Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengungkapkan fakta adanya hubungan antara power dan money yang saling berkaitan dan berkelindan.
“Berkaca pada apa yang banyak dilakukan pejabat di negeri kita ini, antara power dan money memang saling berkaitan, saling berkelindan,” ujarnya dalam video yang bertajuk Uang dan Kekuasaan Sewenang-Wenang Kamis (18/7/2024) di kanal Youtube Khilafah News.
Menurutnya, satu sisi untuk meraih power memerlukan money, tapi di sisi lain di era materialisme, seperti sekarang ini, power didapat untuk money.
“Jadilah power dan money itu bagai dua sisi dari satu keping mata uang tak terpisahkan,” tuturnya.
UIY menyayangkan terkait para pejabat yang semestinya menjadikan kekuasaan sebagai pengabdian. “Tapi jika Anda masih kokoh berpegang pada ungkapan the end does not justify the means (tujuan tak boleh menghalalkan segala cara), apalagi masih berpikir soal pengabdian ya enggak bakal bisa. Itu cerita masa lalu. Sudah lewat. Sekarang ini, justru era berkebalikan dari tadi, the end justify the means (tujuan menghalalkan segala cara),” bebernya.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan prinsipnya Machiaveli, kata UIY, karena itulah maka sekarang ini orang sering sebut era Machiavelistik.
“Menurut Machiaveli, penguasa itu harus berorientasi pada kekuasaan dan hanya mematuhi aturan yang akan membawanya kepada tercapainya tujuan dari kekuasaan itu atau tujuan politik. Bila belum ada aturan yang membuat dia mencapai tujuan itu, maka buatlah aturan yang akan memuluskan tujuan politik itu. Bila sudah ada tapi aturan yang ada justru menghalangi tercapainya tujuan, ubah,” jelasnya.
“Jadi, raja itu kata Machiaveli bisa licik seperti Kancil dan menakut-nakuti seperti singa, katanya,” tutur UIY.
Dalam situasi seperti ini, kata UIY, ketika hukum tak lagi tegak maka akan muncul demagog.
“Demagog adalah penguasa yang pandai menghasut dan membangkitkan semangat rakyat untuk dirinya, memperoleh kekuasaan ia merayu masyarakat publik dengan 1000 wajah sebanyak wajah apa yang diharapkan oleh rakyat,” tuturnya.
Para demagog ini, ungkapnya, selalu mencari kambing hitam atas segala masalah. Jadi, bahayanya politikus demagog itu adalah adanya tipu dayanya dalam meraih dan mempertahankan kekuasaan dengan segala cara itu.
“Nah saudara, dalam agama, profil demagog itu tampak jelas pada kisah Firaun dan rezimnya. Di sana ada Haman, menteri segala urusan, ada juga Qorun, pengusaha rakus. Kekuasaannya sewenang-wenang dan menindas rakyat. Sama sekali tak ada orientasi kesejahteraan itu pada Firaun, apalagi kebahagiaan bagi rakyatnya. Obsesinya hanya pada pembangunan infrastruktur. _Dil autat_ itu seperti yang disebut dalam Al-Qur’an. Membangun infrastruktur. Jangan salah bukan infrastruktur untuk rakyat, tapi untuk diri dan kroninya,” tuturnya.
Negara yang dikuasai oleh para pejabat semacam ini seperti pejabat demagog, ujarnya, itu sama sekali tak bisa diharapkan.
“Visi baldatun thoyibah warabuun ghofur itu, bagaikan ilusi sama sekali tak akan terpikirkan oleh para demagog-demagog ini. Baginya, yang terpenting adalah kekuasaan dan tak jauh dari kepentingan dirinya keluarganya dan kroninya begitu,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi