Tinta Media - Pakar Hubungan Internasional Dr. Hasbi Aswar, S.IP., MA. menilai kunjungan 5 pemuda NU ke Israel ada upaya mengubah cara pandang terhadap Israel.
"Ini adalah proyeksi yang positif untuk kepentingan Israel. Dengan munculnya anak-anak muda, tokoh-tokoh akademisi yang punya cara pandang yang lebih produktif terhadap Israel," tuturnya dalam Geger! Kunjungan 5 Pemuda NU ke Israel di kanal YouTube UIY official, Ahad (21/7/2024).
Menurutnya, kunjungan seperti ini merupakan bagian dari strategi politik luar negeri pada umumnya semua negara. Dalam studi hubungan internasional itu ada istilah _public diplomacy_ atau diplomasi publik. "Nah, diplomasi publik ini adalah upaya sebuah negara untuk menciptakan _image_ positif negaranya terhadap warga negara lain," ujarnya.
"Mengapa ini penting, karena dalam konteks politik internasional sekarang, opini publik terhadap negara tertentu sangat mempengaruhi lancar tidaknya hubungan antar negara, hubungan bisnis dan lain sebagainya," imbuhnya.
Ia menjelaskan bahwa dalam praktik politik luar negeri sekarang, salah satu investasi besar sebuah negara terhadap negara lain itu adalah melakukan pendekatan terhadap publik negara lain. "Nah, Israel itu termasuk negara yang saat ini juga aktif melakukan itu," tukasnya.
Ia memaparkan bahwa dalam istilah diplomasi publik dikenal dengan istilah hasbara, Hasbara dalam bahasa Israel, yang tujuannya sama yaitu menciptakan opini positif Israel di negara-negara lain dengan pendekatan-pendekatan yang lebih ke publik. "Melalui pendekatan media, termasuk LSM, tokoh-tokoh, pertukaran pelajar, diskusi, wisata dan lain sebagainya. Itu dilakukan oleh Israel," bebernya.
Ia mengungkapkan bahwa dalam konteks hasbara Israel, salah satu aktor utamanya adalah Kementerian Luar Negeri termasuk juga IDF atau Angkatan Bersenjata dari Israel sendiri. Dan tujuan utama dalam diplomasi publik Israel adalah untuk mengcounter opini-opini negatif terhadap Israel secara global dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan Israel secara global.
Ia menilai bahwa kenapa Israel mengundang lima anak-anak muda atau tokoh atau intelektual datang ke sana, karena kalau Israel sendiri yang datang ke Indonesia akan susah. Pasti ditolak. Sehingga menggunakan tangan pihak ketiga, itupun tidak melalui Israel langsung atau pemerintah Israel langsung tetapi melalui lembaga-lembaga NGO, LSM yang kira-kira tersamarkan punya afiliasi dengan Israel. "Kalau kita tidak jeli, itu kita bisa terperangkap dan akhirnya ikut ke sana," terangnya.
Ia membeberkan bahwa kalau dilihat, modus-modus mereka untuk mengajak warga-warga negara Indonesia ke sana itu dengan bahasa-bahasa dialog antar agama, menciptakan harmonisasi antar agama dan sebagainya. "Yang mereka sasar itu, bukan masyarakat umum tetapi tokoh-tokoh yang punya kemampuan bersuara di depan publik," paparnya.
Jadi, lanjutnya, Israel mengundang tokoh-tokoh yang punya jabatan, yang punya posisi untuk datang ke Israel untuk bekerja sama dengan kelompok-kelompok pro Israel dan setelah balik ke Indonesia itu akan difasilitasi tokoh-tokoh pro Israel untuk datang ke Indonesia dan berbicara.
"Menurut saya, tidak perlu kasih panggung orang-orang, aktivis atau kelompok-kelompok yang memang punya dukungan kepada kejahatan. Kalau memang dikasih panggung jangan panggung terbuka. Publik itu kan, kita tidak bisa kontrol untuk memahami atau bisa jadi tersesat dengan itu," pungkasnya.[]Ajira