketika menjawab yel-yel. Aku juga tak ketinggalan menjawab sapaan khas MC Kippy dengan antusias dan gembira.
“Alhamdulillah… Luar biasa, Tetap semangat, Tetap happy, Allahu akbar!, Yes yes yes,”
Lega dan bahagia menyelimuti semua orang yang hadir di acara kopdar Kippy. Hal ini terlihat dari dokumentasi dan foto bersama di akhir acara, senyum cerah menghiasi wajah ceria ibu-ibu baik panitia dan peserta. Alhamdulilah...
------------------------------------
Brebes, 25/08/2024
Oleh: Ummu Enzi, Pengasuh Kippy