Benarkah dengan Maghrib Mengaji, Anak Jadi Saleh/Salihah? - Tinta Media

Kamis, 08 Agustus 2024

Benarkah dengan Maghrib Mengaji, Anak Jadi Saleh/Salihah?

Tinta Media - Dalam kunjungan kerja ke Desa Jatisari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Bupati Dadang Supriatna disambut meriah para siswa sekolah dasar. Pada kesempatan itu, Kang Dadang Supriatna mendorong masyarakat, khususnya dari kalangan siswa TK, SD, SMP, dan SLTA untuk kembali membiasakan diri melaksanakan kegiatan Maghrib Mengaji. Diharapkan, pembiasaan ini akan membentuk anak-anak yang lebih berkarakter dan berakhlak mulia (jabaronline.com, 28/06/2024). 

Upaya Bupati Bandung mendorong kembali pembiasaan Maghrib Mengaji patut didukung sebagai bentuk kepedulian dari pejabat pemerintah kepada rakyatnya. Gerakan Maghrib Mengaji dimunculkan kembali sebagai salah satu cara untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget dan untuk membina akhlak generasi muda agar menjadi pribadi yang taat beragama, yaitu menjadi anak yang saleh/salihah. (Zaenal Muttaqin, Ip2m, 2022).

Tentu tidak mudah menumbuhkan motivasi dan konsistensi pembiasaan mengaji di zaman ini. Anak-anak sekarang tidak lepas dari gadget, bahkan anak balita sekali pun. Orang tua zaman sekarang lebih sulit untuk menjadikan anaknya saleh karena gangguan dari gadget dan hiburan yang tidak kenal waktu. Untuk melakukan salat pada waktunya pun harus diingatkan berkali-kali.

Padahal, dari gadget, dunia jadi terbuka. Apa pun ada di sana, baik yang positif maupun yang negatif. Tontonan vulgar dapat diakses siapa saja asal punya quota internet. Maka, akibatnya dapat kita saksikan di sekitar kita, seperti pergaulan bebas dengan segala akibatnya, kriminalitas dengan segala bentuk dan sadisnya. 

Hal itu disebabkan karena penerapan sistem sekularisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan. Tidak ada rasa takut terhadap dosa atau neraka karena aturan agama hanya digunakan dalam ritual atau ibadah mahdhah semata, tidak digunakan dalam aspek kehidupan lainnya.  

Aspek politik, sosial, ekonomi, budaya, keamanan, dan hukum tidak memakai aturan agama. Landasannya adalah kapitalis liberalisme. Siapa yang kuat, dia yang berkuasa dan bebas berbuat semaunya.

Negara membuat peraturan yang bersifat parsial dan tidak menyelesaikan permasalahan secara tuntas. Sebagai contoh, besaran gaji guru mengaji yang kurang diapresiasi. Besaran gaji guru mengaji di Kabupaten Bandung sekitar Rp1 juta per 3 bulan atau Rp350.000 per bulan. Angararan ini diberikan kepada 17.000 guru mengaji di Kabupaten Bandun (detik Jabar)

Cukupkah jumlah tersebut untuk biaya hidup 1 bulan? Akibatnya, alih-alih mengajar dengan sungguh-sungguh, guru tidak fokus karena memikirkan keluarganya makan apa hari ini.

Hal ini sangat berbeda dengan sistem Islam dalam naungan Khilafah. Saat Khilafah tegak, seorang guru akan disejahterakan dengan upah yang fantastis. Contoh, di masa Khalifah Umar bin Khattab r.a. Gaji guru saat itu sekitar 15 dinnar per bulan atau setara dengan Rp33 juta. Selain itu, berbagai fasilitas pendukung pendidikan dapat dinikmati tanpa beban biaya yang besar.

Generasi cerdas dan saleh banyak terlahir di masa Kekhilafahan Abassiyah dalam kepemimpinan Khalifah Harun Ar- Rasyid. Selama ia memerintah, ilmu pengetahuan di Kota Baghdad berkembang pesat. Kaum muslimin berlomba menuntut ilmu dan menggunakannya untuk kemaslahatan umat. Berlomba dalam kebaikan benar-benar terkondisikan.

Pencetakan generasi yang saleh dan salihah dalam pandangan Islam tidak hanya bertumpu pada pelaksanaan secara teknis saja, melainkan oleh aturan pemerintah. Ini karena aturanlah yang akan menjaga pelaksanaan hak dan kewajiban dapat terpenuhi dengan adil.

Pemimpin dalam sistem Islam melayani masyarakat sebagai periayah dan pelindung umat, sebagaimana sabda Rasulullah saw. 

"Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka." ( H.R Ibnu Asakir, Abu Nu'aim).  

Semua aturan dalam sistem Islam sangat sempurna dan menyeluruh karena pembuat aturan adalah Allah Swt. Yang Maha Adil. Maka, hanya dengan penerapan hukum Islam, generasi saleh dapat terwujud. Wallahu a'lam bisshawab.

Oleh: Nunung Juariah, Sahabat Tinta Media 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :