"Bersatu, Bergerak, Tegakkan Khilafah!"
Yel-yel penyeru jihad pemersatu umat islam. Melambangkan semangat membara...Akidah barometer persatuan umat...Yakin pada An-Nashir, umat Islam bangkit..Mengembalikan wibawanya ke penjuru dunia...
Al Quds merupakan kompleks yang berada di Yerusalem. Di situ bermukim entitas zionis laknatullah. Kaum muslim hari ini buta sejarah, mereka menyuarakan "Free Palestina" tetapi tanpa keilmuan. Bagaimana kita menyuarakan "Penjajahan Harus Dihapuskan" jika tidak memahami akar permasalahannya? Untuk memahami Palestina sebuah negara atau bukan saja masih ambigu.
Secara de facto, negara Palestina itu tidak ada. Karena, wilayah yang tidak dihuni entitas Yahudi adalah penduduk Tepi Barat (West Bank) dan Jalur Gaza. Namun ketika kita ingin ke Masjidil Aqsa harus dapat izin entitas Zionis Yahudi dan menggunakan paspor Israel, bukan Palestina. Padahal West Bank dan Gaza tidak berada di Wilayah Yerusalem.
Serakah, kejam, dan bengis wajah sesungguhnya zionis laknatullah. Harapan seluruh umat Islam pastinya menyongsong kemenangan! Manusia mana yang ikhlas melihat saudaranya disiksa, dijajah, di genosida, dirudal, dibantai? Esensi seluruh umat Islam adalah saudara. Rasulullah pernah bersabda, ketika menggambarkan umatnya adalah satu tubuh satu bagian. Dianalogikan ketika gigi sakit, kepala ikut pusing, badan ikut lemas, mata menangis, dan anggota tubuh lainnya merasakan sakit. (HR. Bukhari dan Muslim)
Tampak dari platform Instagram siyasiyun.media memosting para demonstran di Yogyakarta. Menyuarakan aspirasinya, kekesalannya, amarahnya, menumpahkan kesedihannya atas penjajahan di negeri yang di berkahi. Ustadz Doniriw salah satu demonstran dengan pekik mengatakan, "Takbir!!! Allahu Akbar!!" seakan meyakinkan langkah ini harus diteruskan sampai zionis penjajah enyah dari muka bumi ini! (Yogyakarta, 03/06/24)
Senada dengan aksi heroik bela Palestina di depan Kedubes AS menyuarakan hal yang serupa bahwa khilafah dan jihad fisabilillah adalah solusi hakiki untuk Al Quds. (Siyasiyun.media, 08/06/24)
Ironisnya, di tengah "All Eyes Of Raffah" masih ada segelintir umat Islam mati rasa. Melihat nyawa berjatuhan bahkan video viral terkait anak dengan badan tanpa kepala, ya sebatas iba dan mengecam. Mereka berdiri atas nama kemanusiaan, donasi, doa, dan boikot itu pun musiman! Bahkan ada sekelompok remaja sedang makan disalah satu restoran cepat saji yang haus darah anak Palestina dengan mengatakan daging, darah, dan tulang anak Palestina yang di nikmati. Esensi dari persaudaraan umat Islam mulai kabur bahkan di beberapa kalangan telah hilang. (Banjarmasinpost.co.id, 10/06/24)
Realitas ini relate dengan sabda Rasulullah bahwa manusia di akhir zaman itu banyak tapi ibarat buih di dalam lautan karena terjangkit virus Al Wahn (Hubbud dunya wa karohiyatul maut), artinya cinta dunia dan matiphobia. Perkataan Rasulullah tidak pernah meleset, dan terbukti realitas hari ini seperti apa? Virus ini di tandai dengan seseorang ketika sudah mulai mengadopsi pemikiran liberal, dan memiliki paradigma sekuler.
Paradigma sekuler ketika manusia membuat aturan sendiri untuk hidup. Peran agama di pisahkan dalam mengatur segala lini kehidupan. Termasuk tata kelola negara tidak di atur dengan agama sehingga lahirlah pemikiran bebas landas tanpa batas (liberal). Tidak ada standar jelas untuk acuan taraf berpikir seseorang. Barometer khair syarr (baik buruk) perbuatan manusia menjadi rancu karena tidak melibatkan Sang Khaliq di dalam kehidupan. Agama dijadikan sebagai zona untuk mengatur ibadah ritual saja, misalnya: sholat, zakat, puasa, dsb.
Dr. Riyan M.Ag. seorang pengamat politik Islam mengatakan bahwa Indonesia memiliki ideologi demokrasi berasaskan sekularisme. Sungguh gamblang, apabila manusia hari ini bahkan sesama muslim pro zionis laknatullah. Inilah impact yang nyata dari sebuah ideologi dalam mempengaruhi paradigma seseorang.
Untuk mewujudkan tuntutan para demostran tentu harus menempuh langkah yang jelas dan tepat. Menurut Syekh Prof. Dr. Abdul Fatah Al-Awaisi, seorang Profesor Spesialis keilmuan tentang Al-Quds mengatakan ada tiga tahapan dalam pembebasan Al Quds;
1. Pembebasan pemikiran (At Tahrir At Tafkiiri)
2. Persiapan Politik
3. Persiapan Militer
Formasi kaum muslim yang terpecah belah hari ini merupakan bagian dari tahapan pertama. Problem yang harus segera diuraikan dan diberantas sampai ke akar-akarnya agar bisa level up. Kericuhan dan kegaduhan sekarang berawal dan bersarang ada pada isi kepala kita atau pemikiran kita dan penting banget memperhatikan segala sesuatu informasi yang akan dicerap oleh otak. Dianalogikan, ketika informasi salah, berpikir salah, pemahaman salah, tentu kita akan bereaksi dan beraksi sama salahnya, dan itu realitas hari ini.
Pembebasan pemikiran sudah ditaklukkan, goals pada tahapan pertama adalah belajar, belajar, dan belajar. Bagaimana kita akan membebaskan tanah yang diberkahi ini, jika hakikat ilmu serta ma'rifah tentang Al Quds saja nol?
Semangat perjuangan akan muncul ketika kita sudah mendapatkan strong why terlebih dahulu. Ini juga senada dengan firman Allah SWT, beramal dengan ilmu. Berhubung ilmu tidak diwariskan maka harus diperjuangkan. Para ulama sepakat bahwa, “Ilmu itu merupakan pemimpin amal serta amalan itu mengikuti ilmu.”
Kalau keilmuan atau ma’rifah sudah sampai ke seluruh umat Islam, lanjut ke tahap kedua. Pembebasan politik, pastinya mereka berkumpul untuk membuat satu strategi dalam melakukan pembebasan karena sudah punya satu frekuensi. Memikirkan bersama bagaimana strategi dan caranya. Dan tentunya, membuat strategi yang dibimbing oleh para ulama.
Tahap terakhir, persiapan militer. Seperti yang dituntut dalam aksi heroik bela Palestina, bahwasanya Jihad dan Khilafah adalah solusi tuntas untuk genosida hari ini. Ketika umat sudah mengetahui strong why terkait alasan mendasar kenapa harus berjuang untuk Palestina, dalam artian keilmuan dan ma'rifah tentang Al Quds sudah mumpuni, umat sadar dan butuh hidup di bawah naungan sistem politik Islam atau Khilafah. Dengan rangkaian panjang, jihad bisa di kerjakan ketika Islam di terapkan ke seluruh elemen. Artinya Khilafah diterapkan di muka bumi ini, baru lah seorang Khalifah menyeru pasukan militer untuk jihad fisabilillah.
Berjuanglah dan berkontribusi sesuai passion pribadi masing-masing, baik memiliki jabatan dan kekuasaan atau tidak, teruslah berjuang. Jangan biarkan Palestina menderita dan menunggu terlalu lama. Jadilah pelengkap puzzle yang hilang, karena kita bagian sumbangsih kebangkitan umat, untuk bebaskan Al Quds.
Wallahu'alam Bissowab.
Oleh: Novita Ratnasari, S.Ak., Penulis Ideologis