Sudahkah Yakin MINYAKITA Milik Kita? - Tinta Media

Kamis, 22 Agustus 2024

Sudahkah Yakin MINYAKITA Milik Kita?

Tinta Media - Bahan sembako kerap menjadi perbincangan hangat di lini kehidupan, karena sembako menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting. Apalagi pada realitasnya sembako ialah penyokong utama dalam hidup yang tak bisa digantikan dengan apa pun.

Minyak goreng yang merupakan bagian dari sembako, seolah tak pernah berhenti terus menerus menjadi 'bahan ribut' di kalangan masyarakat. Hal ini tentu akibat harganya yang kian terus meningkat bahkan tak masuk akal. Sebenarnya bukan hanya minyak goreng saja, tetapi bahan-bahan sembako lainnya pun kian naik seolah menekan ekonomi masyarakat saat ini yang kian terimpit.

Dilansir dari Liputan6.com, Jakarta - Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng Minyakita atau harga minyakita naik dari Rp 14.000 menjadi Rp 15.700 per liter. Adapun kenaikan harga minyak goreng ini diumumkan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dalam Surat Edaran Nomor 03 Tahun 2023 tentang Pedoman Penjualan Minyak Goreng Rakyat.

Achmad Nur Hidayat, seorang Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik mengaku bingung atas alasan Kemendag, yang mengatakan bahwa harga eceran minyak goreng harus disesuaikan dengan biaya produksi yang terus naik dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Achmad menyebutkan, "Dua alasan ini sebenarnya aneh, karena minyak goreng dihasilkan dari minyak sawit di mana Indonesia adalah penghasil sawit terbesar di muka bumi." Pada Sabtu (20/7/2024).

Menurutnya pula, produksi minyak sawit mentah (CPO) Indonesia pada 2023 mencapai 50,07 juta ton. Naik 7,15 persen dibandingkan produksi 2022 yang mencapai 46,73 juta ton. Meskipun ada justifikasi ekonomi di balik kenaikan HET minyak goreng, Achmad menilai kebijakan ini tidak tepat waktu dan berpotensi memperburuk kondisi ekonomi masyarakat.

Hal ini justru sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian masyarakat yang kian terimpit. Bagaimana tidak ? Pemerintah seolah tidak berpikir panjang terhadap kenaikan-kenaikan bahan sembako yang sudah jelas sangat membuat masyarakat sulit semakin sulit.

Keadaan ini juga membuat kita bertanya-tanya, bagaimana bisa di negara yang kaya akan hasil alam terutama minyak, tapi masyarakat negeri itu sendiri kesusahan untuk mendapatkannya. Seharusnya sudah menjadi tugas negara untuk menuntaskan permasalahan ini agar tidak sepele atau bahkan sampai abai. Tapi nyatanya negara malah terlihat abai akan hal ini. Kebutuhan masyarakat semakin mendesak untuk terpenuhi, walhasil gagal terpenuhi akibat tingginya tolakan harga dari bahan-bahan sembako dan lain-lainnya.

Kita dibuat menjadi overthinking terhadap hal ini, apa jangan-jangan minyak menjadi mahal akibat negeri ini impor dari luar ?Dan apakah minyak kita di negeri ini bukan milik kita lagi ? Sehingga harga kian melejit masyarakat dibuat kesusahan untuk mendapatkannya.

Tiada lain sistem hari ini menjadi biang utama penyebab hal ini terjadi. Sistem kapitalisme hanya memperhatikan keuntungan sebesar-besarnya, sehingga tidak lagi memperhatikan bagaimana kondisi terpuruk masyarakat saat ini.

Masyarakat harus tersadarkan, bahwa setiap impitan permasalahan yang terjadi dalam lini kehidupan ialah akibat sistem kapitalisme yang kian menggigit masyarakat. Mungkin masyarakat kalangan kelas atas tidak terlalu dirugikan, tetapi bagaimana dengan masyarakat kalangan bawah semakin terus-menerus diimpit perekonomiannya.

Setidaknya kita harus mengetahui bahwasanya sistem itu sangat penting dalam kehidupan. Dengan sistem yang hakiki dalam menyejahterakan masyarakatlah yang dapat menuntaskan permasalahan terutama dalam memberi harga minyak hasil bumi sewajarnya kepada masyarakat.

Tata kelola perekonomian saat ini benar-benar mengimpit masyarakat dengan penghasilan yang tidak banyak. Bagaimana mungkin bisa harga seluruh bahan pokok melonjak tinggi sedangkan penghasilan dari Maya pencaharian masyarakat tidak naik bahkan kurang sekurangnya ?

Maka dari itu sudah saatnya kita beralih pada sistem yang benar-benar membuat seluruh masyarakatnya sejahtera merata tidak setengah-setengah. Apakah ada sistem pemerintahan semacam itu ?

Perlu kiranya kita membuka mata akan sejarah yang pernah ada dan terjadi, bukankah itu dapat di jadikan pelajaran sehingga dapat di terapkan di lini kehidupan hingga bernegara ?

Bahwa benar adanya sistem yang berhasil menyejahterakan seluruh rakyatnya baik Islam maupun non Islam yakni Sistem Islam ala minhajjin nubuwah.

Wallahu a'lam bisshhowwab.

Oleh : Marsya Hafidzah Z., Pelajar

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :