Di Balik Kedatangan Paus Fransiskus - Tinta Media

Sabtu, 21 September 2024

Di Balik Kedatangan Paus Fransiskus

Tinta Media - Pada tanggal 3-6 September 2024 lalu pemimpin gereja Katolik dunia Paus Fransiskus mendatangi Indonesia dalam rangka lawatannya di Asia Pasifik. Indonesia menjadi negara pertama sebelum ia melanjutkan lawatannya ke Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. (Kompaspedia.id, 3/9/2024).

Rangkaian agenda yang dilakukan Paus adalah bertemu dengan Presiden Jokowi, pejabat dan diplomat, anggota serikat Jesuit, tokoh agama Kristen, tokoh antar agama dan lainnya. Paus juga menggelar Misa Akbar yang diselenggarakan di Gelora Bung Karno Jakarta.

Kedatangan Paus disambut dengan begitu meriah bukan hanya dari kalangan umat Kristiani saja, tetapi juga dari sejumlah Umat Islam. Bahkan menimbulkan polemik di tengah kaum Muslim lantaran serangkaian prosesi penyambutan yang dinarasikan sebagai misi perdamaian, kemanusiaan dan toleransi telah  menabrak batas akidah Islam dan kebablasan.

 Berawal dari surat yang dilayangkan oleh panitia kunjungan Paus kepada Kementerian Agama tertanggal 9 Agustus 2024 yang berisi permohonan dukungan kunjungan Paus. Kemudian Kementerian Agama menyurati Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) pada 1 September 2024 yang berisi saran agar Misa bersama Paus pada Kamis 5 September 2024 disiarkan secara langsung pada pukul 17.00-19.00 WIB di seluruh televisi nasional. Kemudian ada permohonan untuk penanda waktu Magrib yang biasanya berupa penayangan azan diganti dengan running text.

Tak hanya itu, ada juga agenda pembacaan Injil dan Al-Qur’an untuk menyambut Paus di Masjid Istiqlal Jakarta. Paus juga melakukan penandatanganan dokumen kemanusiaan dengan tujuan untuk menguatkan opini seputar toleransi umat beragama di Indonesia.

Sangat jelas serangkaian agenda ini mengarah pada upaya untuk mencampur adukkan ajaran agama-agama atau sinkretisme. Hal ini jelas haram karena mencampurkan antara haq dan batil sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 42 yang artinya:

“Janganlah kalian mencampurkan yang haq dan batil. Jangan lupa kalian menyembunyikan yang haq itu, sedangkan kalian mengetahui”.

Ketika ajaran agama dicampurkan bisa memunculkan anggapan bahwa semua agama sama atau pluralisme. Kebenaran agama akan menjadi relatif sehingga setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa agamanya saja yang benar. Masyarakat nantinya akan menganggap semua agama sama yang pada akhirnya semua akan hidup berdampingan di surga hanya caranya berbeda. Jelas anggapan seperti ini salah dan menyesatkan.

Sebagai seorang Muslim kita harus meyakini bahwa hanya Islam agama yang diridhai Allah SWT. Ingatlah firman Allah SWT dalam QS Ali-Imran ayat 85: “Siapa saja yang mencari agama selain Islam, sekali-kali agama itu tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi “.

Bahkan fatwa haram telah  dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Munas VII MUI tahun 2005.

*Bagaimana Sikap Muslim Seharusnya?*

Kedatangan Paus ke Indonesia bagi seorang Muslim seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan Islam dan kaum Muslim untuk menampakkan syiar dan dakwah Islam kepada mereka, bukan menjadi bagian dari syiar dan misi mereka dengan dalih toleransi. Hal ini pernah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah saw. Ketika mengirimkan utusan kepada Kaisar Romawi, Raja Persia, Raja Muqawqis Agung,  Raja Qibti Mesir dan Raja Habasyah dengan surat yang berisi ajakan untuk masuk Islam.

Toleransi dalam Islam adalah membiarkan penganut agama lain menjalankan agamanya, dan tidak mengganggu mereka. Bukan mengarah pada paham sinkretisme dan  pluralisme.

Toleransi dalam Islam telah digambarkan jelas dalam QS Al-Kafirun ayat 1-6 bahwa umat Islam tidak akan menyembah apa yang mereka sembah, begitu pun sebaliknya. Untuk kita agama kita dan untuk mereka agama mereka. Bukan berkolaborasi dengan ajaran agama mereka.

Umat Islam bisa hidup berdampingan dengan damai dengan agama lain tanpa perlu mencampuradukkan ajaran agama. Hal ini pernah terjadi di masa Rasulullah SAW, para sahabat dan masa peradaban Islam di bawah naungan khilafah Islam. Hal ini sejalan dengan misi pengurusan Rasulullah SAW yaitu sebagai Rahmat untuk sekalian alam .

Kedatangan pemimpin tertinggi Gereja Katolik dunia dan Kepala Negara Vatikan ke Indonesia juga perlu diwaspadai. Pengamat politik Endiyah Puji Tristanti kepada Mnews, 11/9/2024 berpesan kepada pemuda muslim agar mengambil sikap benar, yaitu mencukupkan diri berpegang pada ajaran agama Islam. Tidak perlu terpukau dengan pesan semua Paus sebab sepanjang penerapannya Islam jauh lebih berpengalaman dalam mengajarkan dan mewujudkan toleransi. Ia juga menilai pesan toleransi kepada pemuda Indonesia salah alamat karena terbukti di Indonesia berdiri ribuan gereja dan tempat ibadah agama lain yang sampai hari ini tidak ada masalah, tidak ada yang dirusak apalagi dihancurkan. Seharusnya Pauslah yang belajar toleransi dari kaum muslim di Indonesia agar di Vatikan juga boleh berdiri banyak masjid. Endiyah juga setuju kalau di dunia masih ada permasalahan perdamaian dengan adanya penjajahan fisik maupun militer, termasuk penjajahan ekonomi, budaya dan politik. Tapi siapa yang melakukan semua itu? Alangkah baiknya pesan perdamaian itu disampaikan kepada para penjajah tersebut.

Wallahua’lam bishawab.

Oleh: Yuli Ummu Raihan, Aktivis Muslimah Tangerang

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :