Peringatan Harganas Sebatas Seremonial, Bukti Gagalnya Kapitalisme Wujudkan Keluarga Ideal - Tinta Media

Rabu, 17 Juli 2024

Peringatan Harganas Sebatas Seremonial, Bukti Gagalnya Kapitalisme Wujudkan Keluarga Ideal

Tinta Media - Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 diperingati tanggal 29 Juni 2024 lalu. Puncak peringatan ini diselenggarakan di Lapangan Simpang Lima, Kota Semarang, Jawa Tengah dengan tema “Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas”.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, dalam sambutannya menyampaikan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, tempat bernaung, saling mencintai, dan melindungi. Menurutnya, dari keluarga inilah akan lahir generasi-generasi penerus dan penentu masa depan bangsa. Keluarga juga berperan dalam meneruskan nilai-nilai luhur kehidupan kepada generasi muda ini. (rri.co.id, 29/06/2024)

Dalam pidatonya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) juga menyampaikan bahwa keluarga merupakan kunci dan penentu dari kemajuan suatu negara. Maka dari itu, pemerintah berupaya keras untuk menyiapkan keluarga Indonesia yang berkualitas dan memiliki daya saing. (kemenkopmk.go.id, 30/06/2024)

Banyak Masalah Serius yang Muncul di Dalam Keluarga

Keluarga yang ideal adalah keluarga yang mampu menjalankan fungsinya dengan baik, seperti menjaga kedamaian, memberikan cinta, kasih sayang, dan menyiapkan pendidikan yang terbaik serta berkualitas bagi anak-anaknya.

Dalam suatu negara, keluarga memiliki peran strategis dalam membentuk suatu generasi. Keluargalah yang akan menentukan generasi seperti apa yang akan mereka lahirkan. Namun, faktanya gambaran keluarga ideal seperti itu tidak dapat terwujud dengan baik saat ini. Banyak masalah serius yang terjadi di keluarga, seperti kemiskinan, KDRT, perceraian, stunting, terjerat pinjol, judi online, dan lain-lain.

Sungguh miris melihat kondisi saat ini. Banyak masalah serius yang muncul di dalam keluarga. Gagalnya keluarga dalam menjalankan fungsinya tidak luput dari kebijakan yang diterapkan oleh negara itu sendiri.

Contohnya, kemiskinan. Banyak dari masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural. Mereka sulit mencari pekerjaan, sekalipun lowongan pekerjaan sangat banyak. Hal ini karena banyak kebijakan tidak masuk akal yang harus dipenuhi oleh calon pekerja. Kalaupun mereka mendapat pekerjaan, gaji yang didapatkan tidak mampu menutup kebutuhan sehari-hari.

Akibatnya, banyak dari mereka yang stres karena tidak kuat menanggung beban hidup yang sangat berat ini. Keadaan seperti inilah yang menyebabkan mereka tidak mampu mengontrol emosi sehingga banyak yang melakukan KDRT, terjerat pinjol, judi online, dll.

Belum lagi jika seorang ibu juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Memang benar, hukum bekerja bagi seorang wanita adalah mubah (boleh). Namun, faktanya saat ini tidak sedikit ibu yang lebih mementingkan bekerja dibanding mengurusi suami, anak, dan rumah tangga. Akibatnya, aktivitas mendidik anak menjadi terabaikan. Padahal, tugas utama seorang ibu adalah mengurusi rumah tangga dan menjadi guru bagi anak-anaknya.

Gagalnya Kapitalisme Wujudkan Keluarga Ideal

Jika demikian yang terjadi, maka patut dipertanyakan terkait definisi keluarga berkualitas untuk Indonesia emas yang dicanangkan pemerintah. Faktanya, mustahil sekali melahirkan keluarga berkualitas dalam kondisi saat ini.

Pemerintah memang berupaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas, seperti memberikan tablet tambah darah bagi remaja putri, bimbingan perkawinan, cek kesehatan sebelum menikah, pemantauan kesehatan gizi ibu dan anak, serta mengadakan penyuluhan gizi. Namun, berbagai upaya yang mereka lakukan nyatanya tidak relevan dengan permasalahan masyarakat saat ini. Ini karena upaya tersebut sebatas solusi pragmatis, bukan solusi hakiki. Dengan demikian, peringatan Harganas ini hanya seremonial saja, karena pemerintah tidak sungguh-sungguh mengatasi masalah masyarakat.

Ketidakseriusan pemerintah dalam mengatasi permasalahan di masyarakat tidak lain akibat dari penerapan sistem kapitalis sekuler dalam kehidupan. Sistem ini mengarahkan orientasi kita hanya sebatas pada aspek materi saja dan jauh dari nilai-nilai agama. Ini terbukti dari kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah yang hanya memberikan solusi yang bersifat materi atau duniawi. Sehingga, wajar jika output yang dihasilkan kontradiksi dengan tujuan awalnya. Inilah bukti kegagalan sistem kapitalisme sekularisme dalam mewujudkan keluarga ideal.

Keluarga Ideal Hanya Terwujud dengan Islam

Keluarga merupakan institusi terkecil dalam negara. Di sanalah tempat dilahirkan calon-calon generasi pemimpin peradaban. Jika suatu negara ingin dikatakan maju, maka penting sekali menyiapkan dan mendidik generasinya agar menghasilkan generasi yang berkualitas dan bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan negara.

Bak jauh panggang dari api, kondisi dan kualitas generasi saat ini sangat jauh dari apa yang diharapkan. Banyak dari generasi saat ini yang mengalami degradasi moral dan kehidupannya jauh dari nilai-nilai agama akibat terpengaruh paham-paham kapitalis sekuler dan kurangnya pengawasan orang tua dalam mendidik anak.

Tentunya, kondisi seperti ini tidak boleh diabaikan. Maka, Islam sebagai agama sekaligus pandangan hidup telah menyediakan solusi hakiki atas masalah ini.

Dalam rumah tangga, suami memiliki peran sebagai pemimpin yang wajib membimbing, melindungi, dan memberikan nafkah kepada keluarga. Sebagaimana firman Allah Swt.

“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa’ ayat 34)

Oleh karena itu, calon ayah harus dibekali ilmu dan keterampilan/keahlian agar mereka mampu mencari nafkah yang halal, berkah, dan luas. Calon ayah juga harus dibekali ilmu agama Islam agar ia mampu mendidik istri dan anaknya, sehingga mampu memimpin keluarganya berjalan berdasarkan syariat Islam.

Syariat Islam inilah yang akan mengatur urusan dunia maupun akhirat baik dalam ranah ekonomi, politik, pergaulan, berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara. Tidak kalah penting, mempersiapkan calon ayah yang memiliki kepribadian Islam agar dapat menjadi suri teladan bagi Istri dan anaknya dalam kebaikan, sehingga rumah tangganya berjalan dalam ketakwaan kepada Allah Swt.

Islam juga memuliakan wanita. Allah Swt. memberinya peran sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Maka dari itu, calon ibu juga harus membekali diri dengan ilmu, keterampilan, dan ilmu agama, agar ia mampu mendidik anak-anaknya, karena ibu adalah sekolah utama bagi mereka.

Anak-anak juga harus dididik berdasarkan akidah dan syariat Islam, agar mereka menjadi generasi-generasi yang berkepribadian Islam yang senantiasa berbakti kepada orang tua, bermanfaat bagi masyarakat dan negara dengan ilmu yang mereka punya.

Di samping itu, negara juga memiliki peran strategis dalam mewujudkan format keluarga ideal, karena negara adalah junnah (perisai) dan raa’in (pengurus) bagi warga negara. Sehingga, wajib bagi negara untuk menyediakan berbagai fasilitas yang mampu mewujudkan keluarga ideal, seperti menyediakan pendidikan yang gratis dan berkualitas, memberikan pelatihan kerja dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi para laki-laki atau memberikan modal usaha bagi yang membutuhkan, memberdayakan individu sesuai dengan hukum syara tanpa mengabaikan dakwah sebagai poros hidup, dan memberikan sanksi yang tegas kepada para pelaku kejahatan agar mereka tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Sungguh, hanya dengan penerapan aturan Islam dalam bingkai Khilafah ala Minhaj Nubuwah akan terwujud format keluarga ideal dalam kehidupan. Maka, sudah menjadi kewajiban bagi kaum muslimin untuk terus mendakwahkan dan memperjuangkannya.

Oleh: Aryndiah, Aktivis Dakwah

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :