Tinta Media - Pemerintah Kabupaten Bandung secara konsisten mengeluarkan jurus-jurus baru guna menjadikan masyarakat makmur dan sejahtera. Seperti halnya program pengembangan bisnis bagi pondok pesantren berupa pengembangan perikanan dan peternakan.
Bupati Bandung Dadang Supriatna menyampaikan bahwa program pembuatan demontration plot atau demplot bisnis peternakan dan perikanan ini disiapkan untuk tahap awal sebanyak 100 pondok pesantren. Program ini sudah berhasil dikembangkan di daerah Cileunyi dengan penghasilan perbulan Rp30 juta. Pemerintah Kabupaten Bandung berharap program tersebut bisa membantu pertumbuhan perekonomian umat dan semua pondok pesantren bisa mandiri serta mampu memberdayakan masyarakat demi tercapainya kesejahteraan.
Selain itu, pemerintah Kabupaten Bandung mengadakan program besti (beasiswa ti Bupati) yang menyediakan 250 kuota bagi calon mahasiswa. Harapannya, tahun depan bisa mencapai 500 kuota calon mahasiswa. Program ini menjadi upaya pemerintah untuk meningkatkan SDM yang berkualitas dan berakhlakul karimah.
Tak kalah menarik, pemerintah Kabupaten Bandung pun mengadakan program pinjaman bergulir dengan menggelontorkan dana Rp70 miliar. Program pinjaman bergulir ini tanpa bunga dan tanpa agunan, dan diharapkan bisa menjadi solusi permodalan daripada masyarakat terjerat bank emok dan pinjol.
Harapan selanjutnya dari pemerintah Kabupaten Bandung agar antara ulama dan Umaro terjalin kolaborasi dan sinergi. Artinya, pemerintah dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Bandung.
Program-program tersebut tentu menjadi harapan baru bagi masyarakat yang mendambakan kesejahteraan. Program pengembangan bisnis ini merupakan realisasi dari program OPOP (one pesantren one product). Program ini sudah berjalan di beberapa wilayah, termasuk Jawa Barat. Salah satunya adalah program one pesantren one paranje dengan konsep berternak ayam.
Program tersebut tentunya membutuhkan dana yang cukup besar. Namun, ada yang perlu dicermati dari program yang katanya bertujuan agar pesantren mandiri, bisa membiayai sendiri ini.
Kenyataannya, program tersebut merupakan upaya lepas tangan negara dalam anggaran pembiayaan pendidikan.
Di samping itu, pesantren yang seharusnya mencetak generasi ulama dan pemimpin di masa depan, menjadi teralihkan dengan kegiatan ekonomi komersial bagi para santri. Bisa jadi, program ini justru memandulkan kebangkitan generasi Islam yang cemerlang.
Begitu pula dengan program besti dan pinjaman bergulir yang katanya tanpa bunga dan agunan. Sejatinya, program tersebut menjadikan generasi tanpa visi dan misi yang jelas.
Selain itu, program besti tidak bisa didapatkan oleh seluruh siswa. Tentunya hal ini bisa saja menjadikan kecemburuan sosial. Begitu pula program pinjaman bergulir. Walaupun tanpa bunga, tetap saja program tersebut menyebabkan beban ekonomi masyarakat bertambah berat. Ini karena tidak semua warga mempunyai penghasilan tetap.
Bahkan, realitas saat ini menunjukkan bahwa pengangguran begitu merajalela. Lalu bagaimana mereka bisa membayar pinjaman bergulir tersebut, sementara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja terasa begitu sulit.
Dalam hal ini, sudah menjadi kewajiban bagi negara untuk mengurusi semua urusan rakyat, termasuk pendidikan. Seharusnya negara mampu membiayai secara keseluruhan menyangkut aspek pendidikan, sehingga tak dibutuhkan upaya apa pun. Itu jika orientasinya adalah mewujudkan generasi cemerlang dan berakhlakul karimah.
Namun, saat ini sistem kapitalisme begitu mencengkeram dunia pendidikan. Tampak ada upaya untuk menggeser peran dan fungsi pesantren sebagai institusi pencetak pewaris para nabi. Tentunya kita tidak boleh terkecoh dengan adanya upaya-upaya yang seakan merupakan bentuk kepedulian, tetapi sejatinya mengebiri peran pesantren tersebut, misalnya mengubah orientasi pesantren dengan mengarahkannya untuk menggerakkan roda perekonomian.
Berbeda halnya jika yang diterapkan adalah sistem Islam. Tujuan umum pendidikan dalam sistem Islam adalah membangun kepribadian Islam yang mampu mencetak ulama pewaris para nabi, yaitu dengan menetapkan kurikulum pendidikan formal yang berlandaskan akidah Islam, yang ditetapkan oleh negara.
Selain itu, peran orang tua sangatlah besar, yakni membangun keimanan dan meluruskan kerangka berpikir tentang kehidupan, serta menguatkan keyakinan tentang akidah Islam yang menjadi asas mendasar setiap aktivitas. Hal itu mampu menjadikan generasi yang memiliki kepribadian Islam. Mereka menjadi sosok yang kuat, mampu memimpin perubahan di lingkungan yang tidak sesuai dengan Islam.
Untuk mewujudkan hal itu, dibutuhkan seorang pemimpin yang benar-benar mampu menjadikan generasi sebagai penerus estafet perjuangan Islam, yang mampu menerapkan aturan dan hukum-hukum Islam secara menyeluruh yang berada di bawah naungan sistem Islam.
Wallahu'alam bisshawab.
Oleh: Entin Hayatin, Sahabat Tinta Media